Sepi, satu kata yang bisa mewakili suasana saat ini. Di atas tingkat dua, bangunan yang baru saja di bangun tambah oleh pihak sekolah. Bangunan tingkat dua yang baru di bangunan ini belum ada penghuni. Di sinilah Aku, Niar Dwi Indah bersama cowok yang sudah satu tahun disuka dan sudah empat bulan dikejar-kejar seperti orang gila. Tiap hari aku selalu kasih cowok itu bekal, walau akhirnya cowok itu menolak bahkan buang di dalam tong sampah, tapi tidak apa, aku harus berjuang lebih keras dengan modal tidak tahu malu ini.
"Sejak kapan lo suka sama gue?" tanyanya, Sang cowok yang aku sukai setahun yang lalu. Namanya adalah Andika, aku sering memanggilnya Andi.
"Setahun yang lalu," jawabku cepat dan tanpa rasa malu sedikit pun. Hampir setiap hari aku menyatakan cinta kepada cowok itu.
"Apa alasan lo suka sama gue?" tanyanya lagi dengan raut yang penasaran.
"Tumben tanya? Udah naksir ya sama Niar?" tanyaku PD sambil tersenyum ke arah cowok itu, Andi.
"Kalau ditanya jawab, jangan malah tanya balik," ucapnya tajam.
"Mmm ... karena apa, ya?" Aku sedikit berpikir, kenapa aku bisa suka kepada cowok di depanku ini.
Andi menunggu jawaban dariku, terlihat dari raut wajahnya, cowok itu merasa penasaran dengan jawaban apa yang akan aku lontarkan. Aku menatap cowok itu yang tengah menatapku juga.
"Karena Andi itu cowok kasar, terlihat dingin kesemua orang dan orangnya nggak pedulian," jawabku ketika otak sudah memberitahu kenapa aku menyukai cowok di depanku ini.
Andi yang mendengar jawabanku tersenyum aneh. Aku lihat cowok itu memegang pelipisnya, seperti orang yang tengah merasa pusing saja.
"Cowok kayak Andi itu kayak cowok di wattpad-wattpad pokoknya, deh." Aku merogok saku rokku, mencoba mengambil sesuatu yang ada di dalam sana.
"Ini buat Andi, jangan di buang." Aku menyodorkan sebuah cokelat yang aku beli di toko depan sekolah kepada cowok itu, namun cowok itu 'tak urung mengambilnya.
Melihat Andi tidak mau mengambil cokelat itu, aku langsung memasukkan cokelat itu di dalam saku bajunya.
"Makasih sudah mau nerima cokelatnya Andi. Kalau udah suka sama Niar bilang, biar kita pacaran seperti Acha dan Iqbal. Niar cinta sama Andi. Bye ... bye ... nanti istirahat Niar ke kelas Andi, ya," ucapku panjang lebar dan jalan meninggalkan cowok itu sendirian, menuju kelasku.
Di saat aku keluar dari ruangan kosong itu, aku melihat Eka sepupu duanya Andi yang tengah berdiri tepat di samping pintu.
"Hay, Eka! Ngapain di sini?" tanyaku PD, padahal aku tahu, Eka tidak pernah suka kepadaku.
Aku melihat Eka menatapku tajam, tapi aku balas senyum dan berkata, "jangan seperti itu, nanti cepat tua."
🍂🍂🍂
Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, seperti biasa aku sudah ada di atas kelas 11 IPA 4 yang berada dilantai dua. Terlihat suasana kelas 11 IPA 4 saat ini masih sangat ramai, masih banyak kakak-kakak kelasku yang belum turun untuk ke kantin.
"Nih, bekal!" Aku menyodorkan bekal yang telah aku bawa dari rumah kepada cowok itu, Andi.
Andi yang awalnya tengah fokus kepada layar ponselnya, kini menoleh ke arahku yang tengah menyodorkan sebuah kotak kecil yang berisi roti yang sudah aku tambahkan susu di atasnya dan ditutup kembali dengan roti di atasnya.
"Sorry, nggak minat." Seperti biasa, Andi selalu menolak bekalku bahkan membuang bekalku kepada tong sampah.
Aku yang mempunya sifat tidak tahu malunya tetap dalam pendirian, walau tahu akhirnya cowok itu akan menolah, bahkan akan membuang bekal itu ke tong sampah. Aku tetap memaksa cowok itu untuk mengambil bekalku.
Duduk tepat di depan Andi, menopang dagu dengan kedua tangan, menatap cowok itu yang tengah menatapku juga dengan tatapan tajamnya. Tatapan tajam cowok itu sudah menjadi sarapan setiap hari bagiku, bahkan jika cowok itu menatap tajam, aku semakin menyukainya.
"Keluar dan bawa bekal lo sebelum gue seret lo keluar dari kelas gue," ucapnya tajam sambil menunjuk ke arah pintu.
Aku yang mendengar ucapan Andi tersenyum, hidupku benar-benar mirip di dunia wattpad, "so sweet-nya," ucapku sambil tersenyum manis ke arah cowok itu, Andi.
Terlihat Andi yang mendengar ucapanku memegang pelipisnya. Mungkin cowok itu merasa sakit kepala.
"Andi sakit?" tanyaku khawatir.
Aku memegang tangan kiri Andi yang berada di atas meja, mencoba mengecek suhu badan cowok itu. Tidak berani jika memegang dahinya, takut tanganku ditepis kasar.
"Keluar!" bentaknya kepadaku yang mampu membuatku keget luar biasa.
"Astagfirullah al-azim," kaget ku dan memegang jantungku yang sudah berpacu dua kali lebih cepat karena kaget luar biasa.
Mengedarkan pandangan ke seluruh isi kelas 11 IPA 4 yang masih banyak penghuni. Seluruh penghuni kelas memusatkan perhatian mereka ke arahku dan Andi. Mereka menatapku dan cowok ini, Andi, dengan tatapan yang berbeda-beda, bahkan ada juga yang tertawa sambil menatapku, mungkin mereka tertawa mengejek, tapi sudahlah dibawa bodoh amat saja.
"Keluar!" Lagi, Andi membentak ku dengan penuh amarah. Melihat cowok itu sudah penuh dengan amarah, aku jadi tidak berani, takut jika cowok di depanku ini berbuat lebih.
Malu? Mana mungkin aku malu. Aku hanya takut Andi melakukan sesuatu yang tidak-tidak kepadaku saat ini.
"Iya-iya," ucapku dan beranjak dari bangku yang aku tempati dan meraih kembali kotak bekal itu. Ok, ditolak lagi.
Berjalan ke luar kelas dan aku mendengar penghuni kelas itu berteriak-teriak meremehkan ku, aku, sih, bodo amat saja tidak peduli dengan mereka.
"Sial," ucapku pelan sambil berjalan kesal menuju kelasku.
🍂🍂🍂
"Bekalnya diterima?" Baru saja aku melangkah masuk ke dalam kelas, sudah ada si kampret yang bertanya hal yang sama hampir setiap hari.
"Pertanyaan lain, ada?" tanyaku kesal, duduk di atas kursi dan membanting bekalku di atas meja dengan keras.
"Lo ditolak lagi?" tanyanya yang makin membuatku kesal.
Menoleh ke arah Dean yang sudah duduk tepat si sampingku. Menatap tajam si kampret, meraih kotak bekal yang aku banting di atas bangku tadi dan menempelkan tepat di wajah si kampret.
"Bangsat!" umpatnya kesal.
Dean menghempas tanganku kasar dan menatapku kesal, "bangke emang!" umpatnya lagi.
"Makanya punya mata itu difungsikan dengan baik," ucapku dan menenggelamkan wajahku di atas bangku dengannya mengunakan dua tangan.
"Ternyata ngejar cinta pertama itu 'tak semudah di wattpad," gumam ku yang 'tak didengar oleh siapa pun.
Menutup mata, mencoba meredakan rasa sakit kepala, karena memikirkan Andi yang terus-menerus menolak ku tanpa henti. Tak lama dari itu aku tertidur dan tidak tahu lagi apa yang terjadi di sekitarku saat ini.
🍂🍂🍂
1028 kata
Krisannya, Kakak. Ini Ifa pertama kali pakai POV 1, jika banyak yang salah tolong krisan, karena krisan kalian cukup penting untuk saja.
Terimakasih telah membaca.
Salah:
St. Nurhafifah
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Terdalam
RomanceBlurb: Cinta pertama ternyata tak seindah ekspetasi. Mencintaimu sama saja melukai diriku sendiri. Semakin aku mencintaimu, semakin terluka hati ini. Kamu bagai bunga mawar, indah dipandang sampai aku ingin memilikinya dan itu menjadi nyata. Namun...