Chapter VII : Day 7

10.9K 1.6K 706
                                    

________

Tiga pasang mata itu memandang satu objek di depan yang kusut menampakkan tampang muka. Sudah seperti orang yang terkena penyakit keras.

"Ceritakan saja pengalamanmu lusa lalu, Kook. Jangan diam-diam begitu." Jimin akhirnya pertama kali berbicara setelah sekian lama mereka bertiga nampak diam memandang Jungkook yang seperti batu tidak mau bergerak.

"Hush, Jungkook masih shock, kita harus maklum." Hoseok berbisik kecil ke arah Jimin dan Taehyung, "Mungkin kemarin ia kurang puas, makanya begitu."

Taehyung menggebrak mejanya pelan, merasa kesal dengan sikap Jungkook seperti orang yang tak punya gairah hidup. "Aku yakin ada sesuatu kemarin terjadi, makanya kau jadi stres." Laki-laki dengan senyum kotak itu menunjuk-nunjuk Jungkook, "Katakan saja namanya siapa? Perempuan itu harus bertanggung jawab sudah membuatmu gila setelah menyatu."

Untung kelas Jungkook masih sepi karena tepat dengan jam istirahat. Jadi omongan Taehyung tidak akan ada yang dengar kecuali mereka berempat.

"Tae, tenanglah. Jungkook hanya shock yang kemarin pasti terlalu membuatnya terbang ke surga." Hoseok menenangkan Taehyung.

"Aku tak menyangka karena bercinta Jungkook jadi pendiam seperti ini." Jimin berkomentar. Ya, memang aneh sih. Temannya yang paling bungsu itu sifatnya hiperaktif dan banyak tingkah, jadi patut ia dan teman-teman lain merasa janggal.

Jungkook menghela napas, ia tahu teman-temannya khawatir. "Tak apa-apa, aku hanya harus merenung dulu. Aku butuh waktu sendiri."

Membingungkan. Kemarin Jungkook nampak senang dan terlampau bahagia, dan sekarang tiba-tiba malah jadi sosok yang pendiam. Aneh sekali, kan.

"Dengar, kita bulan depan sudah wisuda dan mungkin tidak akan bertemu lagi. Jadi Kook, jangan bersedih seperti ini gara-gara perempuan. Nikmati waktu kita bersama dulu." Jimin mulai memberi arahan pada kawan bungsunya itu.

"Iya, Kook. Aku bulan depan sudah berangkat ke Daegu lagi. Jadi sudah pasti kita akan berpisah lama."

Jungkook diam, tak merespon. Pikirannya berkelana ke sana-sini. Hari ini ia akan dibawa ke gereja, berdoa dan memohon agar segera ditobatkan. Sekalian berdoa supaya Jihan cepat datang menemuinya.

Nafsu makan Jungkook juga tak sebagus dulu-dulunya, Jimin memperhatikan teman bungsunya kalau sudah menikmati makan siang selalu lahap. Beda dengan hari ini.

"Aku pulang duluan, Hyung."

Ketiga orang itu menatap Jungkook yang bangkit dari bangkunya. Pergi sendirian meninggalkan mereka. Jungkook tak tahu harus melakukan apa setelah ini. Dari kemarin ia pusing, bibirnya sampai keriput karena biasanya mulutnya tak berhenti bicara. Sekarang, mendadak jadi orang bisu.

Laki-laki Jeon itu melangkahkan kakinya keluar kampus, tak peduli dengan cuaca yang amat panas. Seperti biasanya, Jungkook akan pergi ke jalan yang selalu ia lalui kalau mau pulang.

Beberapa menit, ia sampai di perempatan jalan. Matanya mengerjap kaget saat melihat minimarket yang menjadi tempat ia dan Jihan bertemu tutup. Biasanya tiap hari buka. Rencananya, Jungkook ingin menunggu Jihan lagi tapi di dalam minimarket. Menumpang cari AC juga.

Ia melirik jendela kaca itu dari luar, dulu ia sering melihat sosok perempuan di dalam sana sedang berjongkok atau mungkin berdiri melihat barang. Tapi dari kemarin ia tak melihat penampakannya.

Hanya karena perempuan Jungkook seperti ini. Apa ini pertanda dirinya tak normal?

Dengan gerakan lesu, laki-laki itu berjalan menyurusi belakang minimarket, ia lihat bangku di sana kosong. Dan tak nampak tanda-tanda bocah bau buah kesayangannya ada di sana.

Chocolate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang