Rezaya-28: Taruhan

4.8K 755 120
                                    

Happy Saturday Night teman-teman online ku sayang!

Seperti biasa, maaf kalau ada typo yaaaaa

***

SELAMA satu malam Alena tak kunjung sadar, dengan setia Reza duduk disampingnya, menemani gadis itu bahkan tanpa tidur sedikitpun. Saat ini Alena di rawat disebuah rumah sakit, walaupun luka fisik yang terlihat tak terlalu banyak tapi Reza sangat mengkhawatirkannya.

Sedangkan Arnold, lelaki itu dirawat diruangan yang berbeda dengan Alena. Sebagai bentuk rasa terimakasih nya, Reza yang membayar semua biaya perawatan Arnold.

"Cepet bangun ya Al, gue khawatir" Reza mengecup punggung tangan Alena yang tak di infus. Ia beralih mengusap puncak kepala Alena.

Pintu ruangan Alena terbuka, menampilkan keempat temannya yang menatap Reza prihatin dengan gelengan kepala.

"Lo mending tidur dulu, biar kita yang jagain Alena." Kata Alvin

"Gue gapapa, gue mau nungguin Alena sadar."

"Yang ada Alena males liat lo gara-gara bawah mata lo item udah kayak setan" kata Dion.

"Emang temennya setan dia" ujar Bara santai.

"Tidur" titah Geovano.

"Tapi Van—"

"Wah berani lo nentang Pak Bos" kompor Dion sambil berdecak.

Alvin berjalan mendekati Reza, menarik kerah belakang baju Reza dan menyeret lelaki itu mendekati sebuah sofa kemudian mendudukannya disana.

"Lo.Harus.Tidur" kata Alvin penuh penekanan.

"Udah gue bilang, gue mau nunggu Alena bangun" keukeuh Reza "mending lo semua temenin Arnold sana"

"Dia udah di temenin sama yang lain, lo harus istirahat sekarang" Dion memegang pundak Reza dan mendorongnya hingga berbaring diatas sofa.

Tangan Dion setia diatas bahu Reza, menahannya agar Reza tidak bangun.

"Sekarang lo tinggal tutup mata lo atau perlu gue juga yang nutupin?" Tanya Dion sok galak.

"Yon!" Reza hendak bangun tapi Dion menahannya dengan kuat.

"Tutup matanya Vin, biar istirahat dengan tenang" kata Dion pada Alvin.

"Anjir lo pikir gue mau mati" sahut Reza.

"Ya lo pasti bakal mati lah tapi nanti gak tau kapan, anggap aja ini simulasi" balas Dion dengan entengnya.

"Kampret"

Alvin benar-benar menuruti perkataan Dion, ia menutup mata Reza dengan telapak tangannya.

"Woi bener-bener sinting lo pada!"

"Dikasih tau nurut, ntar lo sakit bisanya nyusahin. Jangan jadi beban lo." kata Bara pedas.

"Pipip pipip beban teman" ejek Dion.

"Oke gue tidur, tapi gak usah di pegangin gini anjir" pasrah Reza.

Dion dan Alvin menjauhkan tangan mereka. Reza mendengus ia langsung mengubah posisi tidurnya menjadi miring, menghadap pada sandaran sofa.

"Orang mati tuh tidur nya lurus" kata Dion

"Gue masih hidup" balas Reza, tangannya dilipat didepan dada.

"Kan simulasi"

"Berisiki lo!" Sentak Reza tanpa merubah posisinya.

REZAYA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang