"Bun~"anak gadis itu menyeret kakinya mendekati wanita yang tengah sibuk memasak untuk sarapan pagi ini.
Rambut panjangnya masih acak-acakan kaya singa, pertanda bahwa gadis ini baru saja bangun dari tidurnya.
Anak itu kebangun karena bau wangi masakan yang sampai ke kamarnya.
"Pagi sayang, tumben jam segini dah bangun? Mau bantuin bunda?"tanya bunda.
"Bunbun masak apa?"hidung mancungnya mengendus-endus, matanya masih terpejam. Tentu saja dia masih ngantuk berat. Ia merebahkan kepalanya di meja makan.
"Masak opor ayam kesukaan kamu ini, kan kemarin kamu minta dimasakin?"wanita itu masih sibuk dengan masakannya sementara anak gadisnya kembali tertidur di meja makan dengan kedua tangan terlipat sebagai tumpuan. Pipinya yang gembil dan bibir mungil yang mengerucut.
"Ehh?? Kok malah tidur lagi? Sayang bangun ih! Sana kamu bangunin Abang kamu juga, sholat subuh jama'ah di mushola, ayah kamu udah berangkat tuh dari tadi, denger nggak tuh udah tadarusan, bentar lagi subuh, cepetan ambil wudhu! Bunda nggak bisa ikut, Bunda lagi halangan soalnya. Cepetan Saeron!"gadis itu dengan lesu mengangkat kepalanya, berjalan seperti zombie ke lantai dua.
Dia masuk ke pintu tepat di sebelah kamarnya.
"Renjon~ bangun woy~!"dengan malas Saeron menarik sebelah kaki Renjun agar saudaranya itu segera bangun.
Namun anak laki-laki itu cuma menggeliat dan bergumam sambil menendang selimutnya.
"Njuun~ bangun ih~ "Saeron menendang-nendang pantat Renjun karena dia tidur tengkurap.
"Hmm~ embentar~ sepuluh menit lagi bunda~"anak laki-laki itu mengeratkan pelukannya pada bantal guling kesayangannya.
"Njun~"panggil Saeron sambil merem melek, menutupi mulutnya dengan sebelah tangannya karena dia terus saja menguap.
"Hmm?"
"Geser"Renjun yang masih belum sadar sepenuhnya hanya menggerakkan tubuhnya sedikit.
Saeron, gadis itu melemparkan tubuhnya di samping Renjun dengan posisi tengkurap.
"Njunn! Geser dikit ih!!"Saeron kembali menendang-nendang pantat Renjun hingga anak laki-laki itu berada di tepi kasur.
Lima menit kemudian, bunda datang ke kamar Renjun karena tak kunjung mendapati suara keduanya.
"Astaghfirullah, di suruh sholat malah pada tidur lagi?!"wanita itu mengelus dada sabar ketika mendapati anak kembarnya malah tertidur dengan posisi yang bisa dibilang pelukan, tapi memprihatinkan??
Bagaimana tidak, bayangkan saja selimut dan bantal yang sudah jatuh ke lantai, dengan posisi Saeron dipelukan Ren-ah bukan-lebih tepatnya wajah Saeron yang tersembunyi di ketiak Renjun.
Kebiasaan Saeron dari kecil yang tak pernah hilang, dia akan menyembunyikan wajahnya di ketiak bundanya ketika tidur. Katanya sih ketiak bunda tuh wangi. Nggak kaya punya ayahnya.
Bunda segera membangunkan mereka dengan menampar pantat mereka satu persatu.
"Renjun Saeron! Cepetan bangun! Udah ditunggu sama Haechan tuh di bawah!! Masa kalah sama Haechan ih! Malu bunda sama mamanya Haechan! Cepetan bangun!!"
Kedua anak kembar itu kompak sekali langsung duduk terbangun bersamaan karena teriakan bundanya.
Dengan gerakan yang sama pula mereka turun dari kasur, Renjun berlari ke kamar mandi di kamarnya, sementara Saeron pergi ke kamarnya sendiri.
Masih sempat terjadi drama kecelakaan kecil, dimana Saeron yang masih mengantuk menabrak pintu kamarnya sendiri, berakhirlah dahi gadis itu sedikit memerah.
🍓🍓🍓
Di depan mushola Saeron kelihatan bingung mencari-cari sandalnya, Renjun dan Haechan yang melihatnya langsung menghampirinya.
"Kenapa Sae? Sendalnya ilang lagi?"tanya Haechan sambil ikutan nyari sandalnya sendiri. Peci dan sarungnya sudah di lepas, sarungnya dia jadikan selimut karena masih dingin, masih subuh.
"Ho'oh, keknya"Saeron dari tadi cuma bolak balik ke sana sini memeriksa semua sandal yang ada di sana.
Sendalnya tuh egger kembar sama punya Renjun, cuma beda ukurannya doang.
"Njuunn gimana nih sendal gue ilang lagi~"bibir mungilnya mengerucut, dia jongkok sambil membolak-balikan sandal yang bertumpuk-tumpukkan, siapa tahu tertutupi.
Renjun ikutan nyari sandalnya Saeron, sambil ngomel-ngomel dikit.
"Dilepas di sebelah mana tadi?"tanya Renjun soalnya tempat masuknya kan beda sama Renjun.
"Perasaan gue lepas di sini deh, kok bisa nggak ada ya? Masa iya ilang lagi?! Ih kesel!! Ntar kena marah bunda lagi~ Njuun!! Cariin yang bener!"ketiga remaja itu sibuk mencari sandal.
"Lo nggak liat?! Ini gue juga lagi nyari bego!"kesabaran Renjun habis dan membanting sandal milik orang.
"Ya jangan ngatain gue bego lah! Bego!"Haechan cuma ngelus dada doang ngeliatin saudara kembar yang ribut cuma masalah sendal hilang.
"Astaghfirullah kan kalian kembar! Berarti sama-sama bego!"habis bilang gitu Haechan langsung ketawa lebar-lebar sampai ditegur sama orang yang masih di dalem mushola.
"Lo yang goblok Chan! Cepet bantuin cariin sendal adek gue!"seru Renjun sambil menendang-nendang sandal milik orang lain, semuanya jadi pada berantakan dan berserakan kemana mana kerena ulah Renjun yang kesal.
"Udah deh nggak bakal ketemu juga! Lagian salah elo ke mushola pakai sendal bagus, kek gue gini dong pakai sendal tuh yang jelek biar nggak dicuri!"kata Haechan sambil menunjuk sandalnya.
"Terus gue pulangnya gimana? Masa iya gue harus nyeker?! Ih ogah!"Saeron yang sudah kesal dari tadi.
"Ya mau gimana lagi?"Haechan mengangkat bahunya.
"Ribet banget dah lo! Sini gue gendong aja!"seru Renjun lantas jongkok di depan Saeron.
Saeron dengan senang hati menyambut dan langsung mengalungkan tangannya di leher Renjun.
"Astaghfirul-loh-Sae-Lo-makan apaan si-berat-banget-astaga! Gue mau mati-!!"Renjun dengan susah payah berdiri tegak dan menyamankan posisi gendongan Saeron di punggungnya.
Yang langsung mendapat toyoran gratis dari Saeron hingga membuat pecinya miring menutupi sebelah matanya.
"Turunin gue!"
"Benerin peci gue! Cepetan! Nggak bisa liat jalan nih gue! Mau lo? Gue nabrak tiang atau kita nyungsep di selokan bareng?"Saeron segera melepaskan peci Renjun, lalu dia pakai sendiri.
Tangannya yang membawa mukena melingkar di leher Renjun, sarung Renjun sudah kaya kabayan.
"Cepet jalan!"perintah Saeron.
"Bawel Lo, babi?"kata terakhir Renjun ucapkan dengan sangat pelan, namun.
"Bilang apa Lo barusan?"Saeron langsung menjambak rambut Renjun.
"Ya Allah sakit, Sae!! Lepasin rambut gue!! Ntar-"
"Mau mati Lo?"
"Iya-iya enggak ampun my princess!"
"Nah gitu dong, kan gue jadi sayang!"kata Saeron mengelus rambut Renjun yang tadi dijambaknya dengan sayang.
"Cih"Renjun berdecih, sayang dari mananya kaya gitu?
Saeron langsung memeluk Renjun erat-erat.
"Astaghfirullah Saeron! Lo bener-bener pengen gue mati duluan ya? Gue kecekek iniii!! Lepasin! Atau gue turunin Lo di sini!"ancam Renjun, Saeron segera melonggarkan pelukannya.
Renjun kembali membenarkan posisi Saeron karena tadi sempat melorot sebelum lanjutin jalannya.
Haechan cuma diam saja sambil geleng-geleng menyaksikan kedua saudara ini dari samping, dia cuma bersyukur, untung dia dan adiknya jarak umurnya jauh jadi nggak kaya Renjun Saeron.
Hape baru akun baru cerita baru coba tebak siapa aku:)