2. Bunga Yang Lagi Mekar

8 0 0
                                    

***

    Kafka berlari dengan riang menuju kantin, setelah memakan algoritma yang bikin otak Kafka puyeng, dia butuh asupan energi. Ravi dan Jimmi mengikuti bocah itu dari belakang, terkadang mereka heran, Kafka ini mukanya bayi banget tapi badannya badan orang dewasa. Mereka  duduk di pojok kantin, Jimmi sedang memesan bakso Mang Tatang. Bekal Kafka udah abis dari tadi pagi. Jangan heran, Kafka selalu menghabiskan bekal buatan abangnya bahkan sebelum jam istirahat tiba.

   "Mpi, beli susu sana", Kafka memberikan selembar uang dua ribu ke Ravi yang duduk di hadapannya. Ravi mengambil uang dua ribuan yang terlihat lusuh itu.

  "Lu emang bener-bener gada sopannya ya, dua ribu mana cukup", Ravi greget banget ngeliat wajah Kafka yang lagi nyengir tanpa dosa.

 "Tambahin dong"

Ravi melengos melihat kelakuan sahabatnya itu, dia pergi membelikan susu yang diminta Kafka. Kadang Ravi merasa diperbudak, tapi dia seneng-seneng aja. Jimmi udah kembali ke meja mereka dengan tiga mangkuk bakso ditangannya.

"Mpi mana?"

"Lagi beli bakso." Kafka langsung mengambil mangkuk baksonya dan meniupnya perlahan-lahan.

"Kok beli bakso?" Tanya Jimmi.

"Eh astaghfirullah maksud gue beli susuu." Jimmi tertawa geli sembari nuang saos ke mangkuknya.

Tidak lama kemudian, Ravi datang dengan menggengam kotak susu punya Kafka.

"Nih", setelah memberikan susu ke Kafka,  Ravi duduk disebelah Jimmi dan mengambil mangkuk baksonya.

"Danke Mpi", Kafka mengambil kotak susunya dan minum dengan perlahan.

"Lu masih betah banget minum susu Ka", Jimmi bertanya kepada Kafka sambil meniup baksonya.

"Enak" balas Kafka singkat.

"Lu bagusan jangan ngomong sama bayi deh", sahut Ravi sambil memainkan hapenya, melihat trending twitter terbaru, ada siskaeeee di trending pertama.

 Ketika mereka lagi makan, seorang cewek menghampiri meja mereka. Memberikan coklat kepada Ravi. Cewek itu Ayna, anak kelas 11-2 yang udah suka sama Ravi dari jamannya ospek.

"Ini coklat, buat kamu", Ayna memberikan coklat tersebut sambil tersenyum, kemudian pergi meninggalkan mereka. Ravi hanya memandang kearah mangkuk baksonya dengan tenang.

"Ih ga boleh cuek gitu anjrit" Sahut Kafka setelah menatap kepergian Ayna, Ravi masih mengaduk baksonya dengan pelan. Jimmi memberi tanda kepada Kafka agar diam, Kafka menurutinya.

Kafka dan Jimmi tahu, perjuangan Ayna sebenarnya adalah hal yang sia-sia, karena sampai kapanpun Ravi tidak pernah bisa membuka hatinya kepada mahkluk bernama wanita.

***

Kafka, Ravi dan Jimmi berjalan menuju parkiran. Ravi sedang mengeluarkan motornya begitu juga dengan Jimmi. Cowok mungil itu mengeluarkan beatnya menyusul Ravi. Kafka menunggu mereka di depan parkiran, tiba-tiba Armyla berjalan  menuju gerbang. Armyla bersama teman-temannya. Sambil tertawa, entah apa yang mereka bicarakan tetapi muka Armyla begitu cerah. Kafka hanya bisa melihat tawa Armyla dari jauh, ga berani nyapa padahal mereka teman seangkatan.

"Eh La duluan", Jimmi menegur Armyla dengan riang, Jimmi emang banyak temannya beda dari Kafka yang pemalu.

"Kedip woi", Ravi berkata kepada Kafka, Kafka mendelik lalu naik ke atas motor. Kafka menikmati angin yang menerpa wajahnya. Hanya dengan melihat Armyla aja dia udah seneng banget. Kalo dipikir-pikir, Armyla bukan gadis paling cantik di sekolahnya. Tapi gadis itu membantu adik kelas mereka yang kesusahan bawa buku. Armyla emang bukan gadis populer, tapi selalu sopan sama siapapun. Armyla juga bukan primadona, tapi cerdas di bidang akademika. Gadis itu selalu mempunyai senyum yang tulus dan mata berbinar. Kafka gatau sejak kapan, tapi dia selalu berdebar setiap berada di dekat gadis itu.

Kafka jatuh cinta dengan cara paling sederhana.

Sesampainya di rumah, Kafka melihat Bang Agus yang memandangi kedua adiknya sedang bertengkar. Kafka meletakkan tasnya lalu duduk di sebelah abangnya. Agus menekukkan tangan kanannya ke dagunya. Kafka tau sumber pertengkarang abang-abangnya berasak dari Rapmon yang mematahkan penggaris biru Thomas n Friend milik Hamdan.

"Gantilah gue ga mau tau" Hamdan berseru ke arah Rapmon.

"Kan gue bilang dari tadi iya, lu aja yang masih terus-terusan marah"

"Ya gimana ga marah, ini barang gue yang kesekian yang lu rusakin Monnn"

"Gue ga sengajaa"

"Lu emang ga pernah hati-hati"

"Gue ga liatttt"

"Ya kalo megan kenapa bisa patah Rapmonnnnn"

"Gue gatauu" Rapmon mengangkat kedua tangannya gemas, dia ga sengaja keinjak penggaris itu. Hamdan berguling ke atas karpet, sebal melihat kelakuan adiknya. Kafka tertawa terbahak-bahak melihat kelakuakan mereka. Agus sudah menghembuskan nafas lelah.

Rapmon menuju dapur untuk minum, dia dahaga akibat adu mulut dengan Hamdan.

tiba tiba terdengar suara gelas yang pecah.

Agus menghampiri Rapmon, dilihatnya gelas marvell yang baru ia beli bulan lalu sudah menjadi pecihan beling. Rapmon bengong.

"AAAAAAA RAPMON OTTOKEEE??!!" Kalo Agus sudah mengeluarkan kutipan favoritnya di dalam drama korea, berarti dunia sedang tidak baik-baik aja.

Kafka tertawa sampai menangis, Hamdan udah nangis duluan ngeliat kelakuan sodaranya.

***

borahae<3

09/01/2021


Rapmon dan Hamdan lagi akur nihhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rapmon dan Hamdan lagi akur nihhhh




Kopi dan SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang