Who's Antagonis? : Sebuah kata maaf

15K 1.4K 173
                                    

Adifa berjalan beriringan dengan Jihan, sahabat Adifa Salwa. Berjalan mendekati ruangan kelas dua belas mipa dua, kelas Adifa dan Jihan. Adifa duduk di samping Jihan yang langsung membaca buku pelajaran. Jihan seorang murid teladan, beberapa kali Jihan, Sarka dan Rafa memenangkan kejuaraan Olimpiade OSN. 

Adifa melihat pandangan sekitar kelasnya, kelas yang sunyi dan Adifa merasa asing berada di tubuh Adifa Salwa. Dan target geng dragon sudah dimulai. 

Rafa menyiramkan air yang ada di tangannya kepada Adifa, membuat puncak kepala Adifa menjadi basah. Adifa menatap tajam ke arah Rafa, sedangkan Rafa malah tersenyum sinis kepada Adifa. 

"Antagonis sudah datang." Seru Rafa yang membuat Adifa memicingkan kedua matanya. 

Kelas dua belas ipa dua menatap sinis kepada Adifa, bahkan murid lain melihat pertikaian antara Rafa dan Adifa. Adifa teringat pesan ibu pantinya, jika sudah besar, Adifa akan terus menerus dibenci orang, karena alasannya pasti karena benci dan iri. 

Mungkin saja, saat ini Rafa sedang membenci Adifa Salwa, dan Bulan sedang iri dengannya. Kolaborasi antara dirinya dan sang tokoh utama. 

Adifa berdiri dari kursinya, menatap Rafa dengan tatapan tajam. "Lo nggak punya sopan santun!" Bentak Adifa, seluruh baju Adifa basah, seragam putih abu-abunya habis basah terkena air. 

"Lo bisa sopan sedikit! Gue nggak tahu lo siapa! Lo kalau ada masalah bilang, jangan begini!" Adifa mengambil jaket yang ada di lacinya, memakai jaket tersebut untuk menutupi baju putih yang sudah tembus akibat air yang disiram oleh Rafa. 

"Antagonis, lo tahu, lo benar-benar gadis yang menjijikkan. Ini salah satu trik lo kan, kali ini apalagi yang akan lo perbuat kepada gue?!" Rafa membentak kepada Adifa, dengan suara khasnya, dingin dan membuat bulu kuduk Adifa merinding. Rafa seorang pria yang tidak bisa ditebak. Pria yang lembut di luar dan pria yang mengerikan di dalam. Pria yang memakai topeng dengan sempurna. 

"Rafa, berhenti. Lo sudah kelewatan." Sarka memundurkan Rafa dari hadapan Adifa. Sarka, sahabat Adifa sewaktu smp dan sampai sekarang. Sahabat dekat Adifa dan Rafa. Sarka berteman dengan Rafa akibat Adifa, gadis periang yang tiba-tiba berubah menjadi antagonis.

"Kenapa? Lo mau membela sahabat lo?" Rafa memiringkan kepalanya, menatap Sarka dan Adifa secara bergantian. 

"Lo hanya benar-benar kelewatan, Rafa. Lo sebaiknya jaga sikap dengan Adifa, gue nggak akan terus diam kalau lo terus membully Adifa." Sarka menggenggam tangan Adifa, melewati Rafa yang sedang mencengkram kedua tangannya dengan erat. 

Sarka membawa Adifa ke toilet wanita, menatap lurus ke arah Adifa. "Gue sudah bilang sama lo, jangan pernah mengusik Rafa lagi. Gue nggak tahu lo sedang memainkan trik apa, tapi gue saranin lo harus bisa melupakan Rafa. Lo harus melupakan Rafa dari kehidupan lo." Adifa menatap lurus pria yang ada di hadapannya, Adifa tahu. Adifa Salwa selalu mengejar Rafa, membully Bulan yang seorang pacar Rafa. Dan membunuh Bulan dengan menabrak-kan sebuah mobil yang dikendarai oleh Adifa Salwa, seharusnya, Adifa Salwa sudah meninggal bersama Bulan. Tapi entah kenapa, dirinya memasuki tubuh sang gadis, gadis kaya raya dan antagonis. 

"Gue hilang ingatan, gue lupa dengan masa lalu gue. Dan gue nggak tahu kenapa gue dijuluki antagonis, gue hanya ingin minta maaf." Adifa menatap lurus ke arah sarka, sedangkan Sarka menatap tidak percaya kepada dirinya. Apa mungkin, Adifa Salwa sangat jahat sampai dirinya dijuluki antagonis. Bagaimana kehidupan Adifa Salwa, bagaimana dirinya menjadi antagonis, dan terus merebut hati Rafa yang bahkan tidak pernah mencintai dirinya. Membayangkan saja, membuat Adifa ingin langsung memarahi Rafa. 

"Trik lo nggak berguna sama sekali." Sarka pergi dari hadapan Adifa, melewati Adifa tanpa melirik kebelakang. Adifa hanya tersenyum menatap punggung tegap Sarka, walapun dirinya terus membela diri, tidak akan ada yang percaya kepada dirinya. Dirinya sudah dicap sebagai antagonis, dan selamanya akan terus begitu. 

Adifa Salwa. Gadis yang memiliki rambut pendek sebahu dengan wajah yang putih mulus membuat Adifa terlihat cantik dan feminim. Tubuh kecil dan pendek, membuat Adifa terlihat imut di satu sisi. 

Adifa berjalan ke arah halte bus, berjalan bersama Jihan yang masih sibuk dengan buku yang ada di tangannya. Adifa tahu, Jihan sangat terobsesi kepada buku, apalagi buku yang menceritakan sejarah. Berbeda dengan dirinya, Adifa sangat membenci sejarah. 

Adifa terhenti di suatu tempat akibat dihadang oleh sekumpulan pria yang membawa sepeda motor, dengan gaya yang acak-acakan. Menghadang dirinya dan Jihan, seketika terlintas dibenak Adifa, antagonis seperti Adifa mempunyai banyak musuh. Dan pasti dirinya yang dihadang dan harus berurusan dengan sekumpulan pria, bukan Jihan. 

"Sialan." Maki Jihan yang menatap salah satu pria yang sudah turun dari sepeda motornya, berjalan mendekati ke arah Adifa dan Jihan. 

"Selamat datang antagonis." Pria yang mempunyai wajah mirip dengan Rafa, dengan tubuh yang tegap dan mempunyai bentuk rahang yang tegas, hidung mancung dan kumis yang tipis, membuat pria tersebut sangat tampan, seperti Rafa. Pria tersebut bertepuk tangan, menatap sinis dengan senyuman manis ke arah Adifa. Sedangkan sekumpulan pria lain yang masih setia duduk di sepeda motornya, mengikuti sang pria yang ada di hadapan Adifa, bertepuk tangan. 

"Welcome Adifa Salwa." Dan pria tersebut, bernama Danu, Danu Alfarizi. Salah satu pria yang menyukai sang heroin, Bulan. Dan kehidupan tenang Adifa akan terus terusik akibat sang tokoh pria yang tidak terima sang heroin meninggal. 

"Gue benar-benar menunggu lo selama enam bulan, dan sekarang lo sudah sadar. Bahkan lo benar-benar sudah sehat." Danu memajukan wajahnya, mendekat kepada Adifa. Menatap setiap inci wajah Adifa, dan menatap lekat ke arah mata hitam Adifa. 

"Bahkan, wajah lo benar-benar bertambah sangat jelek." Danu tersenyum sinis, menatap tajam kearah Adifa. 

"Lo siapa lagi?" Tanya Adifa yang memalingkan wajahnya ke arah samping, mundur satu langkah agar menjauh dari pria yang ada di hadapannya. 

"Rupanya benar, lo hilang ingatan. Atau itu salah satu trik murahan lo lagi?" Danu berdiri tegak, dengan badan yang tinggi menjulang membuat Danu menundukkan wajahnya untuk melihat gadis yang ada di hadapannya, Adifa. 

Adifa menghela nafasnya gusar, menatap tajam kearah pria yang ada di hadapannya. "Gue nggak kenal lo siapa, dan gue nggak peduli dengan lo, mau lo siapa, hubungannya dengan gue tidak ada." Adifa melangkah menjauh dari hadapan pria yang ada di hadapannya, pria yang patut untuk di curigain. 

"Intinya, antagonis selamat datang dalam dunia real life!" Seru Danu yang membuat Adifa terhenti sejenak, menatap tajam ke arah pasukan zelon, pasukan pria yang mempunyai wajah sangar dengan badan yang besar, seperti preman. 


Who's Antagonis? [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang