22

576 104 43
                                    

Jihyo mengetuk-ngetukan jemari lentiknya ke atas meja. Alunan musik indah menyelinap ke anak telinga. Matanya menatap kosong penampilan band di panggung salah satu kafe tempat ia janjian untuk bertemu dengan Tzuyu. Tidak ada gairah sama sekali. Kali ini musik tidak mempan untuk membangkitkan gairahnya.

"Kak, udah nunggu lama?" Tanya Tzuyu. Cowok itu tiba-tiba sudah duduk di hadapan Jihyo.

"Belum" jawab Jihyo. Padahal sudah setengah jam yang lalu Jihyo duduk di sana.

"Sorry tadi gue ada urusan!" Ucap Tzuyu

"Iya"

"Udah pesan makanan kak?" Tanya Tzuyu. Jihyo menggeleng.

"Gue sebenernya ngajak lo ke sini bukan untuk makan, gue nggak laper!"

"Jadi?"

Hening.

Jihyo sibuk merangkai kata-kata di dalam benaknya. Memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk mengungkapkannya pada Tzuyu.

"Gue mau jawab pernyataan cinta lo" ucap Jihyo. Jantung Tzuyu mendadak berdegup kencang. Jihyo menarik napas dalam seolah mencari kekuatan untuk berbicara. Tzuyu sendiri sudah keringat dingin di tempat.

"Gue nggak bisa nerima lo. Bahkan hanya dekat pun nggak bisa!" Detik itu juga jantung Tzuyu seperti berhenti berdetak.

Kenapa? Ada apa? Segala jenis pertanyaan terbentuk di kepala Tzuyu. Namun Jihyo di hadapannya diam saja, dan malah tampak tenang.

"Gara-gara Kak Jeongyeon udah suka sama lo, kak?" Tanya Tzuyu. Hanya alasan itu yang terlintas di kepala Tzuyu.

"Bukan, bukan karena itu."

"Karena gue nggak pantes buat lo? Kak Jeongyeon yang lebih pantes gitu menurut lo?" Tzuyu bertanya lagi. Nadanya meninggi.

"Gue kira lo cewek beda kak, ternyata lo sama aja kayak cewek di luar sana yang selalu mau disakitin cowok dan nggak menghargai orang yang selalu ada buat lo!" Tzuyu semakin emosi. Jihyo terdiam. Lidahnya kelu untuk mengucap barang sebuah kata. 

"Sadar kak, sikap dia gimana ke lo. Dia kasar. Dia nggak pernah memperlakukan lo selayaknya perempuan. Dia selalu bikin lo nangis. Sementara gue di sini selalu bersedia menerima lo kalau lagi nangis. Apa yang kurang dari gue sih kak?" Air mata Jihyo luruh. Mendengar bagaimana terlukanya Tzuyu membuat dirinya ikut merasakan sakit. Namun Jihyo memiliki alasan untuk ini.

"Okay mungkin Kak Jeongyeon memang segalanya buat lo. Dia brengsek kayak gimana juga lo masih suka. Dan memang sampai kapan pun gue nggak akan dapat kesempatan kan kak? Dari awal memang gue cuma peran pengganti di saat peran utamanya lagi nggak ada. Iya kan kak?"

Tzuyu benar-benar kecewa. Ia marah. Ia kesal. Ia tidak terima. Jihyo memperlakukannya seperti seolah ia adalah mainan. Baru kemarin Jihyo mau memberikan kesempatan lalu sekarang seperti ini. Apa maksudnya?

"Ini bukan tentang peran utama atau peran pengganti, Tzu!" Jihyo akhirnya angkat bicara. Gadis itu sesenggukan. Namun ia berusaha menyeka air matanya. Mencoba sekuat tenaga menatap mata Tzuyu. "Ini tentang lo yang memang harus tanggung jawab soal Yora."

Balasan telak. Tzuyu stagnan. Otaknya seperti seolah berhenti bekerja. Jadi Jihyo tau? Jihyo mengetahui masalah itu? Dari sekian banyak orang di bumi, Tzuyu tidak ingin Jihyo tau, tapi Jihyo malah tau.

"Lo mencari tau soal keretakan hubungan gue dan Jeongyeon lewat Chaeyoung, dan akhirnya lo kenalan sama Yora, kan?" Tzuyu semakin tersentak.

Kilas balik tentang apa yang sudah ia lakukan selama ini perlahan terputar otomatis di kepalanya. Kepala Tzuyu mendadak pening. Dosanya begitu banyak selama ini.

"Kak Jihyo sama Kak Jeongyeon itu nggak akur ya Chaeng?"

"Lo punya nomor Kak Yora?"

"Halo Kak Yora ini Tzuyu"

"Gue ke rumah lo ya kak"

"Hah Kak Jihyo dari apartemen Kak Jeongyeon? Sekarang udah keluar? Oke gue samper dia ya kak"

"Iya gue di deket apartemen kak Jeongyeon, kalau dia keluar langsung gue ikutin!"

"Kak lo ada foto lo sama Kak Jeongyeon nggak? Apa tah gitu yang lagi intim."

"Gue bukan gila, gue cuma mau mancing Kak Jihyo buat cerita, jadi kalau nggak ada buktinya mana mungkin Kak Jihyo mau cerita"

"Besok lo cium Kak Jeongyeon di perpus kak, biar gue foto diem-diem!"

"Kak Yora lo bego ya? Kak Jeongyeon bisa-bisa jadi ikut study tour!"

"Anjing bangsat mereka akur waktu study tour!"

"Kak Jeongyeon nggak pernah angkat telpon lo? Kak Jihyo juga nempel mulu sama Kak Jeongyeon" 

"Apa yang lo lakuin selama ini di belakang lebih brengsek daripada Jeongyeon, Tzu! Lo menjadikan gue objek fantasi seks lo saat lo lagi sama Yora! Gue kecewa sama lo. Lo mandang gue serendah itu." Ucap Jihyo. Hal itu semakin membawa dirinya menyelami memori kelamnya.

"Lo hamil? Minta tanggung jawab sama Kak Jeongyeon njing! Jangan ngancurin usaha gue buat deketin Kak Jihyo! Salah sendiri lo murahan!"

"Udah gue bilang lo itu cuma media fantasi seks gue, sementara yang ada di kepala gue cuma Kak Jihyo!"

"Nggak usah hubungin gue lagi!"

"Kak—" Tzuyu tercekat. Ia tak sanggup bicara apa-apa lagi.

"Setelah Yora hamil lo ninggalin dia, lo suruh dia minta pertanggung jawaban ke Jeongyeon. Lo dateng ke gue, ngerangkul gue seolah jadi malaikat penolong! Iya kan?" 

"Perlu lo ketahui Tzu, gue udah sampai ke titik percaya sama lo, gue mau buka hati gue untuk lo, gue sadar akan perasaan tulus lo. Tapi ternyata Tuhan baik dan ngasih tau kenyataannya secepat ini!"

"Jangan pernah lo benci Yora karena dia yang cerita tentang ini ke gue. Dia berhak berbicara. Dia berhak meminta pertanggung jawaban dari lo! Dia berhak meluruskan semuanya. Di perutnya ada anak lo, Tzu! Darah daging lo sendiri!"

"Sekarang lupain gue, lupain perasaan lo ke gue dan jagain Yora. Cintai dia Tzu, dia adalah ibu dari anak lo!"

"Maaf" lirih Tzuyu.

"Nggak ada yang perlu disesali. Semua ini udah terjadi. Gue udah maafin lo. Nggak perlu minta maaf lagi. Sekarang tinggal gimana lo ke Yora, gimana lo ke orang tua kalian, dan pikirkan baik-baik gimana kehidupan kalian nanti. Jangan lupa minta maaf sama Jeongyeon juga. Gue bukan belain dia, tapi kalian memang harus baikan. Lo inget kan waktu dia mukulin lo dan akhirnya dia nurunin gengsi buat minta maaf duluan. Pokoknya perbaiki semuanya Tzu, jangan lari dari masalah. Selama ini lo melakukannya secara sadar kan? Jadi pasti udah tau resikonya. Gue tau lo bisa!"

Jihyo berdiri "Gue pamit! Makasih Tzu. Jangan sungkan buat minta bantuan, asal kita hanya sebatas teman." Setelah itu Jihyo melangkah menjauh dari meja yang sebelumnya ia duduki, meninggalkan Tzuyu yang masih menatap ke depan dengan pandangan kosong.

Tzuyu benar-benar sudah kalah. Seharusnya ia mendengarkan nasihat Chaeyoung selama ini. Seharusnya ia main sehat sejak awal.

___________
11-01-2021

Deux (Jeonghyo - Jitzu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang