11

553 125 17
                                    

Tzuyu membantu Jihyo menurunkan koper dari dalam bus. Pukul delapan malam, mereka baru saja tiba di sebuah hotel di kota Malang. Mereka langsung menunggu pembagian kunci kamar hotel di lobi.

"Sekamar sama siapa kak?" Tanya Tzuyu.

"Yuju, temen sekelas" Jawab Jihyo.

"Oh, mana Kak Yuju nya?"

"Itu di sana!" Jihyo menunjuk salah satu perempuan berkuncir satu yang berdiri di dekat Bu Lastri, menunggu kunci kamar dibagikan.

"Istirahat kak, nanti jam 12 udah harus bangun!" Ucap Tzuyu seraya mengelus puncak kepala Jihyo. Sang gadis mematung. Gerakan tangan Tzuyu yang lembut selalu membuatnya terdiam entah karena apa.

Omong-omong mereka memang harus bangun tengah malam nanti karena harus segera berangkat mengejar matahari terbit di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

"Tadi juga gue udah tidur terus di bus!" Jawab Jihyo dan berusaha terlihat biasa saja. Ia tidak ingin berpikir aneh-aneh dan macam-macam dulu tentang perasaannya yang mendadak acak-acakan.

"Tadi kan di bus engga bisa lurusin badan, kak. Nanti di kamar bisa lurusin badan. Lumayan tuh tidur tiga atau empat jam!" Balas Tzuyu. Jihyo mengangguk patuh. "Nanti gue bangunin deh, gue telpon atau ketuk kamar lo aja!"

"Awas nanti malah lo yang ketiduran!" Tuding Jihyo. Tzuyu terkekeh.

"Hahaha enggak-enggak. Gue nggak bakal tidur kak, kalo tidur mah kelabasan nggak bisa bangun lagi sampe besok!"

"Terus ngapain nanti?" Tanya Jihyo bingung.

"Ngopi mungkin"

"Sambil ngerokok?"

"Gue nggak ngerokok"

"Oh tumben, biasanya cowok yang ngopi sambil ngerokok juga!"

"Gue kan nggak bisa disamain kayak cowok biasanya..." Gumam Tzuyu, membuat Jihyo tersenyum geli. Adik kelasnya ini tingkat percaya dirinya tinggi sekali.

Seseorang tiba-tiba datang, memberikan kunci ke dada Tzuyu secara kasar sembari tangan kirinya menggenggam telpon.

"Iya Yora, udah dulu ya..." Cowok itu segera mematikan ponselnya dan menyimpan di saku tanpa rasa bersalah sama sekali. Melihat hal itu, Jihyo mengulum bibir sejenak. Ia pikir dengan Jeongyeon mau ikut study tour dan mau duduk di sebelahnya artinya Jeongyeon sudah melupakan Yora, ternyata perkiraannya salah.

"Ini kunci kamarnya, jing!" Ucap Jeongyeon pada Tzuyu yang tak kunjung mengambil kunci itu. Dari nada bicaranya dan raut wajahnya ia memang terlihat sedang emosi.

"Santai kak!" Balas Tzuyu seraya menerima kunci tersebut. Jeongyeon lantas berniat angkat kaki kembali, namun jemari kecil Jihyo yang tiba-tiba menggenggam lengannya menghentikan langkahnya.

"Mau kemana, Jeongie?" Tanya Jihyo.

"Beli rokok!" Jawab Jeongyeon.

"Kan nggak boleh!"

Napas cowok itu memburu. Tatapannya tajam ke arah sang tunangan yang terlihat khawatir. Segera ia menyetakkan lengannya agar tangan Jihyo terlepas. "Bukan urusan lo Jiyo! Nggak usah sok ngatur! "

Gadis itu tersentak. Dadanya seperti diremat keras ketika Jeongyeon membentaknya di depan umum. Walaupun sebenarnya tidak terlalu banyak yang memperhatikan kejadian tadi tapi tetap saja rasanya menyesakkan. Apalagi ketika Jeongyeon malah berjalan dan menubruk bahunya kasar

"Awas minggir!"

Detik itu juga air mata yang sedari tadi Jihyo tahan luruh begitu saja.

****

Saat kejadian tadi berlangsung, beruntung tidak lama dari itu Yuju, teman sekamar Jihyo, segera datang. Gadis itu langsung Tzuyu sarankan untuk mengajak Jihyo ke kamarnya. Tzuyu juga dengan bijaksana bilang bahwa mereka tidak perlu mengkhawatirkan barang bawaan, ia dan temannya akan mengantar barang tersebut.

Tzuyu baru saja memasukkan barang miliknya ke kamar. Barang Jihyo, Yuju, dan Jeongyeon ia titipkan ke resepsionis. Keluar dari kamar, ia berpapasan dengan Chaeyoung di koridor hotel. Kebetulan sekali ia sedang memerlukan bala bantuan.

"Chaeng!" Panggil Tzuyu. Yang dipanggil menoleh.

"Apa?"

"Bantuin gue bawain barang Kak Jihyo sama Kak Yuju!"

"Lah orangnya pada kemana anjir?"

"Tadi ada kejadian, Kak Jihyo sampe nangis. Jadi gue suruh Kak Yuju buru-buru bawa dia ke kamar."

"Oh yang tadi gara-gara Kak Jeongyeon, ya?" Tanya Chaeyoung. Keduanya masuk ke dalam lift dan memencet tombol lantai dasar.

"Iya" jawab Tzuyu.

"Tadi gue denger sih dia marah-marah di luar, ditenangin Kak Bambam dkk.." ucap Chaeyoung. Tzuyu mengernyit. Kebiasaan temannya ini masih sama yaitu selalu saja menguping. Persis seperti perempuan. Tidak sia-sia ia memilih teman yang informatif seperti Chaeyoung. "Kalau gue nggak salah denger tadi dia bersikap kayak gitu gara-gara elo deh!"

"Lah gara-gara gue?" Tzuyu bingung. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun.

"Elu tadi ngelus-ngelus poni Kak Jihyo bego! Dia lihat!"

"Lah dia aja tadi lagi telponan sama Kak Yora, masa gara-gara itu jadi marah-marah ke Kak Jihyo sih? Aneh banget itu orang"

"Iya emang gitu dia orangnya. Makanya lo nggak usah aneh-aneh deh, Tzu! Kalau mau ngerebut cewek orang tuh diem-diem aja! Jangan terang-terangan amat. Kasian Kak Jihyo nya gue!"

Hening. Pintu lift terbuka, keduanya keluar dan berjalan ke dekat resepsionis dengan pikiran Tzuyu yang kembali memutar reka ulang adegan tangis gadis yang ia sukai. Tangis yang rupanya disebabkan oleh dirinya.

___________
29-12-2020

Deux (Jeonghyo - Jitzu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang