"Non Letta, den Sargas sudah menunggu di bawah." Suara Bi Ida membuyarkan lamunan Letta yang sedari tadi hanya duduk di depan meja riasnya. Letta hanya berdehan menyahuti ART-nya itu. Cewek dengan balutan dress panjang berwarna hitam bermodel asymmetric neck itu berdiri, melihat pantulan dirinya di cermin sekali lagi.
Letta terlihat cantik hanya dengan polesan sedikit make up meskipun tidak ada senyum di bibirnya, hanya raut datar. Cewek itu bergerak mangambil tas hitamnya sebagai pelengkap, lalu berjalan meninggalkan kamarnya. Seel mustahil jika seorang Arletta Lyora Xaviera tidak menarik perhatian. Terbukti saat seorang cowok bersetelan senada dengannya tengah berdiri di bawah tangga itu menatap Letta tanpa berkedip.
"Cantik," ucap Sargas dengan senyum khasnya saat sudah berhadapan dengan Letta.
"Gue tau," mendengar jawaban dingin Letta membuat Sargas tertawa pelan. Sargas memberikan lengannya. Letta malas berlama-lama dengan ogah-ogahan cewek dengan hells setinggi tujuh cm itu merangkul lengan Sargas. Cewek itu berjalan dengan mengangkat dagu, terlihat angkuh dan elegant dalam satu waktu. Wajahnya yang datar tanpa ekspresi membuat banyak kaum adam merasa tertantang sebagai penakluk.
Selama di perjalanan, hanya suara Sargaslah yang mengisi kesunyian. Letta tahu Sargas hanya berusaha mengisi kesunyian, namun yang dilakukannya hanya berdeham. Letta memandang ke jalanan yang seakan mengejeknya, hidupnya benar-benar di atur sedemikian rupa oleh Papanya.
Kepalanya terasa pening, ditambah rentetan pertanyaan dari Sargas yang malas ia jawab. Jika bisa, ia menerima perjodohan ini dengan segenap hati, seperti yang dilakukan Sargas. Namun, apa boleh buat? Ia tidak menginginkan ini semua, hanya ingin bebas itu saja. Sedari kecil, Letta selalu menghabiskan waktunya untuk berbagai kegiatan yang tentunya diatur oleh Papanya.
Bukannya apa, ia terlalu lelah untuk itu semua, sedari kecil Letta selalu melakukan apapun yang bisa mengisi waktunya. Mungkin orang lain akan beranggapan jika ia adalah wanita yang ambisius, padahal ia hanya ingin mengasah kemampuannya dan keinginan Papanya tentu saja. Les balet, tari, piano, bahasa. Entah apa saja yang ia lakukan agar harinya tidak kosong. Dan ia berhasil.
***
Malam ini sangat membosankan bagi Letta. Cewek itu duduk di salah satu meja bundar, tepat di samping Sargas. Dilihatnya dengan datar lelaki paruh baya yang berdiri di atas panggung dan berpidato singkat. Lelaki itu adalah Papanya, yang sekarang dengan bangga mengumumkan tanggal tunangannya dengan seorang Sargas Aidan Denalfian.
Diam-diam Letta memijat pelipisnya, pertunangannya akan diadakan lima minggu lagi. Astaga, apa yang harus dia lakukan agar Papanya membatalkan hal itu?
Dilihatnya Sargas menampilkan senyum ramah dan menanggapi semua orang yang mengajaknya berbicara, sangat berbanding terbalik dengannya. Malas mendengar pujian-pujian tentang betapa serasinya ia dengan Sargas. Letta bangkit dari duduknya, namun belum sempat melangkah Sargas sudah menahan tangannya.
"Mau kemana?"
"Toilet." jawabannya membuat Sargas melepas cekalannya. Tanpa ba-bi-bu ia melangkahkan kakinya menjauh. Letta merasa risih jika terus terusan berada di dekat Sargas.
Sargas Anggasta, mengapa Letta tidak bisa menyukainya? Padahal Sargas adalah manusia yang menurutnya kelewat baik, ralat, semua orang yang berada di sekitar cowok itu pasti juga menyimpulkan hal yag sama dengannya. Well, Sargas selalu sabar menghadapinya, berusaha mencairkan suasana, padahal secara terang-terang Letta dengan ogah-ogahan menanggapinya. Apapun itu, ia hanya ingin Sargas membatalkan ini semua. But see, cowok itu seakan memiliki berlapis-lapis kesabaran, untuk menghadapinya.
Letta berbohong, tentu saja. Cewek itu tidak ke toilet, melainkan pergi meninggalkan gedung megah dimana pesta bisnis Papanya diadakan. Dengan kesal Letta melepaskan kedua heelsnya saat merasakan keram di kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's my shield
Teen FictionLetta menyentuh pelipisnya seringan bulu, "Aku suka banget sama wajah kamu, ganteng banget, apalagi kalo emosi." Kepala Regan terasa pening, cewek di hadapannya ini sangat cantik, benar-benar cantik. Mungkin, jika di lain waktu atau di waktu yang le...