p r o l o g

243 32 6
                                    

Sepasang kaki kurus nan jenjang itu melangkah dengan ragu ditengah koridor yang kini ramai diisi oleh kericuhan khas anak muda pada jam istirahat.

Sang pemilik langkah menundukkan kepalanya dalam ketika melewati beberapa siswa yang terlihat acuh. Tak jarang siswa lain menubruk tubuh kurusnyanya, namun tetap tak ada satupun dari mereka yang tampak menyadari eksistensinya.

Keberadaannya bagai bayangan dalam gelap, hanya hadir untuk meramaikan ruang tanpa peduli apakah sebenarnya ia ada disana.

Siswa itu tersadar dari lamunannya ketika sebuah benda ramping berbahan besi mendarat tepat diatas kepalanya. Pada saat yang sama mata sipitnya membola meyadari benda milik siapa yang dilempar kearahnya, ia mengenali dengan baik benda itu, bukan! Bukan bendanya, tapi sang pemilik.

Ia mengangkat kepalanya mencari-cari tuannya benda tersebut dan tepat di antara pembatas ruang kesehatan ia menumukannya. Sosok lain yang juga membalas tatapannya dengan bengis.

Seketika keringat mengucur dari dahinya, kakinya jauh lebih bergetar dari pada sebelumnya, dan tatapan matanya berpencar tak tentu arah.

Sosok itu menghilang dari pandangan setelah menatapnya tajam untuk terakhir kali.

Ketakutan yang menguasai dirinya membuat ia tak menyadari jika bel tanda masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Di saat siswa lain berebut pergi menuju tangga untuk kembali ke kelasnya masing-masing, lain lagi dengan siswa ini, ia malah melangkahkan kaki lebih cepat kearah sebaliknya, melawan arus para siswa untuk menuju deretan loker yang berjarak lima meter dari tempat berpijaknya kini.

Semakin jauh ia berjalan, semakin tak beraturan langkahnya, beruntung tangan kirinya berhasil meraih loker dengan papan nama 'Noh Sung Chul' yang tak lain adalah miliknya. Siswa itu segera merogoh sakunya, menarik sebuah kunci untuk membuka loker tersebut.

Ketika loker itu berhasil terbuka, dengan cepat ia menukar tumpukan buku ditangannya dengan tas punggung hitam yang tersimpan di dalam loker.

Masih dengan tangan yang gemetar, Noh Sung Chul mengunci kembali loker itu dan mulai melangkah menjauhi deretan loker tersebut, menaiki berpuluh-puluh anak tangga untuk sampai di lab biologi yang diputuskan menjadi destinasi akhirnya.

Ia meraih sebuah tali tambang sebelum akhirnya melempar tas hitam itu ke sembarang arah. Lalu menyusun beberapa kursi yang ada secara menumpuk dan memasang tali pada bagian langit-langit ruangan.

Sungchul menaiki kursi tersebut, membuat sebuah simpul dan memasangkan pada lehernya, membiarkan tali tebal itu bergesekkan dengan kulit tanpa cacatnya.

Sebelum melakukan langkah selanjutnya, ia sempat menatap keluar jendela, ke arah lapangan dimana para siswa tengah berolahraga saat itu. Cairan bening mengalir begitu saja dari mata indahnya, bertolak belakang dengan bibirnya yang justru tersenyum.

Setelah itu, dengan berani Sungchul menendang tumpukkan kursi yang menjadi pijakkannya.

Apa yang terjadi selanjutnya berlangsung dengan sangat cepat, tali itu berhasil membelit lehernya, mengahalangi oksigen untuk memasuki tenggoroknya, membuat dirinya tercekik dan mengakhiri hidupnya.

Apa yang terjadi selanjutnya berlangsung dengan sangat cepat, tali itu berhasil membelit lehernya, mengahalangi oksigen untuk memasuki tenggoroknya, membuat dirinya tercekik dan mengakhiri hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Leave The Line | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang