0 1

215 37 7
                                    

Suara gemuruh tepuk tangan memekakkan telinga terdengar jelas dalam stadium besar tersebut.

Heeseung menutupi kedua telinganya rapat-rapat, tidak tahan dengan suara teriakan yang kini juga ikut bersahutan disekitarnya.

Ini bukan minatnya, ia tak suka berada ditengah keramaian dan berdesak-desakkan diantara ribuan orang yang tengah dibakar rasa semangat.

Kalau saja sang adik tidak memaksa dengan mata yang berkaca-kaca, tak mungkin sekarang Heeseung bisa berada di penghujung konser sebuah grup band lokal yang tengah ramai dibicarakan banyak orang.

"Kak! Kak Heeseung! Seru kan?" Teriak Yuna yang kini berdiri tepat disampingnya lengkap dengan senyum yang merekah.

Sayangnya kericuhan disekitar mereka seakan menulikan pendengaran Heeseung, "Hah!? Apa? Gue gak denger!"

"Seru kan!?" Teriak Yuna mengulang ucapannya.

"Seru?? Apanya yang seru? Mendingan gue tidur dirumah daripada desak-desakkan disini!" Jawab Heeseung balas berteriak pada sang adik.

Yuna mendelik tak suka, "kakak mah gak seru, sesekali lo itu harus coba refreshing kak,"

"Refreshing apanya? Kaki gue pegel nih, mana tadi siang gue harus bolak-balik ke lantai empat karena lab biologi di lantai dua disegel," keluhnya.

"Oh, disegel gara-gara yang bunuh diri itu ya kak?"

Heeseung mengangguk.

"Sekolah lo serem deh kak, untung gue gak pilih masuk kesana. Kok lo masih betah si? Padahal sekolah yang udah kena skandal begitu namanya pasti jelek,"

"Kalo boleh pilih juga gue mau pindah, sayangnya gue udah kelas akhir. Gak ada gunanya pindah,"

"Tapi kak, apa lo gak penasaran sama alasan siswa itu bunuh diri?" Tanya Yuna.

Heeseung hanya diam melirik adik perempuannya, kalau ditanya apakah ia penasaran dengan alasan bunuh diri Sungchul, pastinya iya.

Karena yang selama ini Heeseung ketahui Sungchul adalah anak yang pintar, berasal dari keluarga berada yang harmonis, dan jangan lupakan kepopuleran yang dimilikinya berkat tergabung dalam band sekolah. Benar-benar sebuah kehidupan yang banyak didambakan anak muda.

Kira-kira apakah hal yang membuat seorang yang telah memiliki hidup nyaris sempurna mau mengakhiri kisahnya ditengah jalan?

"Udah diem, capek gue denger lo ngomong terus," desak Heeseung pada Yuna yang terlihat ingin mengajukan pertanyaan lagi setelah yang sebelumnya tak dijawab oleh Heeseung.

Yuna mengerucutkan bibirnya kesal, tapi beberapa detik kemudian ia kembali meneriakkan nama dari grup band kesukaannya itu dengan semangat.

Heeseung menghela napas, adiknya memang tak pernah berubah, selalu bertolak belakang dengan dirinya.

Untung Heeseung kakak yang baik.

°°°°°°°


"Jay!" Teriak pelatih pada seorang anak didiknya yang beberapa kali melakukan kesalahan pada gerakan yang sama sejak tadi.

Jay langsung menegakkan tubuhnya, menoleh pada sang pelatih.

"Yang terbaik dari mana kalau gerakan kamu saja selalu salah ditempat yang sama," ucap sang pelatih mendecih.

Jay tak menjawab, ia masih mengatur nafasnya yang tak beraturan setelah berlatih selama berjam-jam untuk lomba dance yang akan diadakan Minggu depan.

"Atau sebaiknya saya ganti peserta saja? Masih ada waktu untuk melatih Eunsang, dia cukup bagus dan lebih mendekati kriteria saya dibanding dengan kamu," kata sang pelatih dengan bangga.

Sedangkan Jay hanya mendengus kesal mendengar nama seorang siswa seangkatannya yang barusan disebut oleh pelatih.

"Serius Jay, ini peringatan terakhir. Kalau kamu melakukan kesalahan lagi di latihan selanjutnya, saya tidak akan segan untuk menukar kamu dengan Eunsang."

Setelah mengatakan itu, sang pelatih langsung berjalan keluar dari ruangan.

"Brengsek." Makinya entah pada siapa.

°°°°°°°

Kala matahari tergelincir dan sinarnya telah memudar di penghujung hari, kedua anak adam itu tak kunjung menunjukkan adanya niat untuk keluar dari ruang kelas yang mereka tempati.

"Hoon"

Sunghoon berdeham sebagai respon dari panggilan kecil Jake yang kini tengah melamun disampingnya.

"Gabung band mau?"

"Gak,"

Jake berdecak mendengar jawaban yang sama kembali ia dapatkan selama seharian penuh ini.

Bukan tanpa alasan keduanya masih betah berada di sekolah pada waktu yang hampir malam seperti ini. Terhitung sudah nyaris empat minggu berlalu sejak pertama kali klub band membuka pendaftaran untuk posisi drummer yang telah kosong selama tiga bulan belakangan, dan itulah alasan dibalik melamunnya seorang Jake saat ini.

"Kenapa gak mau? Kan tinggal pukul-pukul aja, gampang kok,"

Sunghoon merotasikan bola matanya, "Kalau gampang seharusnya posisi itu udah keisi sejak pertama kali kalian buka pendaftaran,"

"Lagian gue mau hidup tenang, gak ada gunanya ikut klub semacam itu,"

"Sunghoon! Lo kan tau sendiri, masalahnya bukan di susah atau gak nya jadi drummer. Tapi karena banyaknya rumor soal roh si sungchul yang katanya mengutuk posisi drummer di band sekolah," Kata Jake memelas, tampak frustasi memikirkan masalah yang menimpa klubnya sejak hari kematian si drummer tiga bulan lalu.

"Nah, memangnya lo mau gue kena kutuk cuma gara-gara jadi drummer?" Tanya Sunghoon tanpa menyadari ekspresi Jake yang sudah seperti ingin memukulnya.

"Lo percaya rumor itu? Wah gue gak nyangka hoon ternyata lo gampang banget ya percaya kabar burung kayak gitu," Ucap Jake tak percaya.

Sunghoon merasa tak enak hati, sebenarnya alasan dari ia tak mengambil posisi tersebut bukan hanya karena ia tak bisa memainkan drum, tapi juga karena ia sadar seberapa berharganya posisi Sungchul dalam band tersebut, tak akan mudah melupakan posisi seseorang yang telah amat berjasa dalam sebuah tim dan menggantinya.

"Jake, ini kan baru tiga bulan dari kematian Sunghcul. Kalian gak mau ambil cuti dulu gitu? Maksud gue, kalian menjuarai banyak lomba dan banyak dikenal selama setahun terakhir itu juga karena Sungchul,"

"Kita udah istirahat satu bulan. Gak bisa berhenti terlalu lama, apalagi lomba bulan depan itu cukup bergengsi buat naikin nama band sekolah,"

Sunghoon tampaknya harus menyerah untuk meyakinkan Jake agar mengambil waktu istirahat bagi band nya, ia juga merasa tak ingin ikut campur lebih jauh lagi dengan urusan Jake dan klubnya yang membuat Sunghoon ikut pusing beberapa minggu terakhir.

"Tapi hoon, tolong dong sekali ini aja. Kalau dua minggu lagi form pendaftaran belum lengkap, kita bisa di diskualifikasi,"

Dengan nada malas Sunghoon akhirnya menyahuti,
"Imbalan yang gue dapat apa?"

Dengan nada malas Sunghoon akhirnya menyahuti, "Imbalan yang gue dapat apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kepanjangan gak chapter ini?

Leave The Line | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang