P R O L O G

20 3 5
                                    

Nama : Leonard Danuarta A

TTL : Di rumah bu bidan, pukul 23:59, dini hari

No. Hp: 08 ... Yang lain kapan-kapan aja ya? Nunggu gue mati dulu

Alamat: Palsu

Cita-cita: Tukang mainin cewek

Hobi: Mancing keributan

Pesan: Berani menikung itu hebat

Pesan untuk readers: Semut gue namanya siput

Kesan: Menyedihkan

---

Nama: Salma seizawinata

TTL: Jakarta, 29 Oktober 2003

No. Hp: Lupa, ingetnya nomer bapak gue, mau?

Alamat: Di perumahan Orchid

Cita-cita: Tadinya ada, tapi karena masa depan gue suram jadi enggak

Hobi: Bermain musik

Pesan: Bakso 2 porsi, pake kuah aja

Pesan untuk readers: Berhenti nanya-nanya tentang gue!!

Kesan: Hidup itu gak abadi

---

Nama: Teman gue manggilnya Bambang

TTL: Jakarta, 02 Desember 2002

No. Hp: Iph1 11, udah kan?

Alamat: Jl. Planet Venus no. 03

Cita-cita: Stalkerin doi

Hobi: Basket

Pesan: Cara ngelupain dia gimana?

Pesan untuk readers: Jangan berharap lebih ke dia karena cuma perhatian kecil darinya

Kesan: Nyesek banget ati gue

---

Nama: Aiden

TTL: Semarang, 05 Januari 2005

No. Hp: Coba cari diantara angka 0123456778890

Alamat: -

Cita-cita: Atlet

Hobi: Tidur

Pesan: Password wifi rumah gue, empat kali tiga sama dengan dua belas

Pesan untuk readers: Jangan lupa makan sama istirahat

Kesan: Ternyata capek ya ... Kalo sekolah lewat jalur akselerasi

***

Hari itu setelah usai liburan semester genap. Nasib sial menimpaku saat hari pertama sekolah. Aku bertemu dia, om-om dengan sejuta tingkah. Entah maksud apa jika tidak menarik perhatianku?

"Gue Arta, cowek bukan cewek, eh," ucapnya sambil berdiri didepan kursi. Menyugar rambut.

Cih, dasar modus!

Aku tidak mengubris. Kembali melanjutkan membaca bacaan novel. Dalam hati Ingin berucap gak tanya tapi laki-laki ini kembali bersuara.

"Lo siswa SMA ya?"

"Keknya lo pantes buat nemenin pacar gue," gumannya meneliti penampilan. Heh, apa yang salah dari seragamku?

Kudongakkan kepala ke atas. Wajar saja dia amat tinggi."Buat?" tanyaku tidak peduli. Ah, lebih tepatnya sok jutek.

"Nemenin dia ke mall, lo bantu jadi babu." ujarnya santai sambil duduk disamping.

"Permisi om, pintu keluar disebelah kiri. Anda bisa lewat melalui jalur gratis!" Ketusku supaya dia kapok.

"Enggak ah, gue mau nganterin lo sampe tujuan dengan selamat sentosa." Sekarang aku tahu, dia termasuk kategori om-om pedo. Tentu aku mudah mengenali karena dari bacaan novel.

Kali ini harus waspada! Mama pernah menyuruh untuk tidak berhubungan dengan cowok. Aku berdiri dari kursi."Minggir om, saya mau pergi. Enek disini!

Ia tidak menjawab. Malahan mengisyaratkan tangan. Seolah menyuruh duduk.

Aku berteriak lantang, sengaja. Membuat penumpang bus menatap ke arahku khawatir.

"Pak, bu, tolong om ini mau culik saya pake iming-iming dibeliin permen. Adu-duh ...  Sakit!" Kurapatkan tubuhku hingga menyentuh om itu. Dengan bumbu drama supaya mereka percaya.

Dan ..., apa kalian tau yang terjadi selanjutnya? Om-om gaje ini digebukin satu bus. Uwow, bravo! Pertunjukan yang bagus, bukan?

"Ampun pak, ampun,"

"Haha ...," tertawa terbahak-bahak bermaksud mengejek."Makan tuh gigi ompong!"

Om-om itu hanya bisa memberungut kesal. Mau berbicara saja sangat sulit ditambah wajahnya penuh lebam.

***

THE BOBROKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang