1. Gina

75 4 1
                                    

Hallo everyone😄
Apa kabar nih?
Semoga baik-baik aja yaa
Tetap semangat...
Next---

🎉 Happy reading🎉

Semoga suka sama ceritaku😁🤗

Gina berjalan cepat menuju Ruang perpustakaan ditemani Vanya disebelahnya. Gina dan Vanya ditugaskan mengambil buku paket di Perpustakaan untuk belajar Kelasnya.

"Van, kamu masuk duluan terus ngomong sama penjaga Perpus, aku malu," ucap Gina memohon pada Vanya.

"Iya deh, jangan malu-malu biasanya aja suka malu-maluin," ucap Vanya melangkah masuk ke Perpustakaan diikuti Gina.

"Iyaaa emang, tapi kan beda lagi?" Batin Gina. Memikirkan ucapan Vanya.

Gina kesusahan membawa buku paket yang cukup banyak, Gina melirik Vanya yang sama sekali tidak kesusahan dengan buku paket yang dibawanya.

"Van, nitip 2 buku paket ini ya, berat nih punya kamu  'kan gak terlalu banyak masih banyakan gue," ucap Gina memelas.

"Sebagai teman yang paling baik, aku mau bawain punya kamu," ucap Vanya membanggakan diri dengan tersenyum-senyum.

"Makasih, the best lah," ucap Gina seraya cengiran khasnya.

Sesampai di Kelas Gina langsung membagikan buku paket ditemani Vanya. sepanjang pelajaran Gina tak bisa fokus lantaran ada yang dipikirkan. Namun, Gina berusaha tenang. takut disuruh maju ke papan tulis untuk ngerjain soal, apalagi ini pelajaran Ibu Ida yang suka nunjuk murid secara random.

***

Jam istirahat Gina dan teman-temannya, berteduh di bawah pohon di Taman belakang Sekolah. Vanya menyenggol lengan Gina yang sedari tadi diam.

"Gin, kalau ada masalah cerita aja ke aku, kayaknya dari jam pelajaran sampai istirahat kamu diam aja, kenapa Gin? kalo masalahnya Rahasia gak akan dibocorin ke siapa-siapa deh, ayo dong cerita! aki bosen tahu kalau diam terus," ucap Vanya mencebikkan bibirnya kesal.

"Asal kamu tahu, gue itu takut Kakak gue marah sebab gue gak sengaja sobekin Album kenang-kenangan dari Sekolahnya," ucap Gina seraya menghembuskan nafas. Gelisah itu yang dirasakan Gina.

"Aku kira ada masalah apa, ternyata cuman itu, aku jamin Kak Ishaq gak bakal marah," ucap Vanya mengelus-ngelus punggung Gina.

"Gak usah dielus-elus, aku gak apa-apa," ucap Gina menurunkan tangan Vanya dari Punggungnya.

"Biar soswet kayak orang pacaran, aku 'kan belum pernah pacaran, gak kayak Dina mantan udah 10, btw kamu udah pernah punya mantan?" tanya Vanya mengintimidasi wajah Gina.

"Aku belum pernah punya mantan iya wajar gak punya mantan, kalau kamu gak wajar," ucap Gina.

"Lho! Aku juga wajar dong, menurut artikel yang pernah aku baca, apa ya kata-katanya, gak tahu'ah lupa," ucap Vanya.

Gina terkejut, Vanya langsung menarik tangannya dengan paksa. Vanya membawa Gina ke Lapangan. di sana nampak ada pertandingan basket.

"Van, kenapa bawa aku kesini sih? enak'kan di Kelas tiduran," ucap Gina menatap gadis blasteran di depannya.

"Gina ... aku baru inget kalo sepupu aku tanding basket jadi harus suportlah," ucap Vanya. Matanya memperhatikan orang yang bertanding. Gina hanya ikut-ikutan menonton. kadang-kadang melirik Vanya yang sangat antusias sambil mengucapkan kata 'semangat '.

"Aku bersyukur banget punya teman seperti Vanya, dia gak memandang fisik kalo berteman, padahal dia lebih cantik dan tajir," Batin Gina. Senyum manis terukir di wajah Gina.

"Van, btw yang mana sepupu kamu?" tanya Gina. Matanya menelisik laki-laki yang sedang tanding basket di Lapangan.

"Ih ... masa lupa sih, Kak Dilon yang itu!" ucap Vanya seraya menunjuk seseorang yang sedang memasukan bola ke dalam ring.

"Hehehe iya, aku lupa," ucap Gina cengegesan.

***

Dari tadi Vanya memaksa Gina pulang bersamanya. padahal letak Rumah Vanya dekat dengan Sekolah. sedangkan Gina jauh dari Sekolah, harus menaiki angkutan 2 kali.

"Van, please gak usah anterin aku pulang, Rumahku jauh ...." ucap Gina melemas. Gina paling tidak suka jika dirinya terlalu bergantung pada orang lain.

"Gak apa-apa, aku kangen sama suasana pedesaan," ucap Vanya menekankan setiap katanya. Gina berfikir bagaimana caranya agar Vanya tidak mengantarkan dirinya pulang.

"Hai, kalian ko masih disini? Gin, gak pulang? nanti gak ada angkutan lho," ucap Dina yang baru datang dari Toilet.

"Iya nih aku mau pulang, tapi Vanya maksa mau nganterin pulang," ucap Gina.

"Udah sana pulang Van, biar gua aja yang nganterin Gina pulang, kita 'kan searah, tapi aku cuman bisa nganterin sampai halte yang ada di dekat kuburan, gimana mau gak?" tanya Dina sambil memasang helm ke Kepalanya.

"Iya gak apa-apa, udah sana pulang Van, aku jalan dulu makasih tadi tawarannya," ucap Gina. Menaiki motor beat berwarna pink. jarak Rumah Dina dan Gina lumayan jauh.

"Gin, kayaknya lo sama Vanya dekat banget? kayak kakak sama adik aja gitu," ucap Dina disela-sela perjalanan.

"Kamu Bisa aja, Din."

"Kamu orangnya ngasikin sih, jadinya banyak yang nyaman sama kamu, menurut aku sifatmu itu peka sama keadaan dan yang terpenting kalau ngomong gak pernah nyakitin hati," ucap Dina seraya menatap wajah Gina dari spion motor.

"Jangan banyak puji gue, nanti perut gue muter."

Dina tertawa sebab Gina terlalu jujur. "Muter gimana? muter kayak baling-baling ,yaa."

"Gak tahu 'ah, tapi aku emang pernah ngerasain kalo dipuji kayak ada apa gitu ...," ucap Gina sejujurnya.

Sampai di Halte Gina langsung turun dari motor Dina. tak lupa juga mengucapkan terima kasih. Dina hanya bisa mengantarkan sampai di Halte, karena Rumahnya ada disekitar kawasan ini. Halte ini emang dekat dengan pemakaman. duduk di Halte seraya menatap jalan raya yang ramai.

Gina menengok ke samping, seraya mengeluarkan uang dari saku. Ingin sekali naik ojek agar cepat sampai, tapi Gina berfikir jika naik ojek maka uang 10000 nya akan habis semua. tidak lama kemudian bus berhenti di Halte, dengan langkah cepat Gina memasuki bus.

Gina berjalan memasuki Desanya. Pukul 5 sore masih rame di Desanya. banyak orang yang beli lauk pauk di Warung, anak kecil pada pergi ngaji dan banyak orang jualan keliling. Gina melepas sepatunya dan melangkah masuk Rumah.

"Assalamualaikum," ucap Gina sedikit keras dan menghampiri Ibunya yang sedang makan bersama adiknya.

"Waalaikumsalam, tumben pulangnya gak magrib? lemas banget badannya, udah sana mandi terus makan," ucap Tuti memerintah anaknya.

"Iya, Mah."

__
__
__

Disini pakenya aku kamu, bukan lo gue yaa misfriend (panggilan untuk pembaca karyaku)
Jangan lupa vote dan komen yaa gays😊

Salam hangat

Misin✍



















The Real Destiny🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang