Selain tidak menyukai suara televisi yang ribut, juga situasi kota dengan segelas hiruk pikuk, ternyata Arthur juga tidak suka belajar disekolah. Dia tidak sendirian memegang teguh pendapat lumrah siswa yang sudah merasa tertekan dan jenuh.
Setidaknya masih ada Dalton. Setidaknya masih ada Rye. Dan, setidaknya Dev demikian pula.
Setidaknya, penguatan di berbagai sudut itu membuatnya yakin kalau ia sama memang tidak perlu bersusah payah belajar supaya bisa ikut olimpiade seperti murid pujaan di sekolah ...
Roui Danne.
"Selamat ulang tahun."
Plak.
"Semoga kamu bisa masuk 20 besar semester ini brother!"
Plak.
"Bagaimana kalau kamu traktir kami di pujasera?"
Arthur membalas memukul ketiganya dengan tas selempang berisi buku paket tebal, hingga mereka serempak berlarian seperti semut disiram bensin. Hadiah ulang tahun kali ini sangat tidak epik; mendapat tiga pukulan dikepala oleh Rye, Dev, dan Dalton secara bergantian.
"Kali ini 130 mood : TRBL. Padahal Heavy Metal jauh lebih baik. Kamu bisa seperti ini ..." Kepala Dalton bergerak-gerak secara dinamis. Dalton adalah yang paling sering membelikan album fisik berisi lagu-lagu R&B untuk Arthur karena mereka memiliki selera yang sama. "Tadinya aku berpikir membelikanmu album dari Black Sabbath."
Mungkin sudah tiga tahun belakangan? Kira-kira sejak mereka masih berada disekolah menengah.
Dalton suka situasi riuh, seperti teriakan hingga menghebohkan satu kota, ketimbang Arthur yang lebih suka situasi yang tenang dan genre R&B adalah kesukaannya. Arthur menerima album berwarna ungu itu dengan antusias, akhir-akhir ini ia memang tertarik dengan musik dari musisi Dean.
"Yow, bro. Thanks a lot!" Arthur senang sekali, bahkan sudah bertanda tangan? "Bertanda tangan?"
Sementara Dalton hanya memberikan wajah seperti, ya itu bukan sesuatu hal yang besar.
Sekarang Dev yang gantian menyerahkan kotak berisi Sony MDR-1ABT silver. "Sama-sama." Lalu Dev memasang wajah datar. Rye memang tidak terlalu memiliki banyak ekspresi, ia akan sepuas-puasnya terpingkal tapi sehabis itu ia akan mendapat masalah. Mungkin itu alasannya ia mencoba tidak terlalu euforia terhadap sesuatu?
Sementara Rye, anak itu hanya cengar-cengir sambil mengedipkan mata dengan gestur genit.
"Aku mendengar bunyi drum metalica."
Seolah mempunyai koneksi yang sudah terhubung, Arthur hanya bisa menghela napas panjang.
"Baiklah, ayo ke pujasera."
Hingga pada akhirnya mereka serempak kembali memukul kepala Arthur dan berlari-larian kecil seraya menembus angin.
🍊
Mereka benar-benar memesan banyak makanan. Setidaknya, untuk memenuhi hasrat Rye yang seperti tidak makan seminggu. Rye memang banyak makan, namun paling kurus. Alice pernah bilang suatu hari ia ingin memotong usus halusnya agar ia bisa makan banyak tanpa takut membesar. Tidak tau teori dari mana, namun Arthur hanya 'percaya saja'.
Mungkin Rye termasuk orang yang kehilangan usus halus? Atau diam-diam memotongnya?
Sejak disekolah menengah, mereka sepakat untuk kembali menjadi teman di menengah atas lagi. Sekarang mereka adalah siswa menengah atas yang kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
catatan pedar jingga; arthur pada emely
Fanfiction- - - tuan arthur melipat kertas oranye sebelum dikirim sejauh 926 km. tidak hanya kertas, ada juga kepingan cd juga benang kusut dikepala. nada itu menyeru kedinginan, tapi cuaca sedang panas terik. diam-diam, arthur memang bertaruh untuk emely. t...