taehyun dan beomgyu, dalam berbagai lini masa yang berbeda, namun selalu dipertemukan dengan rasa yang satu.
a compilation of taegyu one shots that i've posted on twitter, please kindly read the notes / warning of each chapter before you read it! :)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perkenalkan, yang sedang berduduk di bangku kecil dengan keringatnya yang bertetesan tak henti ini adalah Kang Taehyun, usianya 19 tahun dan dia telah menekuni pekerjaannya ini selama 4 tahun.
Pekerjaannya memahat bongkahan marmer raksasa yang kokoh menjadi sebuah mahakarya, membuat batu putih sedikit keabuan yang semula tak berbentuk itu menjadi tiruan benda aslinya, membuat ribuan orang tergila-gila akan karyanya, namun Taehyun tak pernah menerima sepeser pun uang yang ditawarkan oleh penggemarnya.
Alasannya?
Patung-patung marmer karya miliknya itu telah ia anggap sebagai teman, Taehyun bahkan memberi setiap dari pahatannya nama, karena seumur hidupnya Taehyun tak pernah memiliki satupun manusia lain yang mau menganggapnya teman, terlebih jika mereka mengetahui fakta bahwa Taehyun seorang yatim piatu.
Ah, kecuali salah satu sepupu jauhnya yang baru ia ketahui tujuh bulan yang lalu, mungkin Taehyun bisa memanggilnya teman.
Saat ini, kedua tangannya sibuk menekuni pekerjaannya, palu dan alat pahat dihempaskan berkali-kali pada marmer berwarna putih dengan sedikit kesan abu-abu itu, kedua alisnya tampak saling bertaut, bibir bawahnya sedikit dimajukan, bulir keringat pun tak henti-hentinya menetes dari dagunya, debu yang terhambur dari pecahan batu itu kian mengotori pakaiannya.
“Huh, akhirnya, Kai! Soobin! sebentar lagi kita mendapat pendatang baru” ucap Taehyun riang pada kedua figur yang berdiri kokoh dalam galerinya, tangannya sibuk membersihkan sisa-sisa kepingan yang mengotori karya terbarunya, ia mengamatinya dari pucuk kepala hingga ujung jemari kakinya, terpahat sempurna, ini karya Taehyun yang menurutnya sendiri paling sempurna di antara yang lain, a special one.
“Aku harus memberinya nama, bukan?” gumam Taehyun, ia mengibaskan noda yang tersisa di apron kerja miliknya, menggenggam sebuah ponsel yang sedari tadi ia abaikan.
“Halo?“
“Yeonjun, ini aku”
“Ah, kau rupanya, bagaimana? Sudah menyelesaikan pekerjaanmu?“
“Tinggal sedikit sentuhan lagi untuk menyempurnakan detailnya, aku juga belum memberinya nama”
“Ck, ayolah, kau benar-benar menolak penawaran besar itu? Lima puluh juta dollar untuk sebuah patung bukan uang yang kecil, merekabenar-benartertarikdengankaryaterbarumu, kaubisakayasekejap, bro!“
Taehyun mendesah kesal, ia sudah bersikeras pada Yeonjun bahwa dirinya tak ingin satupun patung miliknya dijual, baginya, puluhan patung yang berbagai wujudnya itu adalah temannya di dalam galeri yang senyap dan gelap itu.
“Tidak mau, yang ini tidak akan kujual dengan harga berapapun yang mereka tawarkan, aku menyukai yang ini”
Taehyun tak dapat melihatnya, namun ia tahu sepupunya itu sedang mencibir sebal padanya