chapter 04

51 8 6
                                    

       Malam ini Karin kembali ke caffenya. Kali ini ia tidak duduk di mejanya bersama Boby. Melainkan ia sedang duduk berkumpul-kumpul dengan Beny kekasihnya dan teman-teman Beny.
Seperti biasanya, Beny akan selalu mengunjungi caffenya jika Karin tidak ingin diajak jalan.
Karin duduk di sebelah Beny yang merangkulnya. Disini Karin tlah mengenal teman-teman Beny dengan dekat. Tapi tidak semuanya Karin kenal. Sebab setiap harinya Beny slalu membawa teman barunya, yang tidak Karin kenal.
"Say, kamu sakit" tanya Beny dengan menyentuh dahi Karin.
"Enggak kok Ben" ucap Karin dengan memegang tangan Beny yang menyentuh dahinya, Beny pun langsung menggenggam erat tangan Karin.
Sontak membuat semuanya bersorak.
"Cieee------" sorak semuanya.
"Kapan sich kita-kita gak liat Beny dan Karin gak mesrah. Buat kita ngiri aja" ujar seorang cewek berpenampilan tomboy, bernama andin, teman Beny.
"Bener tuh" timpal seorang cowok yang juga teman Beny, bernama Hamzah.
"Ehmmm---- Ben" panggil Karin pelan.
"Iyah apa?" Ucap Beny menoleh ke arah Karin.
"Gue perhatiin, wajah kamu kenapa?" Tanya Karin penasaran, ia sedari tadi memperhatikan Beny, yang wajahnya sedikit terluka dan bengkak.
Seperti seorang yang habis berkelahi.
"Oh ini!----- tadi gue habis nolongin ibu-ibu yang sedang kecopetan" jawab Beny santai.
"Iya Rin!" Sambung Bagas teman Beny.
"Tenang aja, ini gak sakit kok" ucap Beny.
Beny berfikir, kalau Karin khawatir denganya.
Karin mengangguk-anguk dengan tersenyum.
Setelah lama berbicang-bincang dan bergurau. Akhirnya semuanya memutuskan ntuk pulang. Jam telah menunjukkan pukul 11malam. Kini di caffe hanya tersisa 3 orang. Beny, Karin, dan Boby.
Setelah Boby mengunci caffe, ia mendekati Beny dan Karin.
"Eh Bob!------ loe beneran gak mau ikut kita" Beny sedikit bercanda.
"Gak, ah. Lagian kalok gue ikut bareng kalian berdua, so pasti gue di kacangngin. Trus kalok gue ikut, mau gue kemana in tuh montor" dengan menunjuk ke arah montornya.
"Ya udah Bob!. Gue sama karin duluan yah?" Ucap Beny.
Boby mengangguk iya.
Beny dan karin pun masuk mobil. Suara mesin mobil Beny menyala dan perlahan-lahan meninggalkan bekas jejaknya.
Suasana dalam mobil hanya terdapat keheningan. Beny merasa bahwa Karin sangatlah letih, sehingga Beny membiarkan Karin terdiam membisu.
Tak lama kemudian mobil Beny telah sampai di depan rumah Karin. Beny dan Karin turun dari mobil.
"Say" panggil Beny.
"Hmmm"
"Cepat tidur dan jangan malam-malam tidurnya yah" pesan Beny.
Karin mengangguk.
"Salam sama mama ( maaf gak bisa mampir, soalnya udah malam)" ucap Beny.
"Iya Ben" jawab Karin.
"Ya udah, kalo' gitu gue pulang dulu"
"Hati-hati di jalan" pesan Karin.
Beny mengangguk lalu masuk kedalam mobil, dan langsung meninggalkan rumah Karin.
Karin berjalan dan membuka pintu rumah.
Mamah Karin sengaja membagi kunci rumah buat Karin
Jadi, karin punya dan mamanya juga punya. Ini di buat, jika mama karin belum pulang, Karin tidak usah bingung untuk membuka pintu rumah. Karena ia juga membawanya.
Karin berjalan memasuki rumah. Di ruang tamu mamanya tidak ada, biasanya namanya akan menunggunya pulang dengan kedatangan Beny. Tapi ini lain. Karin berfikir, mungkin mamanya sudah terlelap tidur.
Karin berjalan, dan tidak di sangka mamanya masih belum tertidur, melainkan duduk di shofa ruang keluarga.
"Mama" panggil Karin dari belakang, saat tau mamanya sedang menonton TV di ruang keluarga.
"Eh------ sayang. Udah pulang, mana Beny?" Tanya mamanya.
"Gak bisa mampir, soalnya udah malam" jawab Karin.
Mamanya mengangguk-anguk paham.
"Mah, Karin ke kamar dulu yah, besok sekolah" ucap Karin.
Sarah mengangguk,iya.
Karin melanjutkan langkahnya menuju ke kamar yang tak jauh dari lokasi ruang keluarga.

       
     
                           *******


       Pagi ini seperti biasanya, Karin berangkat bersama pak Joko, supir pribadi Karin. Dalam perjalanan menuju sekolah tak di sangka-sangka mobil yang di kendarai pak Joko berhenti di pinggir jalan.
"Ada apa pak!"
"Sepertinya, mobilnya mogok non" jawab pak Joko. Merasa bersalah.
Karin pun terkejut.
"Aduh, gimana nich pak Joko?" Ucap Karin dengan raut wajah gelisah.
"Pak Joko akan Carikan bengkel non"
"Ya udah. pak Joko cari aja bengkelnya. Saya akan naik taksi saja" kata Karin yang hendak membuka pintu mobilnya.
"Tapi non Karin" sergah pak Joko merasa bersalah dan khawatir.
"Udah pak. Gak papa, Karin udah hampir telat, jika Karin nunggu tukang bengkel, pasti Karin sudah sangat terlambat" ucap Karin.
Pak Joko berfikir, betul juga yang di katakan non Karin, pak Joko mengangguk paham.
"Sekali lagi maafkan saya ya, non"
"Iya, pak gak papa. Kalau gitu saya duluan yah pak" kata Karin yang langsung keluar dari mobilnya dan tak lama kemudian. Ia telah menemukan taksi, dan karin pun mulai masuk kedalam taksi.
Karin berharap perjalanan ini berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala.
Takdir telah berkata lain, harapan itu musnah tak berbekas. Tak di sangka taksi yang ia naiki terkena macet. Ada aja cobaannya
"Ada apa nich pak?" Tanya Karin memastikan.
"Macet neng. sepertinya ada operasi SIM dan STNK" ucap sang supir taksi.
Wahhhh! Ini akan memakan waktu yang cukup lama. Sekarang apa yang harus ia lakukan. Jika Karin meminta putar balik untuk melewati jalan yang tadi,itu akan sama saja membuatnya terlambat, di karenakan jalan yang akan di tempuh Sangat jauh.
Satu-satunya jalan yang dekat adalah ini, tapi kali ini berbeda dengan yang kemarin.
Karin berfikir, salah apakah ia, sehingga ia di hukum seberat ini. Sekarang cuma ada satu cara, ia harus berjuang, berjalan kaki ke sekolah.
Tapi itu akan membuatnya capai dan membutuhkan waktu yang lama.
"Ehmmm---- pak! Saya turun di sini saja!"
"Tapi neng!"
"Udah gak papa kok pak, ini uangnya" ucap Karin sembari memberikan uang 50 ribu kepada supir taksi. Lalu Karin keluar dari taksi dan langsung berjalan.
Karin berjalan di pinggir jalan satu-persatu mobil kendaraan yang berbaris ia lewati. Karin berjalan sambil sesekali memerhatikan jalan itu.
Ada salah satu kendaraan yang membuat Karin ingin menaikinya, yaitu kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor itu begitu mudahnya berjalan di jalan yang macet ini.
Tiba-tiba saja ada sebuah montor ninja besar yang berjalan mengikutinya, di samping kanannya.
Karin tak menghiraukan, ia tetap berjalan dengan pandangan lurus, montor ninja itu sekarang berada di belakangnya.
"Karinnn".
Tiba-tiba saja namanya di panggil dengan sangat keras. Tapi siapa yang memanggilnya. Karin membalikkan badan, melihat siapa orang yang memanggilnya.
Dengan terkejut ia melihat. Orang yang memanggilnya adalah cowok kemarin. Raka menjalankan pelan montornya ke arah Karin.
Setelah berada di samping Karin. Raka melepaskan helmnya dengan mengibas-ngibaskan rambutnya. Terlihat sangat keren jika di lihat.
"Apa?" Ucap Karin.
"Tumben loe jalan kaki?"
"Jadi loe tadi manggil gue, cuma tanya ini?" Ucap Karin kesal. Udah kesal malah di tambah kesal.
Raka hanya mengangguk simpul.
"Cepat naik" ucap Raka dengan menunjuk jok belakang.
Karin heran di buatnya.
"Cepat mau telat loe".
"Makasih, gue bisa-----" kata-kata Karin terputus saat Raka menarik tangannya hingga meninggalkan beberapa senti saja.
"Jalan kaki Sampek sekolah itu jauh. Dan loe bakal di cap sebagai murid terledor nantinya. Mau?" Jelas Raka.
Belum sempat Karin berkata, tapi nich cowok tau apa yang ingin ia katakan.
Akhirnya Karin menuruti perintah Raka untuk di boncengnya.
Raka memasang hlemnya, tapi Raka belum menjalankan montornya. Alias masih diam.
"Ayo" ucap Karin.
"Mau jatoh" ucap Raka.
Karin tak tau maksudnya.
Raka yang tau ekspresi wajah Karin dari kaca spionnya. Langsung berkata.
"Peluk atau loe mau jatoh".
Karin yang mendengarnya pun terkejut bukan main. Karin langsung memukul pundak tuh cowok.
"Ternyata loe mau cari kesempatan dalam kesempitan" ucap Karin kesal.
"Ini fakta bukan opini, loe bener mau jatoh" ucap Raka.
Karin diam.
"Sekarang kita mungkin, udah benar-benar telat" ucap Raka menegaskan.
"Cepat".
Terpaksa Karin melingkarkan lengannya ke perut tuh cowok.
Raka langsung menutup kaca helmnya. Dan menyalakan mesin montor ninjanya, dan berangkatlah ke duanya.
Raka menjalankan montornya dengan melintasi mobil-mobil yang sedang berbaris rapi.
Tak lama kemudian mereka telah sampai di depan gerbang sekolah. Tapi sayangnya gerbang tlah tertutup rapat oleh gembok besar.
Karin turun dari sepeda ninjanya Raka, dengan susah payah.
"Aduh gimana nich,gue telat" ucap Karin dengan gelisah.
Sedangkan Raka terlihat santai dengan melihat Karin yang sedang dirundung kegelisahan.
"Loe kok santai gitu?" Ucap Karin saat melihat Raka yang sedang santai melihatnya.
"Buat gue, hal seperti ini, itu sudah biasa" ucap Raka Santai dengan tersenyum.
"Menyebalkan!"
Raka tiba-tiba saja pergi dengan sepedanya, meninggalkan Karin. Tak lama kemudian ia kembali dengan berjalan santai.
"Ikut gue!" Ucap Raka.
Karin langsung membalikkan badannya menghadap cowok yang jaraknya tak terlalu jauh darinya.
Karin diam.
"Ayo!" Pinta Raka yang langsung menarik tangan Karin, berjalan menuju belakang sekolah.
Setelah sampai, Karin langsung menghempaskan tangan Raka dengan kasarnya.
"Apa-apaan sich loe" ucap Karin dengan kesal.
"Cantik" ucap Raka tanpa dosa.
Karin yang mendengarnya langsung menatap Raka dengan tatapan tajam. Raka yang di tatap seperti itu malah memberikan senyum tanpa takut.
( Batin Karin )"nich cowok benar-benar menyebalkan. Di plototin malah di kasih senyum, emangnya yang di sini suka, gitu. Jawabannya cuma satu, yaitu enggak sama sekali"
"Trus ngapain loe ngajak gue kesini" tanya Karin. Untuk mengalihkan pandangan.
"Loe liat itu ada tangga kayu?" Tunjuk Raka ke tembok pagar sekolah yang terdapat sebuah tangga.
Karin mengangguk malas.
"Apa hubungannya dengan tangga"( batin Karin).
"Trus?" Tanya Karin.
"Kalok loe mau masuk ke dalam sekolah. Yah loe tinggal manjat tu tangga, terus loe loncat. Masuk ke dalam kan loe" jelas Raka.
Karin yang mendengar penjelasan Raka, langsung melotot ke arah Raka.
"Loe gila ya!" Ucap Karin.
"Loe pikir itu gampang. Coba loe liat, gue ini cewek, bukan cowok yang dengan gampangnya loncat begitu aja" ucap Karin dengan nada naik satu oktaf.
"Kalok loe gak mau yaudah, ini sudah sangat terlambat. Jika loe minta pak Yunus bukain pintu gerbang, yah gak bakal di bukain. Mungkin baru akan di bukain jika loe Mai di hukum. Loe mau?" Jelas Raka.
Setelah itu Raka berjalan mendekati tangga dan hampir menginjak 1tangga, tiba-tiba Karin menarik baju Raka dari belakang.
"Gue mau ikut cara loe" ucap karin dengan agak gak percaya dengan apa yang baru ia ucapkan.
"Sekarang loe yang naik duluan" ucap Raka.
Karin diam menatap tangga yang menjulang tinggi.
"Eng------ enggak ah, loe a----aja yang duluan" ucap Karin terbata-bata.
Raka menaiki satu-persatu tangga. Setelah sampai di pucuknya, Raka langsung loncat. Dan Hap!. Akhirnya Raka tlah berada di dalam sekolah.
Karin terdiam dengan aksi loncat Raka.
"Ayo" ujar Raka dari dalam.
"Udah gak usah takut".
Akhirnya Karin menaiki tangga itu dengan sedikit grogi.
Belum dapat 3atau2 anak tangga, ia malah kembali turun.
"Tangga ini siapa yang megangin?" Ucap Karin dengan sedikit berteriak.
"Gak pakek di pegangin. Itu udah dari dulu gue iket pakek tali" ucap Raka sedikit berteriak.
Karin terkejut. Jadi slama ini, tuh cowok sering telat dan makek cara ini. Bener apa yang di katakan virra, cowok ini suka bikin ulah.( Batin Karin ).
"Woy" teriak Raka, membuat Karin tersadar dari lamunnya.
Karin langsung menaiki satu-persatu tangga dengan was-was. Setelah sampai di pucuk, Karin sungguh sangat takut.
"Ayo".
"Gue takut!" Itulah yang terlontar dari mulut Karin.
Dan membuat Raka tersenyum gemas.
"Udah gak papa. Ada gue di sini yang siap nangkap loe".
Karin terkejut mendengarnya.
Tiba-tiba Karin tersadar. Siapa lagi yang bisa menangkapnya, kala ia terjun loncat,kalau bukan cowok itu( Batinnya ).
Akhirnya Karin memejamkan matanya. Dan dalam hitungan 1,2,3. Karin meloncat. Mata Karin terpejam. Karin merasa bahwa ia telah selamat. Tapi anehnya ia terjatuh pada tempat yang berbeda. Saat Karin membuka matanya.
Betapa terkejutnya ia, saat ia tau bahwa di bawahnya adalah Raka.
"Pritttttttt"
Tiba-tiba terdengar suara Pluit.
Karin langsung terkejut, pada saat ia tau, siapa orang yang membuyikan Pluit itu. Karin pun langsung berdiri dengan raut wajah yang penuh kekesalan dan amarah.
Raka pun ikut berdiri.
Tak disangka orang yang berdiri tepat di hadapan mereka berdua adalah pak Yunus, satpam penjaga sekolah.
"Kalian berdua ini sudah telat, lewat belakang sekolah. Di tambah bermesraan di sekolah".
Spontan Karin dan Raka langsung berpandangan. Tapi Raka santai saja.
"Mau jadi apa kalian berdua ini" ucap pak Yunus.
"Ehmmm----pak, bapak salah paham. Ini tidak seperti yang bapak kira" ucap Karin, memelas.
"Lah------ itu tadi ngapain tidur-tidurran. Di rumput juga" ucap pak Yunus.
Karin diam. Lalu melihat Raka yang santai tak angkat bicara. Benar-benar cowok nyebelin ( batin Karin ).
"Bentar-bentar-------- kamu bukannya Maulidia Karin. Anak baru itu kan?" Tanya pak Yunus.
Karin mengangguk iya.
"Kok kamu bisa telat bareng Raka?" Tanyanya lagi. Dengan menatap Raka.
Karin baru tau. Ternyata nama cowok ini adalah Raka. Si pembuat onar sekaligus ketua the geng prima.
"Mungkin Allah telah menjodohkan aku dengan dia pak" Jawab Raka asal.
Karin langsung melototi Raka dengan tatapan tajam dan langsung menginjak kaki Raka.
"Aww---aww---sakit" ringis Raka.
"Udah-udah. Sekarang kalian berdua bapak hukum lari keliling lapangan 15 kali".
Spontan Karin melongo.
"Tapi pak!" Ucap Karin.
"Udah gak ada tapi-tapian. Raka!" Ucap pak Yunus dan langsung menatap Raka.
"Kenapa dengan pelipis wajahmu?" Tanya pak Yunus.
"Oh------ ini kejedot pintu pak"ucap Raka asal.
Karin yang mendengarnya mengumpat tawanya sambil tersenyum.
"Awas kalok kamu berkelahi" ancam pak Yunus. Dan langsung meninggalkan keduanya.
Setelah itu Raka dan Karin berjalan menuju lapangan basket dan langsung melaksanakan hukuman yang di berikan oleh pak Yunus.
Saat Raka dan Karin berlari yang masih baru mendapat 5 putaran. Tiba-tiba saja Karin berhenti dengan napas tak teratur dan badan membungkuk.
Raka yang berada di depan merasa ada yang aneh. Ia pun membalikkan badan dan melihat Karin.
"Capek!" Tanya Raka.
"Enggak kok. Cuma lelah sedikit saja" ucap Karin.
Saat Karin hendak berlari, Raka dengan cekatan menggenggam tangan Karin, dan langsung menarik Karin ke tempat studio para penonton duduk.
"Loe duduk sini" perintah Raka, saat mendudukkan Karin.
"Apa-apa'an sich! Gue masih bisa-------" ucap Karin terputus saat jari telunjuk Raka tanpa dosa meyentuh bibirnya.
"Gue bilang duduk. Dan jangan merasa loe itu sok kuat. Udah diam aja disini. Gue mau nerusin olahraga gue" ucap Raka yang hendak meneruskan kegiatan larinya. Dengan cekatan Karin langsung memegang lengan Raka. Membuat Raka berhenti dan langsung membalikkan badan.
Raka bingung di buatnya.
"Maaf. Gur bukan cewek yang gampang kena jebak begitu aja. Gue tau dengan cara loe nyuruh gue duduk dan loe tetep lari. Loe bakal laporin gue, kalok gue nyantai. Iya gitu!!!" Ucap Karin ketus dengan nada tinggi dan mata tajam yang kini berdiri di depan pandangan Raka.
Raka yang mendengar ucapan seperti itu, Raka merasa seperti tidak di percaya.
Sebenarnya yang ia lakukan adalah membantu cewek itu, agar tidak kelelahan.
"Jangan pernah berfikir negatif tentang seseorang" ucap Raka tegas dengan melangkah pelan ke arah Karin yang berada di depannya. Hingga membuat Karin melangkah mundur dan akhirnya ia terduduk kembali seperti semula.
" Gue cuma nyuruh loe duduk. Jadi duduklah" ucap Raka.
Raka langsung cabut Lari mengelilingi lapangan basket yang belum ia tuntaskan.
Karin yang melihat ekspresi dan tingkah Raka seperti itu, merasa bersalah.
Karin tak tau, mengapa segitu marahnya Raka padanya. Apakah ia mengatakan hal yang begitu menyakitinya, hingga membuatnya marah.
Setelah Raka lama berlari. Tak lama kemudian ia tlah usai dan langsung berjalan meninggalkan lapangan basket dan juga Karin yang masih duduk terdiam di tempatnya.
Beberapa menit kemudian Raka tlah datang dan langsung duduk di sebelah Karin dengan membawa 2 botol air mineral dingin.
Setelah itu Raka langsung menarik tangan Karin dan menaruh 1botol air mineral di telapak tangan Karin.
"Minum" perintah Raka tanpa melihat Karin yang tengah melihatnya.
Karin pun menurut dengan yang di perintahkan Raka. Diam tak ada kata. Karin bingung harus berbuat apa. Dan pada akhirnya Raka berkata.
"Gue gak bakal tega liat seorang cewek seperti loe, di hukum lari keliling lapangan. Dan satu hal lagi. Gue gak bakal laporin loe, karan gue yang nyuruh loe" ucap Raka yang masih dengan pandangan lurus ke depan.
"Ternyata cowok seperti Raka dingin juga"( pikir Karin ).
Tak lama kemudian bel sekolah berbunyi, pertanda jam jam pelajaran pertama tlah usai.
" Udah bel, loe masuk sana" ucap Raka yang langsung berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Karin.

BUKTI _RAKARIN_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang