Malam hari di kediaman Byantara..
Setelah menyelesaikan kegiatan mencuci piring, Lukas menghampiri Rania yang sedang duduk menonton TV. Mereka baru saja selesai makan malam. Seperti peraturan tak tertulis di keseharian keluarga Byantara, setiap hari Rania yang bertugas memasak dan menyiapkan makanan, setelah itu Lukas yang akan mencuci piring.
Rumah tampak hening hanya terdengar suara dari TV. Di sisi lain Ayah sedang menatap fokus pada laptopnya. Entahlah mungkin dia sedang melakukan pekerjaannya, yaitu mengedit naskah.
"Mbak.." Lukas duduk di samping Rania.
"Iya?" Rania menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari TV di depannya. Dia sedang asyik menonton tayangan sinetron yang begitu banyak dibicarakan akhir-akhir ini.
"Aku ingin bertanya.."
"Tanya aja dek. Mbak akan jawab."
Lukas melirik Ayahnya sekilas, semakin mendekati Rania, khawatir pembicaraan mereka terdengar oleh sang Ayah. Lukas bersuara pelan nyaris berbisik. "Dulu saat Mbak dekat sama Mas Agung, apa yang Mbak rasakan?"
"Hng? Maksudnya?" Rania tidak mengerti maksud pembicaraan Lukas.
"Apa Mbak merasa antusias hanya dengan memikirkannya? Perasaan Mbak membuncah? Dan jantung Mbak berdegup lebih kencang seperti habis joging mengitari stadion GBK?"
"Tu-tunggu dulu.. Kamu nanya atau nge-rap sih? Ngomongnya cepet banget!"
Rania mematikan TV. Dia mengira Lukas akan mengajaknya berbicara tentang hal yang serius. Terlihat sekali raut wajah adiknya yang bingung dan tegang. Rania kemudian tersenyum simpul.
"Kamu lagi suka sama seseorang ya.. siapa perempuan itu? Kok mau sih sama kamu?" Tentu saja Rania tidak akan melewatkan kesempatan untuk menggoda adiknya.
"Mbakkk.. jangan berbicara begitu dong!"
"Ya habisnya. Kamu memang pinter secara akademik, tapi interaksi dengan lawan jenis kaku, keras kepala, sulit peka, cuek, fokus sama apa yang mau dicapai, nggak ngerokok, nggak minum alkohol, apalagi dugem-harusnya bagus sih. Bisa-bisanya Mbak punya adik seperti kamu, kaku kayak kanebo kering."
Lukas cemberut mendengar olokan sekaligus pujian kakaknya. Melihat itu Rania segera mencubit pipi Lukas yang agak tembam.
"Aaahh!"
"Mbak gemessss..."
"Mbak aku sudah dewasa loh. Masih saja Mbak sering memperlakukan seperti aku masih kecil."
"Kamu tuh ya, mau sebesar dan setinggi apapun di mata Mbak kamu tuh masih kecil."
Lukas memasang wajah malas. Kakak perempuannya itu seperti ibu bagi dirinya. Perbedaan umur yang terpaut lima tahun menjadikan Rania sebagai kakak juga merangkap ibu bagi Lukas, terlebih karena dia satu-satunya perempuan di keluarga Byantara. Mengenai ibu, Lukas tidak mengetahui banyak selain beliau meninggalkan Lukas ketika masih kecil. Lukas tidak punya kenangan banyak bersama sang Ibu. Selama ini Ayah-nya lah yang membesarkan dan merawatnya.
"Jadi siapa perempuan itu?"
Pertanyaan Rania menyadarkan Lukas akan benaknya yang sempat memikirkan sang Ibu.
"Aku belum bisa memberitahu."
Dahi Rania mengerut. "Kenapa?"
"Karena kami belum terlibat hubungan apa-apa. Mungkin dia tidak tahu kalau aku menyukainya." Suara Lukas memelan diujung kalimatnya.
"Kamu tuh ya, pengen rasanya Mbak pites. Asal kamu tahu, perempuan jaman sekarang nggak ngerti kode-kodean. Harusnya kamu langsung bertindak dong, ungkapin perasaan kamu, hujani dia dengan perhatian. Mbak yakin dia pasti bakal luluh."
Dengan menggebu-gebu Rania menasehati Lukas, dia sangat gemas dengan adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted With Stranger
FanfictionCerita sederhana tentang keluarga, cinta dan persahabatan. Konflik antar keluarga konglomerat dan drama cinta segitiga menghiasi cerita ini. Enjoyyy!