ix. dikotomi

88 16 0
                                    

dikotomi

"Aku suka kata sempurna dan selamanya," ujar wa-nita itu tidak kepada   siapapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku suka kata sempurna
dan selamanya," ujar wa-
nita itu tidak kepada   sia
papun. Mungkin pada sa
lah satu bintang di    atas
yang barangkali     sudah
remuk dalam  gravit a si-
nya sendiri atau pada di
ngin malam yang mener
jang tanpa ampun.

"Seperti oksimoron,"
imbuhnya, tersenyum ti
pis, tipis sekali. "Seperti
dikotomi. Kata yang me
nenteng dua impresi —
yang berlawanan.  Terd
engar terberkati dan ter
kutuk. Terdengar surea-
lis dan melankolis. Terd
engar elok dan ...  meng
gelikan."

Menggelikan. Iya, benar
begitu. Siapa juga  yang
mampu menjadi   sem -
purna dan berta h an se
lamanya? Dia   ter ta wa
yang—oh, siapa o r  ang
yang mendeng a r n   ya
tidak ikut tertawa, l a lu
mengamati    tu buh nya
sendiri yang    ter bu jur
kaku, biru, d a n  dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pulang Paling PalungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang