🍉🍑
"Boleh Ayah bicara sama kalian?"
Daniel menoleh pada Mina lalu keduanya mengangguk pada sang Ayah.
"Ayah sudah ketemu sama wali kelas kamu, Mina. Dan dia bicarakan semuanya sama Ayah."
Mina hanya bisa terdiam sambil menunduk. Ia merasa takut bahkan untuk menatap mata sang Ayah dan juga Daniel.
"Ayah punya solusi, gimana kalo kita pindah ke Kanada?"
Mina langsung mengangkat kepalanya. Matanya mulai berkaca karena ucapan ayahnya, itu berarti ia akan meninggalkan negara ini.
"Ta-tapi..." Mina ingin bicara, tapi rasanya sulit.
"Disana Daniel bisa mulai untuk rehab dan pemulihan sampai sembuh total. Dan disana seenggaknya Mina nggak dirundung lagi. Ayah juga mau pensiun dini dan buka toko yang dibantu tante Noela. Gimana?"
Mina menghela napas dalam. Ingatan tentang pembicaraan waktu itu bersama Ayah dan Daniel kembali terngiang, mengingat besok adalah hari keberangkatan mereka. Tapi Mina enggan memberitahukan kepada teman-teman sekelasnya ini.
Mesk begitu Younghoon, Haknyeon, Jihoon, Tzuyu, Hyewon, serta teman-temannya yang lain sudah mendengar kabar kepindahan Mina dan wajah mereka kompak murung. Merasa kehilangan seorang teman lagi dari kelas mereka.
"Bisa kita ngomong sebentar?" Mark menghampiri Mina yang sedang bersama kelima teman sekelasnya itu. Mark pun sama kacaunya atau bahkan lebih kacau dari siapapun.
"Ini yang terakhir."
Mark pun mengajak Mina untuk bicara ditempat favorit mereka ketika menghabiskan waktu dikala istirahat, yaitu diatap sekolah.
"Mau ngomong apa?" de javu, Mina merasa dulu ia pernah melakukan ini juga bersama Mark.
Mark mengambil satu langkah mendekat pada Mina, tetapi gadis itu refleks mundur. "Kamu beneran mau pergi?" suara Mark bahkan terdengar lemas.
Mina mengangguk kecil.
"Trus... kita?"
"Harus apa lagi? Ya, kita putus." balas Mina tak berperasaan.
"Min, kenapa nggak kita coba? LDR bukan hal yang buruk. Aku sayang banget sama kamu."
"Mark, bisa nggak kamu langsung setuju aja? Kita putus. Aku maunya begitu!"
"TAPI AKU ENGGAK BISA! AKU NOLAK KEPUTUSAN SEPIHAK DARI KAMU!" bentakan Mark menggelegar membuat Mina menutup telinganya dengan kedua tangannya. Mark tersadar ketika melihat raut ketakutan Mina. "Maaf... Maafin aku." pinta Mark memelas.
Mark bahkan siap untuk berlutut jika saja Mina tidak menahannya karena merasa tidak tega. Tetapi Mina tetap menguatkan hati sekuat tenaga, sebisanya agar tidak berakhir memeluk Mark yang tampak frustrasi.
"Mark, jangan kayak gini." ucap Mina lirih.
"Bilang sama aku, gimana caranya supaya aku nggak kehilangan kamu? Aku udah rela kalo memang kamu sekeluarga bakalan pergi keluar negeri, tapi aku belum siap... Aku belum siap kalo kita harus udahan."
"Aku beneran nggak bisa. Aku nggak mau nyakitin kamu, toh dulu kamu putus dari Arin karena LDR, kan?" ucap Mina mengungkit kandasnya hubungan Mark dengan Arin dulu. "Lagian aku tuh malu. Malu sama kamu, sama keluarga kamu. Abangku tuh pemakai narkoba. Semua orang nuduh aku kalo bisa jadi aku itu bakalan sama kayak abang! Aku nggak bisa! Aku nggak mau hidup dalam khalayan orang yang kayak gitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drippin Love ✔️
Fanfiction(ADA BAIKNYA FOLLOW AKUN AKU SEBELUM BACA) 🍉🍑 Mina itu keras kepala, tapi paling lemah kalau sudah diusap rambutnya... Apalagi kalau yang usap itu Mark... 🍉🍑 7 Oktober 2018