Perihal rasa kita yang telah lama lahir, aku tak ingin ada kata akhir
Coba kau lihat jam pada dinding dingin rumahmu,
Malam telah larut mataku pun menolak tuk terkantuk.Hati yang resah, membuat akalku terpecah belah
Hati yang kian benci untuk menunggumu kembali, ia mengirimi pesan-pesan untuk pamit padamu
Bahwa aku takkan mau lagi menanti sesuatu yang tak pastiAku telah sabar atas kamu yang tiada kabar
Apa yang sebenarnya kau inginkan?
Apakah perpisahan?
Lantas untuk apa kau mendekatiku dengan penuh perjuangan?Mungkin memang sudah tiada harap lagi untuk kita bersama kembali.
Ahh!! Ya sudahlah, lebih baik aku beranjak pergiDan mencari seseorang yang mau menerimaku, ia yang sayang padaku, dan yang jelas berbeda cara mencintai, antara dia yang baru, dengan kmu yang selalu memberi harapan tabu.
(F)
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara kata
PoesieMata mu itu puisi Tak mudah aku tafsir maka dari itu aku menjelma sastra untuk menggenggam kata yang tersirat makna. ~Resa edyana Dirimu pula laksana puisi Sulit diterka juga dimengerti Maka dari itu Aku pun menjelma, bukan sebagai sastra Melainka...