03

138 39 10
                                    

.

.

Sohyun menyuapkan mie ramyeon pedas itu ke dalam mulutnya, sebanyak mungkin hingga mulutnya penuh.
"Makanlah pelan, lagipula aku tidak akan merebutnya." Ucapan Taehyung membuat Sohyun meletakkan sumpitnya kasar.

Keduanya ada di minimarket, menikmati ramyeon pedas dan menatap jalanan yang tetap ramai walau saat ini sudah malam. Menatap keramaian lewat jendela kaca dari dalam minimarket dan menikmati ramyeon serta susu sangatlah nikmat.

Brakk

Sohyun menghela napas pelan kemudian mengunyah ramyeon yang ada di mulutnya hingga habis.
"Aku mau lagi, kau tahu perutku tidak akan cukup hanya satu porsi."

Taehyung tidak tahu ada berapa kata umpatan yang tepat untuk saat ini. Tapi anehnya ia hanya pasrah dan pergi mengambilkan satu porsi lagi untuk Sohyun.

Sohyun menatap kosong ramyeon di depannya. Hingga sebuah tangan kirinya ditarik paksa, siapa lagi kalau bukan sang ibu yang kini menatapnya tajam.

"Mau apa disini? Tidak ingat rumah?" Sohyun menempis tangan sang ibu kesal, hendak membalas tapi kehadiran Taehyung mengurungkannya.

"Pulang! Nak Taehyung tolong maafkan Sohyun, kau pasti mengenali sifatnya." Wanita paruh baya itu mengubah nadanya dan tersenyum kepada Taehyung, membuat remaja laki-laki itu membungkuk sopan.

Taehyung hanya menatap kepergian Sohyun dan ibunya yang kini telah pergi menjauhi minimarket.
"Sepertinya ia menjalani hidup yang berat." Taehyung menatap mie yang ada di dalam genggamannya.

Menghela napas kemudian memakannya meski mie di sebelahnya belum habis.
Kedua matanya beralih menatap ponselnya yang bergetar, panggilan dari sang ayah yang ia acuhkan.

"Eoh?" Taehyung beranjak saat melihat gadis yang ia sukai berjalan seorang diri. Taehyung memasukkan ponselnya asal dan meninggalkan ramyeon yang lumayan banyak itu.

"Apa yang kau lakukan? Berjalan seorang diri saat malam hari itu tidak baik." Gadis itu nampak terkejut, belum lagi saat Taehyung menghampirinya.

"Ah ya, aku baik." Taehyung mengangguk paham, rasanya begitu canggung jujur saja. Ia jadi teringat Sohyun, gadis itu pasti berteriak padanya kalau datang tiba-tiba.

Taehyung menghentikan langkahnya saat ponselnya kembali berdering. Matanya memutar malas saat mendapati panggilan itu berasal dari sang ayah.

"Tidak kau angkat?" Itu pertanyaan dari HyunAh membuat Taehyung tersenyum kecil kemudian menggeleng pelan.

Taehyung menghela napasnya pelan, menatap foto wallpaper ponselnya yang menampakkan foto sang ibu yang tersenyum cantik di sana.

Pagi ini cukup baik karna cuaca pagi ini tidak terlalu terik karena matahari tertutupi oleh awan. Bisa disebut mendung bukan berarti akan hujan, angin cukup kencang juga membuat suasana hati Taehyung meningkat.

Taehyung mengayuh sepedanya, namun terasa berat membuat remaja laki-laki itu menoleh ke belakang dan mendapati Sohyun dengan santainya duduk di kursi belakang sepedanya.

"Kayuh yang benar." Taehyung mendengus sebal saat Sohyun dengan mudahnya duduk di belakangnya, membuatnya berolahraga di pagi hari.

"Tidak mau, turun cepat!" Sohyun berdecih kesal kemudian memukul kepala belakang Taehyung cukup keras hingga terdengar bunyi cukup nyaring.

Plakkk!!

"Awww!! Yak hentikan, otakku akan berpindah karna ulahmu." Sohyun tertawa sarkas saat Taehyung berteriak tak terima.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang