Tak apa menumpahkan air mata, tapi jangan lukai dirimu sendiri. (RM - Moonchild)
...Malam itu anak bulan muncul di langit, sendirian tanpa bintang menemani. Yoongi baru saja menyelesaikan lembur di kantor. Dia pulang dengan berjalan kaki dengan tas tenteng di tangan kiri dan jas kantor yang tergantung di lengan. Kemejanya sudah bau keringat dan rambut yang awalnya klimis itu kini sudah jatuh menutup dahinya.
Jalanan Seoul di malam hari tetap ramai lalu-lalang kendaraan dan pejalan kaki. Dia lihat orang bernasib sama dengannya yang juga baru pulang dari lembur. Hanya demi mencari cukup uang untuk hidup, Yoongi berusaha memforsir diri sendiri. Bahunya yang terkilir karena jatuh dari tangga berubah kebiruan karena memar.
Saat sudah memasuki komplek rumahnya, Yoongi tak sengaja melihat tetangga sekaligus teman kecilnya sedang berdiri di sisi jembatan danau di taman komplek. Meskipun gelap, Yoongi bisa dengar suara tangis samar-samar dari wanita berambut pendek itu. Sebenarnya, Yoongi tak mau memedulikannya, tapi suara kecepak air membuatnya mengurungkan niat untuk pura-pura tak melihat.
Dia bergegas menghampiri sumber suara setelah meletakkan tas dan jasnya ke kursi taman di dekat sana. Danau yang gelap dan hanya ada penerangan dari jembatan itu membuat Yoongi mengumpat pelan.
"Yeora! Kau dengar aku, Yeora?!" teriaknya ke arah danau yang tenang. Wanita itu tak mungkin kan sudah meninggal? batin Yoongi cemas.
Karena tak ada pergerakan dari danau, Yoongi dengan terpaksa melompat ke dalam air guna menyelamatkan tetangganya itu. Dia mati-matian memfokuskan pandangan agar bisa menemukan badan Yeora dalam air danau yang gelap.
"Bwahh!" Yoongi meraup udara setelah sampai di permukaan. Dia menggiring tubuh lemas itu ke tepi danau dan memberikannya pertolongan pertama.
"Yeora! Bangun!"
Dia menepuk pipi wanita itu cukup keras hingga warna merah samar mulai timbul di pipi putih Yeora. Persetan dengan Yeora yang akan mencekiknya marah saat bangun nanti. Yang terpenting sekarang adalah membuat wanita itu sadar.
"Hei, bangun, Bodoh! Kalau mau mati, jangan membuatku melihatnya!" Yoongi berteriak di wajah Yeora, bersamaan dengan Yeora yang terbatuk-batuk mengeluarkan air di dalam tubuhnya.
"Wah, memang kau perlu dimaki dulu baru sadar," ucap Yoongi pada Yeora yang kebingungan.
"Ini di surga?"
"Tidak, ini di neraka. Aku ikut mati karena menyelamatkanmu. Sekarang kau harus tanggung jawab," balas Yoongi tak bertenaga.
Yeora yang tahu bahwa dia masih hidup lantas memukuli bahu Yoongi yang terkilir tanpa tahu hal itu. "Ah, Bangsat! Berhenti memukul bahuku!"
"Min Yoongi bau! Kenapa kau menyelamatkanku?!"
"Sudah kubilang aku tak sengaja melihatmu tadi. Kau mau aku jadi saksi bunuh diri besok? Lebih baik aku selamatkan saja kau sekalian dan berhenti memukul bahuku!"
"Dasar lelaki kerempeng!"
Dalam hati, Yoongi agaknya menyesal telah menyelamatkan Yeora. Dia hampir ikut mati karenanya, tapi wanita itu malah tak tahu terima kasih.
"Hei, lihat ini! Kau menyakiti orang terluka! Mau kubawa ke kantor polisi?!" Yoongi membuka kemeja putihnya dan mempertontonkan bahu kebiruan yang dipukuli Yeora sejak tadi.
Mata wanita itu membelalak kaget. Dia kira Yoongi hanya alasan saja. "Astaga, maafkan aku!"
"Beri aku 10.000 won untuk membeli obat dan makanan. Cepat!" titah Yoongi dengan telapak tangan yang menengadah.
"Aku tak bawa uang, tapi di rumah ada banyak makanan dan baju kering. Ikutlah ke rumahku. Aku akan memberimu uang juga nanti."
"Serius?"
"Iya. Serius."
"Untuk orang yang mau bunuh diri beberapa menit lalu, kau lumayan gampang menyerah ya. Tak mau coba bunuh diri lagi?"
"Setelah melihat wajahmu, keinginanku jadi hilang semua."
"Aku tahu kau masih ingin menangis dan akan melakukannya jika aku tak ada. Menangislah sekuat yang kau bisa. Aku takkan melihatmu." Yoongi memutar badannya menghadap danau, mencoba memberi ruang untuk Yeora.
"Min Yoongi bodoh! Aku tidak ingin menangis, kok!"
"Suaramu tak bisa berbohong, Ra. Cepat menangis dan lepaskan bebanmu. Tak apa menumpahkan air mata, tapi jangan lukai dirimu sendiri."
Ada jeda di malam yang dingin dan tiupan angin yang samar-samar membuat Yoongi dan Yeora menggigil. Isak tangis itu berubah jadi raungan kesal sebab Yeora gagal untuk melaksanakan pernikahan yang dijadwalkan lusa. Lelaki yang meminangnya telah menghamili wanita lain dan Yeora memutuskan untuk mengalah.
"Semoga orang-orang di sekitar sini tak menganggapmu hantu ya," gumam Yoongi dengan senyum kecil yang Yeora tak bisa lihat.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara.
Fanfiction[ 25 Days Ficlet Challenge ] Bagiku, bumi tak lebih luas dari langit. Klaster awan dan bintang kelap-kelip itu membuai obsidian kita, memenjara hingga akal sehat hilang dibawa semilir senja.