Page 1

11 1 0
                                    

Semua orang menatapnya. Surai sekelam malam, mata amethyst yang cantik, dan wajah manisnya seolah menghipnotis semua orang yang melihat.

Itu semua sudah biasa.

Moran Lee, 20 tahun, seorang mahasiswa sekaligus pewaris perusahaan ternama di kotanya, Aesthetic Corp. Tidak hanya itu, Moran juga memiliki merk parfumnya sendiri yang bernama "Philautia".

Merk tersebut sangat terkenal di kalangan masyarakat, terutama wanita muda seumurannya.

Merintis sebuah usaha memang bukanlah hal yang mudah. Tetapi karena usaha dan koneksi yang ia miliki, pada akhirnya Moran bisa sukses. Memang ia memiliki koneksi yang luas, namun Moran juga tahu diri. Ia tetap berusaha sendiri agar ia tidak terbiasa dimanjakan.

Moran mengibaskan rambutnya bosan. Ia membuka telepon genggam miliknya dan mendapati pesan beruntun dari seseorang.

Alice, kakak tingkatnya di kampus.

Moran.
Moran.
Nanti malam bisa ketemu?

Bisa.
Kenapa?

Bagus. Nanti jam 7 aku ke apartemenmu.
Ini penting pokoknya.

Awas kalau gak penting.
Kucopot tangan dan kakimu.


Begitulah biasanya Moran berkomunikasi dengan Alice. Walaupun ia tahu Alice lebih tua, Moran selalu berbicara tidak formal pada Alice. Baginya, Alice sama sekali tidak seperti orang yang dewasa. Wanita itu ceroboh dan banyak bicara.

•••

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Saat ini, Moran dan Alice sedang duduk berhadapan di meja makan. Hidangan yang lezat tersaji di depan mereka, bersama dengan jus yang manis.

"Ada urusan apa?"

"Santai dong. Kamu ini orangnya memang to the point banget, ya. Biarkan aku makan satu suap dulu seenggaknya." Alice menyendok sup dan menyeruputnya dengan tenang.

Moran berdecih, namun ia tetap membiarkannya makan. Walaupun dikenal punya sifat dingin, Moran selalu memikirkan orang di sekitarnya.

"Sebetulnya... Aku mau meminta sesuatu kepadamu."

Tangan Moran yang sedang memotong daging berhenti. "Hm?"

"Aku... Mau dirimu merusak hubungan adikku dan pacarnya."

"Apa?"

"Ya. Tolong jadilah pelakor." Alice berujar mantap.

"Kamu gila? Mau kujadikan dendeng apa gimana?" Moran melotot sadis.

Alice mundur, menghindari Moran yang memegang pisau daging dengan aura ingin menerkam.

"Santai, sayang. Disini yang diuntungkan bukan aku saja."

"Gimana maksudmu?"

Mendadak, Alice tersenyum sinis. "Aku paham loh, apa yang terjadi dengan adikku dan kamu di masa lalu."

"Adikmu... Apa? Jangan bilang..."

Moran menatap foto yang diberi Alice dengan tatapan tidak percaya.

"Adikku, mantanmu saat SMA, kan? Lalu karena suatu masalah, kalian berpisah. Aku tahu loh, apa masalahnya."

Moran menggeram. "Padahal aku sudah menutupi masalah ini dalam-dalam..."

"Jangan salah." Alice kembali menyendok sup. "Mata-mataku banyak."

"Dan lagi, setelah apa yang terjadi, kamu mau balas dendam kan?"

Alice tersenyum manis pada Moran yang masih berekspresi datar.

"Tidak mungkin orang yang hampir menghancurkan hidupmu dibiarkan begitu saja, eh?"

"Dengar." Alice berjalan menuju kursi Moran dan memegang bahunya.

"Aku memberimu kesepakatan disini. Kamu membalaskan dendammu, dan aku menyingkirkan cewek gila itu. Tawaran bagus kan?" Alice mendekatkan bibir di telinga Moran.

"Aku... Memang sudah janji pada dia. Suatu saat, aku akan membuat dia merasakan hal yang sudah ia tabur." Moran menatap Alice. "Kenapa kamu mau menyingkirkan pacarnya?"

Alice mengendikkan bahu. "Aku tahu dia itu cuma mau memanfaatkan adikku, si bodoh itu. Dan lagi, sifatnya sok banget. Aku gak suka."

"Kamu mau tahu siapa pacarnya?"

"Siapa?"

Alice membuka sebuah web dan menunjukkannya pada Moran. "Lihat saja sendiri."

"Kamu... Serius?"

"Aku gak pernah bercanda soal hal begini."

Maria Tsoi. Artis muda berumur 22 tahun yang sedang naik daun. Dan sekarang berstatus sebagai pacar adiknya Alice, yang bernama Lucas.. Tidak pernah ada skandal aneh tentang Maria. Gadis itu dikenal cantik dan ramah dengan para fansnya.

"Tapi aku tahu, kalau semua skandalnya ditutupi oleh si Lucas." Alice memijat dahinya pusing. "Parah, si bego itu memang bucin. Tapi ini sudah keterlaluan."

"Maka dari itu, Moran!" Alice menggenggam tangan Moran. "Tolong, jadilah pelakor untukku!"

"Tapi kenapa aku?"

"Kan aku sudah bilang." Alice kembali tersenyum. "Dendammu, saatnya kamu melepaskan itu."

"Anggap ini tawaran yang menguntungkan ya, manis. Kamu gak harus setuju sekarang. Aku beri waktu untuk memikirkannya."

Moran masih terdiam dengan berbagai pertimbangan di otaknya.

"Ya."

"Eh?"

"Aku setuju."

"Hah, secepat ini?"

Moran merengut pada Alice yang memasang tampang seperti orang bodoh.

"Emang kenapa? Lebih cepat lebih baik, kan? Dan kamu juga pasti mau aku setuju."

"Emang sih... Yasudahlah." Alice menggaruk belakang kepalanya. "Aku hubungi buat detailnya besok. Sekarang, istirahat dulu ya."

"Oke."

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Fair RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang