______
Let me introduce.
Aku, Han Saeri. 28 tahun. Owner Tupresso, sebuah kafe kecil yang sedang berproses agar bisa menjadi besar. Dibuka sejak tiga tahun yang lalu dan sudah memiliki dua karyawan yang membantunya.
Apa lagi ? Hal yang paling tidak aku suka, aku paling tidak suka makanan berbau amis dan pengkhianatan. Terdengar berlebihan tapi aku benar-benar membenci orang yang berkhianat. Lalu hal yang paling ku suka, Lee Jihoon. Oh tidak-tidak dia akan besar kepala jika mengetahui ini. Aku sangat suka uang, bukan matrialistis aku hanya realistis. Hahaha.
Oh iya Lee Jihoon.
Dia pacarku meski terkadang aku tidak merasa seperti itu. Dia pria dingin yang kadang tidak peduli denganku, dia menyebalkan, dia pelit, suka berbicara seenaknya, dia juga kadang berbuat kasar padaku. Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa melepaskannya meski dia berbuat seperti itu padaku, mungkin karena aku begitu menyukainya yang sering tiba-tiba menjadi manja padaku, dia yang akan merespon baik kejahilanku meski berakhir dengan aku yang merengek karena dia berhasil menjahiliku balik, dia yang sering mengoceh akan hal-hal kecil tentangku yang tidak sesuai kehendaknya, dia yang tidak mengizinkanku membeli barang-barang tidak berguna hanya karena menurutku itu lucu, atau dia yang akan berbalik mengelus kepalaku ketika dia tidak sengaja menoyor kepalaku dengan keras karena gemas atau kesal padaku yang selalu mengganggunya.Selalu ada kejutan darinya meski bukan dalam bentuk sebuah kado, malah dia tidak pernah memberikanku kado sama sekali. Setiap kali aku berulang tahun pun dia hanya akan memberiku uang untuk membeli apa yang kuinginkan, bahkan untuk sebuah kue saja aku membelinya sendiri dengan uang yang dia berikan tentu saja. Aku jadi tidak heran kenapa selama aku berteman dengannya dari semenjak sekolah menengah dia tidak pernah berpacaran, tidak ada yang tahan dengan sifatnya meski wajahnya tampan, mungkin. Aku sudah mengenalnya selama hampir sepuluh tahun, dan memutuskan untuk berpacaran dengannya empat tahun lalu. Itupun aku yang mengajaknya bukan dia, how dare me. Aku masih ingat bagaimana kami bisa menjadi sepasang kekasih. Saat itu malam natal, aku dan Jihoon sedang menikmati secangkir teh hangat di taman setelah selesai memakan sup tahu pedas di kedai langganan kami, aku yang memang tidak bisa diam terus mengoceh tentang hal-hal random yang terlintas dikepalaku. Jihoon sudah sangat memaklumi sifatku yang satu ini, bahkan dia sering mengataiku gila.
Aku bercerita padanya jika aku mulai merasa jenuh karena tak kunjung kembali berpacaran setelah putus dengan mantan kekasihku sedangkan mantanku itu sudah bersama pacar barunya, tiba-tiba aku berniat jahil untuk mengajak Jihoon berpacaran. Tidak ada sedikitpun pikiran dia akan meresponnya dengan serius malah aku berpikir dia akan menoyor kepalaku lalu menatapku tajam dengan mata sipitnya itu dan setelah itu dia akan menyuruhku untuk segera sadar.Itu terjadi secara singkat.
"Ji, kau saja yang jadi pacarku, bagaimana ?
"Boleh."
"Ji ? Tidak-tidak aku hanya bercanda."
"Aku serius."
Dan setelah itu aku bertengkar dengannya perihal status, aku yang bersikukuh jika tawaranku hanya candaan belaka sedangkan Jihoon tidak menganggap itu sebuah candaan. Hingga waktu berlalu malah jadi aku yang seakan tak ingin kehilangannya, aku seperti terkena karma.
Hari-hari yang kulewati dengannya tidak ada satupun yang berubah, hanya status kami dan perasaanku saja mungkin yang berubah.Jihoon tetap Jihoon yang kukenal, mungkin bedanya dia sedikit berani denganku maksudku sekarang dia tak segan untuk tidur dipangkuanku atau menyender dibahuku ketika dian lelah. Jika dulu dia hanya akan bilang tanpa melakukan apapun padaku.
*****
Lee Jihoon, 28 tahun. Seorang karyawan Adversiting disebuah perusahan elektronik, dulu dia bekerja di Seoul kemudian pindah ke kantor yang ada di Busan satu tahun yang lalu. Hal yang tidak dia sukai, serangga. Hal paling dia sukai, nasi, cola, dan aku.
*****
Another imagine here! With Uji🍚
Hope you like it....