.
.
.
.
.
.
.
.
.Sehun menghentikan laju mobilnya diarea bagasi sebuah rumah susun. Sehun berjalan dengan terburu buru dengan membawa sebuah keranjang buah. Langkah cepat nya menaiki tangga dan berhenti tepat disebuat pintu kamar bercat putih bertuliskan nomor 1220
Tok tok tok
Perlahan pintu itu terbuka, dan menampilkan sosok cantik dengan apron merah muda yang ia kenakan.
"Apa kau sedang masak?"
"Yah, masuk lah. Aku menunggumu cukup lama kau tau."
"Maaf, pesta kantorku cukup lama."
Wanita itu melepaskan apronnya, dan berjalan membawa semangkuk sup ke meja makan yang cukup minimalis.
"Apa kau menginap?"
"Tidak."
"Huh? kenapa? tidakkah kau rindu padaku?"
"Aku tak bisa meninggalkan anakku, Haowen sakit."
Wanita itu, Irene. Merubah raut wajahnya yang pada awal terlihat ceria kini menjadi suram berbeda dari beberapa detik yang lalu. Irene menatap Sehun dengan serius.
"Oh, Makan lah dulu. Setelah itu ada hal yang ingin aku bicarakan , Sehun."
Suasana sunyi diantara Irene dan Sehun. Pria tampan itu tau jika ada hal penting yang ingin dikatakan wanita dihadapan nya ini.
Sehun menyelesaikan makanan nya , mengangkat piring piring kotor itu dan mencucinya. Sebuah tangan ramping nan putih memeluk pinggangnya.
"Sehun, aku merindukanmu."
Sehun tersenyum singkat, kemudian menyelesaikan pekerjaan mencuci piringnya dan berbalik memeluk Irene. Sehun menatap Irene cukup dalam, dan mengecup lembut keningnya.
"Maafkan aku, jadi bisa kau katakan apa 'seauatu yang penting' itu?"
"Ehem! Baiklah, ayo duduk di sofa dulu."
Sehun menuruti apa kata Irene, dan duduk tenang di sofa dekat meja makan.
"Ada apa hm?"
"Aku harap kau tidak membuangku setelah mengetahui ini. Berjanjilah!"
"Tentu, saja. Aku tidak akan membuangmu. aku berjanji."
Irene terdiam sejenak lalu menghembuskan nafas perlahan. Menatap manik mata hitam pria tampan yang ia cintai ini.
"Aku mengandung anakmu Sehun."
Tak ada jawaban apapun dari Sehun. Hingga beberapa detik kemudian Sehun menatap lekat perut rata Irene.
"Berapa usia nya?"
"baru 5 minggu."
"Apa terakhir kali kita berhubungan aku tidak menggunakan pengaman?"
"Saat itu kau mabuk Sehun, ingat saat itu adalah pernikahan teman kantormu Yongguk. Dan kau sangat mabuk."
"Ya Tuhan!"
Irene menunduk melihat jari jari nya gelisah. Pikiran nya kalut , takut jika saja Sehun menyuruhnya untuk menghilangkan janin ini.
Hiks ...
"Jangan menyuruhku untuk menggugurkan anak kita Sehun."
Sehun panik melihat Irene menangis.
"Irene, jangan menangis. Hey!"
Sehun menangkup pipi tirus Irene, mengusap lembut air mata nya.
"Mari kita besarkan anak kita. Aku tak akan tega melakukan hal itu."