Chapter III

85 16 12
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Luhan terdiam didalam kamarnya, setelah sarapan dan mengantar Haowen ke sekolahnya. Ia harus diperlihatkan Sehun yang bersikap manis pada Irene. Itu sangat menyakitkan baginya.

Luhan menatap langit langit kamarnya dan Sehun, dulu.

Haruskah seperti ini? Luhan bingung akan bagaimana setelah ini. Status nya sudah menjadi istri sah dari Sehun, jika ia meminta untuk berpisah, lalu bagaimana dengan Haowen. Akan kah anak nya bisa menerima perpisahan ini.

"Haah.... Aku ingin sekali pergi dari tempat ini."

Luhan menghembuskan nafasnya berat, perlahan berdiri menuju lemari pakaian nya, mengambis sebuah koper besar diatas lemari itu. Meletakkan nya tepat diatas ranjang, Sejenak, Luhan melihat foto foto didingding kamarnya. Lagi, air matanya tak kunjung lelah untuk mengalir, suara tercekat menyakitkan. Luhan menangis diam diam dikamarnya, tangan mungilnya membekap mulutnya sendiri seolah tak ingin siapapun mendengar tangisan nya.

Terutama dua orang diluar sana.

Luhan mengusap perlahan air matanya, menghadap ke arah cermin. Mencoba untuk tersenyum, namun terasa menyesakkan.

Luhan kembali fokus pada kopernya, mengisi koper itu dengan semua pakaian miliknya. Barang barang penting dan beberapa dokumen lain.

TOK TOK CKLEK

Terdengar pintu yang terbuka tiba tiba, membuat Luhan berbalik terkejud melihat Sehun yang tengah menatapnya bingung.

"Kau mau kemana Lu?"

Sehun langsung bertanya saat melihat banyak pakaian Luhan yang tersusun rapi didalam koper.

"Ayo kita bicarakan ini Sehun."

Luhan menjawabnya dengan lembut namun suaranya terdengar begitu lirih.
Sehun tak menanggapi Luhan, dan hanya menatap nya intens.

"Katakan padaku, kau mau kemana Lu!?

Kali ini nada bicaranya sedikit terdengar keras, Sehun berjalan mendekat ke arah Luhan menggenggam tangan Luhan erat.

"Lu, jawab aku? kau mau pergi kemana?"

"Aku harus keluar dari rumah ini, Sehun."

"Tidak."

Jawab Sehun spontan. Luhan menatapnya lelah, matanya tampak memerah karena terlalu banyak menangis.

"Aku tak akan membiarkanmu barang selangkahpun pergi dari rumah ini Luhan."

"Kumohon, Sehun mengertilah."

"Apa yang harus ku mengerti Lu. Kau ingin meninggalkan ku begitu? Tidak Luhan, aku tak akan mengijinkan hal itu."

"Kalau begitu, aku juga berhak untuk tidak mengijinkan mu berhubungan dengan pria maupun wanita lain dibelakangku, Sehun. Aku bahkan tidak bisa berpikir jernih saat ini Sehun, setelah kebenaran yang kau ungkapkan kemarin, semuanya terasa sangat jelas."

Luhan menarik napasnya perlahan. Menguatkan diri untuk melanjutkan kalimatnya.

"Jika kau tau aku merasa sakit Sehun, hatiku hancur. Tidak bisakah kau memikirkanku. Jika kau memang mencintainya maka lepaskan aku. Biarkan aku pergi. Jika tidak , kau hanya akan menyakitiku. Kau secara perlahan akan membunuhku Sehun. Aku harap kita segera bercerai, dan aku .... aku akan mengirimkan surat perceraian nya besok."

Luhan mengakhiri kalimatnya dengan air mata yang mengalir dikedua matanya.
Luhan kembali mengemasi pakaian nya, dan beberapa barang penting lain nya.

Sehun terdiam, tangan nya mengepal begitu erat. Emosi nya sudah tak tertahankan. Sehun tiba tiba mencengkram lengan Luhan memaksanya untuk berbalik menghadap ke arahnya.
Sehun menatap Luhan dengan kedua mata marahnya. Seolah Sehun telah kehilangan kendali atas dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

it's not FiNe [HUNHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang