Cermin & Timbangan

4 0 0
                                    

Saya sebagai salah satu hamba ikut bermain.
Rupanya hamba sedang bermain cermin.
Kalau ada tamu haruslah disambut.
Tapi, kalau tamunya semacam ini perlukah disambut?
Mari kita mulai!

Ada orang berlari menyambut.
Ada orang termenung meratapi peruntungan nya.
Ada orang yang hanya diam saja.
Sedangkan saya? Saya memutarbalikkan kepala.
Berputar dan berjungkir balik bareng  dunia.
Kita semua berpikir, apa jadi muka bumi ini.

Kata orang bumi sedang sakit, bagaimana bisa?
Saya mendengar bumi berkata "ahh senangnya daku".
Bumi sangat senang, hingga terbang melanglang buana.
Bebannya terangkat sudah.
Hama-hama perlahan menghilang di tubuhnya.
Jika kau masih berpikir bumi sakit, maka renungkanlah!

Siapa yang menyiksa bumi?
Siapa yang merusak bumi?
Siapa yang hanya memanfaatkan bumi?

Lihatlah keadaan sekarang
Bumi tidak sakit! Hama-hama nya yang sedang sakit!
Waktu rambut mu dicabut apakah sakit?
Waktu kulitmu  ditumpuk dengan semen keras apakah sakit?
Lihatlah keadaan yang dahulu, berbanding terbalik rupanya.
Bumi sakit, hamanya kenyang, berbuncit macam orang makan gaji buta.

Kita sudah ditampol tapi tidak sadar juga.
Haruskah kita disentil ginjalnya?
Atau disentil dulu jantung nya?
Lekas sadar atau kau yang akan menjadi hama selanjutnya.
Bisa saja hama selanjutnya akan hilang tak berbentuk.


---
Puisi diatas bertema Corona. Saya mengambil sudut pandang lain daripada yang lain. Makanya judul puisi ini cermin & timbangan.
Cermin yang digunakan untuk berkaca dan timbangan yang identik dengan keseimbangan.
Puisi ini berdasarkan interpretasi saya. Membuka pandangan lain tentang tema ini.
Maka, selamat menikmati dan selamat menerjemahkan arti tiap baris dari puisi saya.

150121

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kata-kata yang sudah terlalu biasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang