247 25 1
                                    

"kau seperti bintang untukku"

BRAAKK!!
tubuhnya terhempas jauh. Pandangannya menghitam. Ia kehilangan kesadarannya. Dan juga memorinya.

---

Suho menatap sekeliling, mengedarkan pandangan kesetiap sudut kamarnya. Mencari sembarangan benda yang bisa membantu memulihkan setiap memorinya yang hilang. Sejauh apapun ia mengedarkan pandangannya, hanya satu hal yang membuat ia bertanya-tanya. Mengapa disudut kamarnya terdapat beberapa tumpukan surat, untuk siapa surat itu, siapa yang menulisnya. Dan jika itu milikku siapa dan apa yang telah kulupakan.

"Aarrggg"
"Bagaimana mungkin aku tidak mengingat sedikitpun tentang diriku"

Suho menghempaskan badannya di kasur. Menutup matanya dan kembali berusaha mengingat memori lamanya. Namun nihil, sekuat apapun usahanya, sebesar apapun rasa ingin tahunya ia selalu tak dapat mengembalikan memorinya.

Rasa ingin tahunya yang memuncak membuat ia kembali membuka dan membaca tumpukan surat yang ada di kamarnya.
"Aku merindukanmu"
"Aku tidak menulis ini untuk dirimu, tapi untukku"
"Kau tidak boleh lupa padaku"
"Kau ingat? Kau mencintaiku"
"Kau seperti bintang untukku. Aku selalu suka caramu mengatakan itu padaku"
"Kau tahu? Kau mencintaiku sama sepertiku"

Begitulah beberapa penggalan di tiap-tiap surat itu. Ia tak tahu siapa dan untuk apa surat-surat itu ada di kamarnya. Ia bahkan tak ingat pemilik surat ini. Jika memang dirinya mengapa surat ini hanya diletakkan disudut kamar. Bukankah ini harusnya sesuatu yang berharga.

"Apa yang telah kulupakan. Apa aku sedang melupakan seseorang? Jika iya, apakah aku telah menyakitinya?" Suho bergumam sambil memandang kosong ke arah surat-surat itu.

---

BRAAAKKK

"Apa aku masih seperti bintang untukmu" lirih seseorang disudut lain.

"Bagaimana mungkin aku masih menjadi bintangmu sementara kau melupakanku"

"Harusnya aku tak memaksamu datang malam itu. Ini salahku. Aku memang bodoh"
Irene mulai terisak mengingat kebodohannya dimalam itu. Tak jarang ia selalu menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.

"Kenapa dia masih belum sadar?"
"Kenapa anakku masih berbaring disana dok?"
"Tolong lakukan sesuatu"

"Kami sudah berusaha semampu kami Bu. Saat ini kita hanya bisa menunggu"

"Bu.. tenanglah Suho akan baik-baik saja"
"Bagaimana aku bisa tenang! Anak kita tidak baik-baik saja" ibu Suho histeris
"Irene pulanglah. Biar kami yang berjaga malam ini. Kembalilah besok" pinta ayah suho
"Aku tak bisa meninggalkannya. Aku khawatir" lirih Irene
"Semua akan baik-baik saja. Kembalilah kerumah. Tenangkan pikiranmu dan kembalilah besok" kata ayah suho mengusap puncak kepala Irene.

---

Sudah berhari-hari Suho tak sadarkan diri. Bahkan tanpa disadari genap sebulan sudah Suho terbaring ditempatnya. Perasaan setiap orang menjadi semakin resah karena tak mendapatkan hasil yang mereka inginkan.

Irene menjadi begitu tak tenang, setiap hari ia datang membawakan surat seperti hari-hari sebelum musibah itu menimpanya. Berharap kekasihnya akan terbangun dan setidaknya membaca sepucuk suratnya sambil memandang nya, seperti sebelumnya.

"Kau harus kembali" lirih Irene menggenggam tangan yang terbaring lemah didepannya
"Aku disini" mencoba tersenyum ke arah seseorang yang bahkan tak melihat senyumnya
"Sadarlah kumohon" pinta Irene

----

Waktu berlalu, tak seperti yang ia inginkan. Tak terasa sudah 2 bulan Suho tak sadarkan diri.
"Apa yang harus kulakukan" Irene terisak di sudut kamarnya
Trrrttt.. trrrtttt...
Mengabaikan handphonenya yang terus berdering

Tok tok
Ketukan pintu kamar Irene diiringi suara ibunya
"Irin-ah ibu boleh masuk?"
Mendapati anaknya yang sudah kacau dan berantakan ibu Irene coba menenangkannya.
"Irin-ah, tenanglah. Semua akan baik-baik saja"
"T-tapi Bu.. dia tak kembali Bu. Aku masih bisa melihatnya. Tapi- tapi dia tak bisa melihatku" Irene menangis sejadi-jadinya dipelukan ibunya.
"Irin-ah tenanglah. Ibu dapat kabar Suho telah sadarkan diri"

Mendengar hal yang tak mungkin itu Irene segera terdiam tak percaya.
"Apa benar Bu?"
"Apa benar Suho sadarkan diri?"
Ibunya mengangguk tersenyum
Irene yang bahagia segera menghamburkan pelukannya ke sang ibu.
"A-aku harus segera kesana Bu. Dia pasti mencariku. T-tidak, akulah yang mencarinya"

---

"Tidak! Tidak mungkin!"
"Bagaimana bisa dia jadi seperti itu"
"Suho mengalami cedera otak traumatik Bu. Hal ini yang memungkinkan dia kehilangan sebagian besar ingatannya dan juga fungsi pada tubuhnya. Ia harus mendapat kan rehabilitasi beberapa waktu Bu. Kami sudah berusaha semampu kami tapi kerusakan pada saraf diotak akibat kecelakaan tersebut memang sangat fatal. Untungnya Suho hanya kehilangan kemampuan bergerak dan ingatannya, kemampuannya untuk berbicara masih terbilang aman. Untuk saat ini kita hanya bisa fokus ke perawatan Suho selanjutnya"

Irene hanya mampu diam mendengarkan penjelasan dokter yang sangat tiba-tiba itu.
"Jadi.. dia tak dapat mengenaliku"
"B-bahkan ia kehilangan fungsi tubuhnya?"
"Lalu aku harus bagaimana"
Perlahan Irene mulai menangis dan jatuh tersungkur. Ia tak mampu menahan bobot tubuhnya setelah mendengar semuanya. Ia bahkan tak mampu mengatakan sepatah katapun dari mulutnya. Yang ia lakukan hanyalah menangis.

---

"Irene?"
"Iya om"
"Boleh om bicara sebentar denganmu? Ikutlah denganku"

"Begini.."
"Saat ini kondisi Suho terbilang cukup parah. Ia berkemungkinan besar kehilangan kemampuannya terhadap memori dan tubuhnya. Saat ini ia tak bisa dipaksa untuk mengingat apapun. Jangankan untuk mengingat, untuk bergerak pun ia masih belum bisa. Yang harus kamu lakukan hanyalah bersabar untuk saat ini. Tolong jangan melakukan tindakan apapun yang membahayakan kondisi Suho untuk saat ini"
"Irene minta maaf om" tangis Irene pecah
"Tidak Irene. Ini bukan salahmu. Semua ini sudah menjadi keharusan untuk Suho"
"Om hanya minta kamu untuk bersabar. Untuk saat ini kamu tak bisa menampakkan diri didepan Suho dulu. Mungkin setelah Suho menjalani beberapa masa rehabilitasi nya kamu bisa bersamanya lagi."
"T-tapi om"
"Om mohon padamu. Kamu harus sedikit lebih bersabar lagi Irene"
Irene mengangguk dan kembali menangis atas keadaan saat ini.
"Om.. apa aku boleh melihatnya sekali saja?" Tanya irene
"Tentu saja. Jika itu membuatmu sedikit lebih senang"

---

"Maafkan aku. Hanya aku yang yang mengingat semuanya" Irene tersenyum pedih melihat Suho dari kejauhan.

TO BE CONTINUE
JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT
COBA TEBAK AKAN BAGAIMANA
KELANJUTAN KISAH IRENE DAN SUHO

Yang mau liat fmvnya bisa cek ditiktok @_exol_indonesia yah. Jangan lupa follow juga!⭐

Love Letter [SURENE #ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang