Rasa sakit

128 24 5
                                    

Hari-hari Irene sedikit berubah. Lebih tepatnya terlalu berbeda. Sulit baginya beradaptasi dengan keadaannya yang sekarang. Rasanya dunia menjauh darinya. Dulunya, tertawa adalah rutinitas sehari-harinya. Dia merindukan hari-harinya yang selalu ia habiskan dengan Suho. Ia rindu cara Suho menatapnya, rindu cara Suho tersenyum padanya, rindu menemani Suho membaca surat-surat yang seringkali ia tulis untuk suho. Rasanya dirinya akan meledak hanya dengan mengingat semua itu.

"Aku merindukanmu. Apa semua berjalan dengan baik?" Irene menatap hujan diluar jendelanya.

Rasanya sudah cukup lama ia tak bertemu Suho. Bahkan dua musim terlewati, Irene sangat ingin menemui Suho tapi melihat Suho harus melalui semuanya sendirian ia tak cukup tega. Ia bisa saja menemani Suho yang sekarang, tapi apa dia sanggup menjadi asing untuk Suho.

---

Dua musim telah usai. Usaha Suho tak sia-sia untuk mendapatkan kembali fungsi tubuhnya. Suho dapat bergerak normal sama seperti sebelum ia mengalami kecelakaan. Hanya saja semua memori tentangnya ataupun tentang orang disekitarnya tak kunjung kembali. Suho berusaha sekeras mungkin, tak jarang ia mengalami kejang bahkan pingsan saat berusaha terlalu keras. Hal ini membuat orangtua Suho terutama sang ibu tak lagi memaksakan Suho untuk bertemu dengan orang-orang yang ada di kehidupan sebelumnya.

"Apa kau baik-baik saja?"
"Aku merasa lebih baik sekarang bu " Suho tersenyum kearah ibunya yang selalu tampak khawatir.
"Maaf "
"Maaf aku masih belum mengingat ibu dan ayah. Aku sudah mencobanya.. tapi"
"Jangan pikirkan itu, melihatmu sekarangpun ibu sudah bahagia. Tentang ingatanmu, jangan paksakan dirimu. Semua akan baik-baik saja"
Suho tersenyum melihat ibunya yang berusaha tegar.

"Ah Bu.. ada yang ingin aku tanyakan"
"Iya kenapa?"
"Surat-surat itu"
Suho menunjuk ke sudut kamarnya.
"Apa itu milikku?"
"Ayahmu yang meletakkannya disana. Ibu tak pernah tahu soal itu. Karena kau tahu ibu hanya fokus padamu. Kau bisa tanyakan pada ayahmu nanti"
"Baiklah Bu"

---

"Apa tak apa jika aku menelponnya?" Gumam irene yang sedari tadi terlihat cemas menatap layar ponselnya
"Mungkin aku harus mencobanya"
"Setidaknya sekali saja"
"Baiklah aku akan mencobanya"
-
-
"Halo" terdengar suara seseorang
"Halo ini siapa?"
Irene mematung mendengar pertanyaan itu.
"I-irene?"
"Kau Irene?"
"T-tunggu. Jangan tutup telfonnya"
"A-apa kau temanku?"
Irene menangis. Dia tak menyangka Suho benar-benar akan lupa padanya.
Begitulah kira-kira, hingga Irene mematikan ponselnya itu.
"Maafkan aku"
Irene menangis sejadi-jadinya. Ia benar-benar merindukan kekasihnya itu. Tapi yang bisa ia lakukan saat ini hanya berdiam diri.

---

"Irene?"
"Siapa dia? Apa aku mengenalnya"
Suho bergumam setelah menerima telepon yang dianggapnya misterius.

"Ahhh sudahlah, aku hanya harus bersiap-siap untuk besok. Sudah lama aku tak menyibukkan diri dengan pekerjaan yang lebih penting"

---

Suasana kantor pagi ini terlihat ramai. Para karyawan begitu antusias dengan apa yang mereka dengar pagi ini.

"Sepertinya ada hal yang menyenangkan" Irene tersenyum tipis menanggapi keramaian dikantornya.

"Irin-ah. Apa kau sudah dengar?" Salah satu teman Irene yang sama hebohnya dengan karyawan yang lain.
"Ada apa?"
"Kau sudah dengar? Manager baru kita sangat-sangat tampan!"
"Lalu aku harus apa?" Irene menanggapinya dengan malas.
"Tch. Aku harus apa? Kau harus bersiap-siap. Mungkin saja kau bisa menebar pesonamu. Lagipula kau cukup memenuhi standar untuk hal ini"
"Apa aku orang yang seperti itu dimatamu? Aku tak punya waktu untuk bermain-main" ketus irene
"Aisshh kau ini ayolah jangan seperti ini. Aku hanya bercanda"
"Pikirkan candaanmu dan tertawalah sendiri"

Irene meninggalkan temannya yang bingung menghadapi sikap Irene yang makin hari lebih mirip es batu.

"Aisshh apa orang-orang sudah gila? Aku bahkan tak peduli soal manager sialan itu"

BRUKKK

Irene menabrak seseorang.
"S-su.."
"Ah maafkan aku. Aku tak melihatmu"
"Apa kau tak apa-apa?"
Tangan seseorang melambai tepat didepan wajah Irene. Mencoba menyadarkannya dari keheningan.
"A-aku tak apa-apa" suara Irene bergetar
"Ah baiklah. Aku harus segera kesana. Sampai berjumpa lagi"

Irene jatuh tersungkur melihat punggung didepannya yang semakin menjauh. Punggung yang sebelumnya tak pernah menjauhinya. Siapa lagi kalau bukan Suho. Irene tak menyangka bisa bertemu Suho dikantornya. Entah apa yang Suho lakukan disini. Tak mungkin Suho datang untuk mencarinya. Suho bahkan tak ingat apapun tentangnya.
"Kau melihatku. Tapi hanya aku yang melihat kita"

Seketika memori saat mereka bersama melintas secepat itu di pandangan Irene.

---


"

Siapa dia? Dia cukup cantik tapi agak aneh" Suho tersenyum sekilas.
"Akan bagus jika aku punya pacar secantik dia" gumam Suho.

TBC
LANJUT GA NIH?
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH
Ilustrasi videonya bisa cek di tiktok @_exol_indonesia ya. Jangan lupa follow juga

Love Letter [SURENE #ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang