DCMP - 1

41 4 0
                                    

Disebuah ruangan gelap, seorang pria duduk di kursi dengan posisi diikat. Hanya cahaya lampu yang menyorot dibawah pria itu. Bukan hanya itu, dua pria berdiri didepan pria yang diikat itu.

Keadaan pria yang diikat itu sangat memprihatinkan. Kuku-kukunya yang terlepas dari jari nya, mulutnya yang dipenuhi dengan darah terus mengalir.

Pria dengan rambut putih dengan helaian rambut yang berwarna hitam, berdiri didepan pria yang diikat itu. Pria berambut putih itu mengambil sebuah pistol yang disiapkan oleh pria yang memakai jas hitam yang disampingnya itu, lalu ia menodongkan pistol itu ke kepala pria yang didepannya.

"Aku ucapkan sekali lagi, beritahu padaku tentang semua organisasi tuanmu. " Ucap pria itu dengan mendekatkan mulut pistol ke kepalanya.

"Bangsat! Aku tak akan memberitahukannya padamu! " Tolaknya sembari meludah ke wajah pria yang memegang pistol itu. Karena mulutnya yang penuh dengan darah, ia meludah dengan darahnya yang ikut menciprat ke wajah pria yang ada di depannya itu.

Melihat tuannya dikotori, pria dengan jas hitam itu menggertak.

"Oi sialan! Berani seka- " Ucapannya terpotong karena tuan yang dia maksud mengangkat sebelah tangannya.

Pria berambut putih itu mengulurkan tangannya kepada pria berbaju jas hitam itu. Pria itu yang sadar dengan uluran tangan tuannya itu mengeluarkan sapu tangan dibalik jasnya, dan memberikannya pada tuannya.

"Dengar, aku sudah berbaik hati menunda kematianmu, tapi sepertinya kau tidak menerima kebaikan hatiku ini. " Ucap pria itu dengan sedikit drama setelah mengelap wajahnya dengan sapu tangan.

"Bahkan kau membayar kebaikanku dengan tingkahmu. Apakah itu yang tuanmu ajarkan untuk membalas kebaikan seseorang? " Ucap pria itu dengan mengubah tatapan menjadi dingin.

Pria yang diikat itu hanya menatapnya dengan bergetar, seakan tatapannya itu merasuki ke seluruh tubuhnya.

Memang benar, musuh mereka kali ini dikenal dengan kebengisannya itu. Bukan itu saja, tuan dari musuh mereka kali ini dikenal sebagai orang yang berhati dingin.

"Kurasa perbincangan ini tidak akan berjalan lancar sesuai dugaanku. " Ucap pria itu sebelum ia menarik pelatuk pistolnya.

Dor!

Sekali tembak tepat meninggalkan lubang dikepala pria yang diikat itu.

"Cain. " Panggil pria itu.

"Iya, Tn. Yoori? " Jawab pria yang berbaju jas hitam itu dengan sopan.

"Bersihkan tempat ini. Aku tak ingin melihat tempat ini menjadi kotor lagi. "

"Baik, tuan. "

"Ah, padahal belum seminggu tempat ini digenangi dengan darah. " Hela pria itu, yang dikenal dengan nama Nagisha Yoori.

Pria yang bernama Cain itu membawa tubuh mayat yang sudah mati sesuai perintah dari tuannya.

Setelah tempat itu dibersihkan dari mayat, seorang pria dengan penampilan yang tak berbeda jauh dengan Cain datang dengan membawa seorang pria dengan tubuh yang babak belur. Tampaknya pria itu mencoba untuk memberontak.

Yoori yang mengetahui akan kehadiran mereka, bertanya.

"LEPASKAN, BANGSAT! " Teriak pria itu memberontak, tapi karena tubuhnya yang sudah babak belur membuat ia tak punya terlalu banyak tenaga.

"Siapa dia? "

"Dia adalah salah satu mata-mata yang dikirim oleh pihak musuh, tuan. "

Yoori yang mendengar perkataan dari salah satu anak buahnya itu mengalihkan pandangannya ke pria yang masih memberontak itu.

Don't Call Me Papa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang