Di bawah langit yang sama di kota London.
Seorang pria tengah berjalan sendirian dengan langkah tegas menyusuri koridor di gedung kemiliteran yang sepi. Seragam kemiliteran yang ia kenakan menunjukan pangkat yang ia pegang di organisasi milik pemerintah ini. Wajahnya yang tampan masih tampak tenang, meski Ia baru selesai menghadiri rapat yang penuh dengan ketegangan dan berakhir tidak seperti yang ia inginkan.Suara langkahnya yang sedari tadi menggema tiba tiba berhenti. Tubuhnya yang tegap lalu bergerak menghadap salah satu jendela tua yang sedikit terbuka. Terlihat sepele memang, namun membuka salah satu jendela di tempat ini sebenarnya merupakan sesuatu yang tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Alasannya tentu saja karena udara dan cahaya yang masuk langsung dari luar dapat merusak beberapa lukisan bersejarah di tempat ini atau merusak barang barang dekorasi lainnya.
Tapi tidak, dia sedang tidak melampiaskan kemarahannya di meja rapat tadi dengan menjadikan permasalahan jendela yang terbuka -yang dapat mengancam petugas kebersihan yang bertugas sekarang kehilangan pekerjaan- sebagai masalah untuk dibesar besarkan. Ia akui, sungguh ceroboh memang siapapun yang telah meninggalkan jendela ini terbuka seperti ini. Tapi sejauh tidak barang yang dikatakan bernilai penting rusak pria itu memilih diam. Malahan, dia merasa senang, oleh karena keteledoran seseorang yang lupa menutup jendela ini. Dia bisa merasakan sedikit udara segar dari luar untuk menjernihkan pikirannya.
Ia menarik nafas dalam dalam ketika angin kencang menyelinap masuk lewat jendela sebelum menorehkan sebuah senyum yang tipis. Ia sudah merasa sedikit lebih baik sekarang setelah menghirup udara segar. Pria itu lalu menutup jendela tersebut dengan hati hati dan melanjutkan perjalanannya.
"Aku harus kembali bekerja."
Tidak ada waktu untuk dirinya bergelut dengan emosi. Ada sebuah acara penting yang harus ia hadiri setelah ini.
Meskipun kabut masih menyelimuti Kota London dan memblokir cahaya matahari di angkasa. Para warga yang telah menjadi penduduk asli di kota ini dapat mengatakan bahwa cuaca hari ini cukup baik. Tak terkecuali para warga yang menjadi penduduk di distrik Bethnal Green[1] yang mana di sekeliling wilayah mereka tidak hanya diselimuti oleh kabut yang tercipta alami, melainkan juga kabut pekat yang berasal dari pabrik pabrik ilegal yang dibangun di lingkungan mereka.
Meski semuanya tampak normal bagi para pendatang -minus dengan kepulan asap hitam yang timbul akibat pabrik-. Waktu di mana matahari masih menampakkan wujudnya di angkasa adalah waktu yang dianggap tepat dan aman untuk para warga dapat keluar dari rumah mereka untuk melakukan keperluan. Para pencuri, pencopet ataupun para gelandangan yang suka sekali merampas paksa barang warga jarang sekali beraksi di jalanan besar, karena takut tertangkap basah dan dikeroyok oleh warga. Meski begitu, kegiatan penyimpangan seperti para pelacur menjajakan diri di siang hari atau transaksi ilegal lainnya masih dapat dilakukan secara terang terangan di beberapa sudut jalanan gang yang gelap di wilayah ini.
Kesimpulannya, banyaknya pabrik ilegal, dan angka kejahatan cukup tinggi di wilayah ini dapat menunjukkan bahwa Bethnal Green bukanlah tempat yang layak untuk dihuni. Namun harga sewa yang murah menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah atau mungkin para pendatang.
Namun dibalik itu semua masih ada segelintir para orang tua yang mempedulikan pendidikan yang kelak di kenyam oleh anak mereka. Karena kepedulian kecil itulah, sekolah seperti tempat Victoria mengajar masih dapat berdiri di salah satu sudut distrik. Meski bisa dibilang bahwa mereka, para tenaga di sekolah tersebut, hanya bisa memberikan pendidikan seadanya.
Kesenjangan sosial dan ekonomi membuat pendidikan menjadi salah satu momok yang cukup sulit untuk di jangkau oleh para jelata. Tenaga pengajar para rakyat selayaknya Victoria pun hanya berbekal pendidikan seadanya yang pernah dikenyam sewaktu bersekolah ditempat yang sama. Jika mereka beruntung, seperti di lirik oleh asosiasi pendidikan setempat, mungkin mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dan mengenyam karir dengan bayaran yang lebih layak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restless | Albert x OC
FanfictionWARNING : ALBERT X OC, OOC, HISTORICAL INACCURACY RE-WRITE! DISCONTINUE! Encounter and Haunted Sequel. Selayaknya jika semua ini berakhir. Dunia yang kejam dan penuh sandiwara ini tidak akan mengizinkan mereka untuk bertemu lagi. Story © Silver...