awal

113 23 12
                                    

"Selesai juga," ucapnya.

Ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal setelah seharian duduk di depan monitor komputernya.

Ia berjalan gontai menuju kasur dan langsung merebah diri. Menghela nafas panjang dan tersenyum simpul karena merasa puas akan hasil kerjanya.

Di rumahnya, ia tinggal sendiri. Orang tuanya saat ini sedang berada di luar kota, jadi ia bisa merasa bebas sekaligus kesulitan. Bebas karena tak ada peraturan yang diberikan sang ibu kepadanya, sulit karena ia tak bisa memasak.

Terkadang iapun harus membeli mie instan di minimarket depan komplek rumahnya.

Ia melirik jam dinding di kamarnya, sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sudah saatnya ia makan malam. Pemuda itu beranjak dari kasurnya, menuruni tangga dan membuka kulkas di dapur.

"Mie lagi, mie lagi. Kayak anak kost kost-an aja!" gerutunya.

Ia menutup pintu kulkas agak kencang, lalu berjalan ke ruang keluarga dan menduduki sofa di sana.

"Hah... aku bosan makan mie terus, kira-kira makanan yang tak sulit dibuat apa ya?" tanya nya pada diri sendiri.

Sembari mengscroll ponselnya yang menampilkan gambar makanan serta resep dan cara memasaknya. Ia terus mengscroll sampai mendapatkan sebuah notifikasi pesan dari nomor tak dikenal.

Pemuda itu mengernyit, lalu membuka chatroom dari nomor tak dikenal itu.

Kau merasa bosan? Ayo main denganku!

Dirinya lagi-lagi mengernyit, tak paham apa maksud dari pesan tersebut. Jari-jarinya tergerak untuk membalas pesan aneh itu.

He Junlin
Kau siapa? Apa maksudmu?

Seseorang yang mengiriminya pesan itu kini mengetik.

Jika kau berhasil menebak ini, kau menang dan lanjut pada permainan berikutnya.

Junlin masih diam, ia saat ini sedang bertarung dengan pikirannya. Menebak siapa yang mengiriminya pesan aneh tersebut.

He Junlin
Kau itu siapa? Jangan yang aneh-aneh!

Him
Ckckck, tenang saja, tak sulit kok.
Kau hanya perlu menjawab arti kode ini:
1+23+1+12+1+14
Ini merupakan sandi angka, kuharap kau tak kesusahan karena ini mudah

Junlin berpikir sejenak, ia memang tahu tentang sandi angka, dan jawabannya sangatlah mudah baginya.

He Junlin
Jawabannya "Awalan"

Junlin memang tak masalah menjawab pertanyaan itu, tapi yang mengganggunya saat ini adalah, siapa yang memberinya pesan?

Him
Benar, level selanjutnya, mungkin agak sulit.
Tapi apakah kau bisa mengetahui artinya?
7777+33+55+666+555+2+44=

He Junlin
Sandi apa itu?

Him
Tidak ada klue

He Junlin
Apa maksudmu?
Apa kau mempermainkan ku!?
Kau siapa Hah!?
Apa kau tukang teror!?

Him
Entahlah
Tapi bukankah kau sendirian?

He Junlin
Tahu dari mana kau!?
Jangan macam-macam!?
Untuk apa kau mengajakku bermain? Lalu dari mana kau mendapatkan nomorku?
Siapa namamu!?
Jangan hubungi aku lagi dan jangan mengajakku bermain tebak sandi, kau pikir aku anak Pramuka apa!?

Junlin menutup chatroom nya dengan orang misterius itu, jujur saat ini ia merasa takut. Orang yang mengajaknya bermain itu mengetahui dirinya sendirian?

Ia menghela nafasnya lelah, lalu ponselnya bergetar kembali. Ia menatap notifikasi pesan terakhir dari nomor tak dikenal itu lagi. Matanya dibuat melotot, ketika ia membaca pesan terakhir dari orang itu.

Him
Kau tak boleh berhenti main
Jika tidak, aku akan membunuhmu, aku tahu di mana kau tinggal.

Sesaat kemudian Junlin terkekeh, orang itu mungkin hanya bercanda dan menggertaknya saja. Barusaja tangannya tergerak untuk membalas pesan itu, namun lagi-lagi seseorang yang menggertaknya mengirimi sebuah pesan gambar padanya.

Him
Rumahmu

"Apakah dia seorang pembunuh!?"

Junlin berjalan mendekati jendela, mengintip dibaliknya namun tak ada seorangpun di sana.

Him
Baru mengecek halaman depan ya?
Ckckck, bodoh!

He Junlin
Aku akan melaporkan mu ke polisi

Him
Silahkan, jika kau sudah tak sayang nyawa mu.

He Junlin
Sebenarnya apa yang kau mau!?

Him
Aku mau kau menebak sandi yang ku kirim tadi
Aku memberimu waktu sampai besok siang, Jika tidak, selamat kau akan mendapat satu teror

Junlin buru-buru mematikan ponselnya, ia berlari ke kamar, menguncinya dan berlindung dibalik selimut. Sungguh, saat ini ia sedang merasa sangat ketakutan. Ia menghubungi salah satu temannya untuk menghilangkan rasa ketakutannya itu.

He Junlin
Hei Zhen!
Kau bisa datang ke rumahku?

Zhenyuan
Memangnya ada apa?

He Junlin
Aku hanya kesepian di sini, kau bisa datang?
Sekarang?

Zhenyuan
Maaf, aku tidak bisa.
Aku sangat sibuk sekarang.

He Junlin
Yasudah.
Sampai jumpa besok

Ia mematikan ponselnya. Beberapa saat suasana menjadi hening, ia hanya bisa mendengar suara dentuman jam yang terus berbunyi menghasilkan irama tertentu.

Pemuda itu merasa sedikit tenang, namun masih tetap ada hal yang ia pertanyakan di otaknya.

Apakah orang itu mengenalku?

Ia melirik jam di ponselnya, di sana sudah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh lima. Perutnya yang tadi lapar kini sudah tak terasa lagi.

Ia bangun, membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Menatap tembok di depannya serta merasakan suasana rumah yang sedikit mencekam.

"Sebaiknya aku tidur saja," ucapnya.

Ia menaruh ponselnya di nakas, menarik selimut lalu memejamkan matanya, berharap semoga saja segala yang menakutkan hari ini tak ia rasakan sampai esok.

Ia menaruh ponselnya di nakas, menarik selimut lalu memejamkan matanya, berharap semoga saja segala yang menakutkan hari ini tak ia rasakan sampai esok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A codeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang