122 20 34
                                    


Junlin terus mengetuk-ngetukkan jarinya, satu tangannya sibuk menumpu wajahnya di atas meja. Matanya tak terlepas sedikitpun dari papan tulis kosong tak ada coretan sama sekali.

Ia sedang memikirkan sosok dibalik Him, siapa sebenarnya dia? Dan dari mana orang itu tahu nomor teleponnya?

Ia bahkan sudah menduga bahwa pelakunya salah satu dari teman sekelasnya. Tapi ia tak ingin berburuk sangka dulu, ia harus mencari bukti sebelum menuduh seseorang.

Irisnya berbelok, ketika melihat teman satu kelasnya yang tak terlalu ia kenal memasuki kelas dengan raut datar seperti biasa. Yan Haoxiang, pemuda itu menduduki kursinya yang berada di baris ketiga paling belakang, tepatnya dua bangku di belakang Junlin.

ia menengok kebelakang, menatap Haoxiang yang sibuk memasukan speaker earphone ke telinganya serta menelungkup kan wajahnya di meja. Setelahnya Junlin kembali berbalik badan menatap depan, matanya memicing ketika ia mengetahui ada hal aneh pada gelagat Haoxiang.

Apa jangan-jangan dia ya? Soalnya dia kan memang aneh— Junlin.

Junlin kembali menatap ke belakangnya, kali ini maniknya bertemu dengan manik elang milik Haoxiang. Namun sekali lagi, Haoxiang hanya menatapnya datar lalu membuang muka.

Junlin mendengus, apakah anak itu tak bisa melupakan kejadian empat bulan yang lalu?

Saat itu, Junlin benar-benar tak sengaja mencelakai Haoxiang. Pemuda itu terlalu sibuk dengan bola basket dalam genggamannya, berlari menuju area lawan sambil memantulkan bola ke lantai. Sesampainya di tempat, saat ia akan memasukkan bola ke dalam ring, tangan yang harusnya membawa bola masuk, malah mengenai tangan Haoxiang yang mencoba menghalau nya. Kebetulan saat itu Haoxiang sedang menjadi tim lawan.

Setelahnya, yang terjadi adalah Haoxiang yang cedera disikutnya, membuatnya tak bisa mengikuti perlombaan basket antar sekolah yang seperti ia inginkan. Dan setelah itu, hubungan pertemanannya dengan Junlin pun semakin merenggang.

Ya, Junlin ingat itu. Ingat semua yang membuat Haoxiang bermusuhan dengan nya. Hufft, tapi syukurlah masih ada Zhenyuan yang setia menjadi sahabatnya.

Waktu cepat berlalu, membuat kelas yang tadi begitu berisik dengan hingar-bingar para murid yang mengobrol, sekarang hening ketika seorang guru BK memasuki kelas.

Tentu saja tak ada yang berani melawan guru BK. Jika ada, siap-siap saja ke ruang BK, dipanggil orang tuanya serta diberi SP satu. Bahkan yang lebih buruk, bisa saja dihukum membersihkan toilet atau halaman sekolah.

Dan Junlin tak mau menjadi murid yang mengganggu, ia lebih suka menjadi murid baik yang menurut kepada guru. Ia tak ingin mendapat masalah hanya karena tindakan bodohnya.

-o0o-

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan Junlin masih berkutat dengan ponselnya. Ia tak sedang sibuk membuat tugas sekolah, namun yang ia lakukan sedari tadi hanya mengecek pesan dari Him lalu lanjut mengobrol dengan sahabatnya lewat media chat.

Hingga jam menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh lima, Junlin masih belum mendapatkan pesan dari Him, ia bahkan sudah memberi jawabannya kepada orang itu. Tentunya, jawaban itu ia temui akibat bantuan Zhenyuan. Pemuda itu memang akan selalu membantu selagi ia bisa.

Drrt

Ponselnya bergetar, Junlin langsung mengambil ponselnya yang tadi diletakkan di nakas. Ia membuka chatroom dengan Him yang sekarang sedang mengetik.

A codeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang