[01]

2.8K 240 32
                                    

.

This chapter inspired by the song Day6 - Not Fine











'Joyul..'

'Joyul'

'Hei Joyul, apa kau di apartemenmu? Hari ini aku membuat pancake, special untukmu..'

'Joyuull'

'Jo Yuri'



Sedari tadi, Yena terus-menerus menatap layar ponselnya itu dengan penuh harap. Berharap satu notifikasi balasan akan muncul disana. Meski itu hanya sekedar balasan singkat seperti yang biasa ia dapatkan, setidaknya ia akan bersyukur Yuri masih membalas pesannya itu.

Namun, meski 30 menit telah berlalu, ponselnya masih tak kunjung berdering disana. Yuri masih belum membalas pesannya, atau mungkin gadis itu memang tak berniat membalasnya. Yena cukup memaklumi hal itu karena semenjak gadis itu memasuki perguruan tinggi, akhir-akhir ini ia memang cukup sibuk dengan kegiatan belajarnya dan cenderung lebih sering mengabaikan sosoknya.

"Huh? Apa Yuri sudah makan?" Monolog Yena khawatir.

Sembari menatap pancake buatannya yang sudah mulai mendingin diatas meja, Yena berniat menelpon Yuri.

"Ah, anni. Yuri kan tak suka jika aku menelponnya." Gumamnya lagi ketika ingatannya mulai berputar pada perkataan Yuri beberapa minggu lalu.

"Unnie, mulai sekarang tolong berhenti menelponku. Itu sangat mengganggu!"
















Meletakan ponselnya kembali keatas meja, Yena menghela nafas sejenak sembari menyandar pada kursi dibelakang tubuhnya.

"Ah, baiklah, aku akan pergi ke apartemennya saja."

Lalu, gadis pirang itu dengan cepat beranjak dari tempat duduknya, mengambil mantel kuning favoritnya yang tergantung dari balik pintu kamar. Tersenyum kecil tatkala mengingat jika benda berharga itu merupakan hadiah yang Yuri berikan untuknya tepat pada hari natal dua tahun lalu. Ya, dua tahun yang lalu ketika Yuri masih bersikap begitu manis padanya. Dua tahun yang lalu ketika Yuri masih sering memeluk tubuhnya, mengatakan jika ia tak akan membiarkan Yena memakai mantel apapun selain mantel kuning pemberiannya itu. Dua tahun yang lalu sebelum akhirnya sikap manis yang selalu diberikan gadis itu perlahan menghilang dengan sendirinya.

Berdiri didepan cermin kamarnya, Yena memperhatikan penampilannya yang kini terbalut dengan mantel kuning yang warnanya telah banyak memudar disana.

"Hhh, kau banyak berubah Yuri.." bisik Yena tersenyum getir.

"Tapi, kuharap perasaanmu juga tak berubah seperti sikapmu itu.."

















....













"Eoh? Yuri, mau kemana?"

Yena menatap penampilan pacarnya penuh tanya ketika ia baru saja tiba didalam apartemen milik gadis itu.

"Pergi keluar dengan teman-temanku." Balasnya tanpa menoleh, terlalu sibuk mengetik pesan diponselnya itu.

"Kau sudah makan? Aku membawakan pancake untukmu. Aku membuatnya tadi." Yena menunjukkan kantong plastik ditangannya sembari tersenyum lebar, mengabaikan rasa sakit yang seolah menusuknya.

"Hmm.." Yuri menyahut, sama sekali tak mengalihkan perhatiannya ketika gadis pirang itu menunjukkan pancake itu dengan bersemangat disana.

Senyum Yena nampak sedikit meluntur meski dengan cepat ia dapat menguasai dirinya kembali, menunjukkan sisi cerianya seperti biasa.

7 Days | YenYul (GxG) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang