"Tenanglah, jika kau percaya diri, kau akan baik baik saja."
Lisa terdiam mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Edward, ia menoleh menatap Edward yang masih memasang wajah nya yang cuek. Lisa tersenyum tipis, mengepal tangannya kuat-kuat menyemangati dirinya.
Tak lama guru wanita dengan tubuh sedikit berisi masuk kedalam kelas, menyapa murid-murid yang berada didalam kelas dengan senyuman khas diwajahnya. Lisa memperhatikan guru itu seksama, seperti ini kah rasanya? Batin Lisa sendu.
Serentak para murid membalas sapaan di pagi hari tak kalah kerasnya dari suara guru wanita itu. Cukup humoris, pikir Lisa. Guru itu tersenyum hangat menatap murid nya satu persatu, hingga pandangannya terhenti kepada Lisa. Ia menatap Lisa, dan meminta Lisa agar memperkenalkan dirinya. Lisa menatap seisi kelas satu persatu, ia beranjak dari bangku nya, lalu tersenyum hangat kepada mereka dan mulai memperkenalkan dirinya.
"Lalisa Jeon. Call me,Lisa."
Ia kembali duduk di bangku nya, guru wanita itu, ah namanya; Seline. Mrs.Seline tersenyum menatap Lisa, kemudian berkata.
"Nama yang cantik, siapa yang memberikan nama itu, Lisa?"
"Daddy!" Seru Lisa
"Ah– Daddy mu pintar mencari nama untuk putri nya."
Lisa mengangguk kecil mendengar pujian yang dilontarkan Mrs.Seline kepadanya.
Mrs.Seline menulis judul materi terlebih dahulu di papan sebelum ia menjelaskan materi."Rosie, apa yang dibahas kali ini?" Tanya Lisa kebingungan
"Science, jika kau bertanya halaman berapa aku tidak tau. Kau simak saja, nanti Mrs.Syline akan memberi tau." Jelas Rosie
Lisa mengangguk paham dengan penjelasan Rosie"Kalian bisa membuka halaman 56."
Edward membuka sedikit matanya, ia memperhatikan Lisa dari arah samping. Lisa begitu cantik jika ia pandang dari samping, pahatan wajah bulat, dengan bibir berisi dan hidung mancung nya yang kecil namun tidak terlalu kecil. Yah perfect! Edward tersenyum tipis memandangi nya
"Kenapa kau tidur?"
"Aku hanya memejamkan kedua mataku." Sahut Edward tak acuh, ia kembali menutup matanya.
"Bukan kah itu sama saja?" Lisa menengok kearah Edward.
Edward membuka matanya dan menjawab
"Itu berbeda."
"Oh really, bukan kah itu sama saja?"
Edward tidak menjawab ucapan Lisa, gadis itu cukup cerewet ternyata. Ia mengangkat kepalanya dari meja, menegakkan kembali badannya. Ia menatap Lisa sekilas, dan kembali menatap Mrs.Seline yang sedang menerangkan di depan.
"Mata ku hanya tertutup, tapi tidak dengan pendengaran ku. Aku mendengar dan mengerti apa yang diterangkan guru." Jawab Edward sombong
Lisa mengangguk anggukan kepalanya mengerti, ia kembali memfokuskan pandangannya ke papan tulis. Ia mencatat rumus-rumus penting yang ditulis Mrs.Seline.
***
Setelah 45 menit belajar, penjelasan materi sudah diterangkan dan ditutup dengan memberikan persoalan materi yang tadi diterangkan di papan tulis maupun ucapan.
Lisa dengan tenang mengerjakan soal yang diberikan Mrs. Seline. Tidak ada raut kesulitan dari wajahnya, Lisa sudah pernah belajar materi ini sebelumnya di rumah dengan guru private nya. Tangan Lisa berhenti menulis ketika ia berada diangka soal nomor 7, ia terlihat kebingungan dengan soal tersebut. Lisa mengigit pipi dalamnya, ia melirik Edward yang masih tenang mengerjakan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
Jugendliteraturia mencintai putrinya sendiri, ia menyayanginya namun kian lama justru semakin besar rasa cintanya kepada putri kecilnya