Episode 3 - Apem Cinta

4 2 1
                                    

"Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah."

"Rani, cari apa?"

Sebuah suara mengagetkanku. Ternyata Refi, teman sekelas di masa SD itu sekarang bekerja di bengkel. Aku dapat melihat kostum yang dikenakannya penuh dengan noda oli.

Masih teringat dalam benak ketika kami sama-sama selesai untuk sekolah SMP dengan sekolah yang berbeda.

"Mau sekolah mana SMA, Ran?" tanya Refi ketika aku memberikan beberapa buah-buahan ke bengkel.

"Rencananya di SMA Negeri di sini, semoga aja diterima," jawabku singkat, lalu pergi meninggalkan bengkel itu.

Ibu pernah bercerita, kalau Refi ini tidak mau lanjut untuk sekolah SMA karena terhalang oleh keadaan ekonomi. Aku iri, melihat mereka yang sudah tidak memberatkan orang tua ketika remaja, tetapi disisi lain aku ingin menuntut ilmu sesuai keinginanku. Sangat patut disyukuri ketika aku berada di posisi tengah seperti ini. Artinya hidupku ini bisa dibilang sederhana.

"Em, tepung," jawabku sedikit gugup.

Refi hanya terdiam, sementara aku langsung menuju tempat sepedaku dan menaruh belanjaan dikeranjangnya. Seperti yang kuduga, jika orang bekerja di bengkel, lalu ia menuju warung, barang yang dibeli pasti rokok. Minimal satu pack, rokok itu pasti tersedia di samping para pekerja.

Aku mulai mengayuh, melaju lepas dari tempat semula. Berkendara dengan memulai doa, dan berfokus pada jalan berkerikil itu.

Ketika aku sampai rumah, aroma tapai merasuk pada indra ciumku. Ini pasti ibu bersiap-siap untuk membuat apem. Jajanan yang dijual seharga limaratusan ini adalah dagangan ibu yang paling kusukai.

Awalnya aku tidak begitu selera dengan jajanan ini. Selain penampilannya yang kurang menarik, rasa dari apem biasanya cenderung membuat bosan alias eneg. Namun, tidak untuk apem buatan ibuku ini, apem buatan ibuku rasanya lebih gurih dan manis. Terlihat gemuk, dan ketika digigit teksturnya lembut dan empuk. Ibu memberi tips rahasianya hanya untukku.

"Biar enak, tambahi tapainya, Nduk. Tape itu memang mahal, tapi kalau enak, orang yang awale nggak suka jadi nggak mau berpaling, toh?"

Laba untuk berjualan apem ini lumayan, kok. Kurang lebih berkisar antara seratus rupiah perbijinya. Sekilas memang terlihat sedikit jika nantinya dihitung sama kantong plastik. Namun, apa salahnya berdagang sambil bersedekah? Hasil dari berdagang jajanan itu insya Allah mampu menutupi kebutuhan sehari-hari kami.

Aku menaruh sepedaku tepat dibawah pohon jambu. Kemudian, aku mulai memasuki rumah dan berlanjut menuju dapur.

"Assalamualaikum, ," ucapku dengan senyuman.

"Waalaikumussalam ...," jawab ibuku.

Benar, bukan? Ibu sekarang tengah mengaduk adonan apem. Hum ... baunya wangi.

Apem adalah kue sederhana yang melekat erat dengan tradisi kuliner di Jawa. Kue berbahan tepung beras dan tapai ini kerap menjadi bagian dari makanan wajib saat perayaan. Entah itu kelahiran bayi, atau acara lainnya seperti suguhan untuk tamu pengantin. Tidak jarang ibuku sering menerima pesanan dari orang yang tengah menyiapkan acara.

Cara membuat kue apem kukus ini mudah, kok. Kita hanya memerlukan tepung beras dan tapai singkong dengan jumlah yang hampir sama, tetapi lebih banyak tepungnya, hehe.

Misal jika pakai tepung terigu seperempat kilogram, maka tapai singkong yang dibutuhkan minimal dua ratus gram, asalkan tidak melebihi seperempat kilogram, ya. Kemudian, kami juga memerlukan 50 gram tepung terigu, gula pasir 200 gram atau sesuai selera, 250 ml santan encer, satu setengah sendok teh fermipan, satu setengah sendok teh baking powder, pewarna makanan merah muda secukupnya, dan minyak goreng untuk oles cetakan secukupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dilema Hati Asmarani (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang