Alretha ; 03

7 1 0
                                        

Setelah urusannya dengan Nathan selesai, Retha memutuskan untuk langsung pulang. Ia harus bersiap-siap, karena kakaknya mengajaknya pergi.

"Retha!" Gadis itu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Ia dapat melihat Alfino yang duduk di atas motornya. Retha berjalan menghampiri cowok itu.

"Lo belum pulang?" tanya Retha setelah sampai dihadapan cowok itu, dan melihat pakaiannya masih sama seperti pagi tadi. "Kan tadi gue bilang jangan nungguin," Retha berucap kesal saat Alfino menganggukkan kepalanya.

Alfino terkekeh, lalu menyampirkan jaket miliknya ke bahu terbuka Retha. "Udah mulai malam, pasti dingin," ucap cowok itu sambil mengusap rambut panjang milik gadis itu.

Retha menatap jaket di pundaknya. Ia memang mengerjakan tugas dengan Nathan sampai pukul 6 sore. Dan dia tidak percaya Alfino menunggunya selama itu.

"Lo gila ya, Al," gumam Retha mengambil helm yang tersampir dan langsung memakainya. Lalu naik ke atas motor setelah Alfino menyalakan mesinnya. Namun, saat ia sudah duduk siap di atas motor, Alfino belum juga menjalankan motornya.

Retha yang sudah terbiasa meletakkan dagunya di pundak cowok itu melakukan hal yang sama saat ini. "Cepetan jalan, Alfino! Gue ditungguin sama Ko Regi!" teriak Retha tepat di samping telinga cowok itu.

Alfino mendesis kesal dan mulai menjalankan motornya. Dirinya sudah terbiasa dengan hal-hal konyol seperti ia yang menunggu gadis di belakangnya ini selesai dengan urusannya.

Motor tinggi berwarna hitam itu berhenti di depan rumah minimalis yang terlihat asri di halamannya. Retha turun dan memberikan helm yang sebelumnya ia pakai ke Alfino.

"Lo mau pergi ke mana?" tanya Alfino setelah melepas helm-nya dan melirik mobil yang terparkir di halaman.

"Makan malam sama Ko Regi, kangen banget sama dia. Jarang pulang, sekalinya pulang cuma bentar doang!" seru Retha mendengus kesal.

Terkekeh, Alfino mengacak-acak rambut hitam legam milik Retha. "Al! Berhenti gak?!" teriaknya kesal karena cowok itu bukan mengacak-acak singkat, namun membuat rambutnya berantakan.

"Retha, cepetan masuk abis itu ganti baju. Koko kamu udah nungguin kamu daritadi," seru suara dari dalam rumah.

Setelah menjawab seruan dari dalam itu, Retha menatap Alfino yang masih duduk di atas motor. "Sono lu pulang!" usirnya berjalan memasuki rumah miliknya.

"Ret," panggilan itu membuat Retha yang akan semakin memasuki rumahnya menghentikan langkahnya. Ia menoleh, menatap Alfino dengan alis terangkat. "Hari ini lo cantik banget."

Retha terkejut. Pipi putih bersihnya sedikit merona, tersipu mendengar pujian tak terduga itu. Ia cepat-cepat membalikkan badan, menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah memerah.

-Alretha-

Satu jam kemudian, di restoran langganan keluarga, suasana bising tak sanggup meredam pertengkaran kecil yang tak kunjung usai antara Retha dan Renatha.

Retha dan Renatha memang tidak pernah bisa akur. Setiap bertemu, mereka berdua akan berubah menjadi musuh bebuyutan yang tidak ingin terkalahkan. Retha, yang paling kalem dan tidak pernah terlibat pertengkaran dengan siapapun di kampusnya itu, selalu bertengkar dengan adiknya.

Renatha memang anak paling terakhir, paling manja, paling ngeselin, dan yang paling pertama mengajak ribut. Terbukti sekarang, kedua manusia itu sedang adu mulut hanya karena makanan mereka yang tertukar dan Renatha yang sudah memakan setengah porsi makanan Retha baru menyadari kalau makanan itu tertukar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 11 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story of AlrethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang