Prolog

715 71 1
                                    

Pria kecil itu memeluk tubuhnya dengan ketakutan. Hanya selimut yang menutupi tubuh polosnya. Badannya bergetar. Disisi ranjang terdapat lelaki lain yang telah terlelap. Kamarnya sungguh berantakan, ia mengambil ponsel dibawah kasurnya. Terdapat retakan dilayar nya tapi masih bisa digunakan.

Ia menekan angka satu, dan panggilan itu tersambung.

[Yeoboseyo] terdengar suara di balik telepon itu. Taeyong hanya menangis, yang tentu di dengar oleh orang dibalik telepon.

[Yongie halo yongie ada apa]

"Jaehyun hiks jemput aku hiks aku takut hiks di-dia ada disini"

[Kau dimana? Aku akan kesana sekarang]

"Apartemenku"

[Tunggu, 5 menit lagi aku akan datang. Jangan kau putus panggilannya. Tunggu sebentar lagi] Taeyong tak menjawab ia mengangguk dan memeluk kakinya. Menangis sesenggukan, dia benar-benar takut saat ini.

Tidak sampai 5 menit, Jaehyun datang ke apartemennya. Ia menghela nafas, saat mengetahui Taeyong terduduk di ujung kamar dengan menghela nafas. Jaehyun mengisyaratkan untuk diam dan Taeyong mengangguk mengerti. Badan ringan Taeyong di gendongnya, dengan selimut dan jaket tebal Jaehyun yang menutupi tubuhnya, ia seperi bayi koala. Sampai pada akhirnya ia memasuki mobil dan pergi dari kompleks apartemen itu.

Terdapat perasaan kesal dan marah pada diri Jaehyun, tapi ia handal untuk mengendalikannya. Tangan kanannya di genggam erat Taeyong di kursi penumpang.

"Tak apa, aku ada disini. Jangan takut" ucap Jaehyun menenangkan.

Setelah 5 menit, mereka sampai di apartemen Jaehyun. Tentu Taeyong di gendong Jaehyun.

"Apa jalan akan susah untukmu?"

"Sakit sekali hiks"

"Ya, aku mengerti. Apa kau mengizinkan aku untuk membantumu mandi?"

Taeyong mengangguk. Dan ia menempatkan Taeyong di bath up. Wajah Taeyong yang selalu ceria terlihat menyedihkan dan sembab sekali.

"Jika kau keberatan, aku akan meninggalkanmu untuk mandi sendiri"

"Tidak, tetap disini"

Terlihat jelas memar di badannya, lengan dan rahangnya membiru. Beberapa bercak merah menghiasi tubuh putihnya. Jaehyun yang melihatnya merasa sangat marah dan ingin membunuh keparat itu. Tapi dia hanya hanya pria berusia 21 tahun yang belum memiliki power apa-apa. Keheningan terus mengisi celah celah di ruangan itu. Taeyong yang membersihkan diri dan Jaehyun membantunya sesekali.

Setelah Taeyong mandi, ia menggunakan baju Jaehyun. Ia terduduk di ranjang besar Jaehyun. Menatap Jaehyun jang juga terduduk disampingnya.

"Jae-"

"Maafkan aku, aku tak bisa melindungimu"

"Itu bukan salahmu"

"Aku benar-benar ingin membunuhnya"

"Jaehyun, aku tak apa"

"Setelah apa yang dia lakukan padamu? Memukulmu. Menyiksamu, bahkan saat ini memperkosamu. Kau bilang tidak apa-apa?" Jaehyun yang emosi berucap dengan nada yang agak tinggi. Membuat Taeyong tersentak dan sontak menetaskan air mata.

"Maaf, maaf Taeyong aku tak bermaksud membentakmu" Taeyong mengangguk dan Jaehyun memeluknya.

"Maafkan aku"

Dan pagi itu, Taeyong tertidur di pelukan Jaehyun. Jaehyun yang tentu tidak bisa tidur. Hanya menatap kosong ke depan, hingga cahaya dari luar memenuhi ruangan itu.

[On Going] a Baby - Jaeyong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang