Di laboratorium komputer sekolah. Pak Yayan masih dengan lugasnya menyampaikan materi. Aku duduk paling belakang. Terpaksa memakai komputer yang ada. Aku datang sedikit lebih lambat dari teman-temanku.
"Dari mana, lo, Nan?" tanya Esti.
"Biasa, kebelet." Jawabku.
Segera kucari aplikasi yang sedang dibahas oleh salah satu guru favoritku itu. Pembawaannya yang santai, mudah dimengerti, dan murah senyum adalah alasan kuat betapa aku memilih beliau sebagai guru favorit. Masih versiku tentunya, bukan versi sekolah, apalagi pemerintahan daerah.
O, ya, maaf, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Kinanti. Panggil saja aku Kinan, Nan, atau Ki, begitu teman-temanku memanggil. Saat ini aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Aku mengambil jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Selain karena hobiku berlama-lama di depan komputer, jurusan ini adalah satu-satunya jurusan yang memungkinkan seorang wanita untuk bisa masuk.
Pak Yayan sedang menerangkan langkah-langkah membuat aplikasi. Mudah-mudah rumit menurutku. Namun dengan penyampaian padat dan jelas, sedikit banyak materi pembuatan aplikasi ini dapat aku cerna dengan baik. Aku menikmati sekali jam pelajaran ini.
Hingga tak terasa, jam pelajaran terpotong waktu istirahat. Teman-temanku yang mayoritas adalah kaum pria, bergegas meninggalkan ruangan. Ruangan laboratorium ini terletak di ujung lorong gedung sekolah. Sehingga gema langkah dari para siswa yang keluar dapat terdengar lebih riuh.
"Nan, ayo ke kantin!" seru Esti.
"Entar aja, gue masih betah di sini." Ucapku.
Aku ditinggal sendirian. Lampu ruangan dibiarkan menyala. Karena sehabis istirahat, kelas bersama Pak Yayan akan dilanjutkan. Dari pembahasan materi yang dibawakan Pak Yayan, membuatku terpaku berlama-lama di ruangan ini. Kalau bisa, aku ingin mendalami ilmu pembuatan aplikasi. Sepertinya itu akan seru.
Terus kuselami dan kupraktekan berulang-ulang pembahasan yang baru saja disampaikan. Seru sekali. Aku sangat menikmatinya.
Di sela aku mempelajari materi tadi, aku sedikit dikejutkan dengan suara derit pintu ruangan ini. Gemanya memantul menusuk dalam telingaku. Kuperiksa keadaannya, pintu berlapis tralis besi berwarna hijau itu memang bergetar. Agak menutup. Sepertinya memang ada siswa yang masuk ruangan ini. Tapi mengapa langkahnya tak terdengar? Apa aku terlalu fokus?
Aku beranjak. Mataku memeriksa setiap sudut ruangan. Tak ada tanda-tanda kehidupan, aku bergumam. Jelas kulihat pintu itu bergetar. Bahkan kunci yang menempel pun masih bergoyang sedikit kencang. Aku berkeliling. Melangkah perlahan memerika setiap celah. Tak ada siapa-siapa.
"Siapa yang masuk ya?" aku berbicara pada diriku sendiri.
Terlintas di pikiranku... angin... oh, iya, angin. Mungkin saja itu angin. Tapi, angin apa yang bisa menggeserkan pintu bertralis itu? kami para siswa kelas ini pun butuh tenaga lebih untuk membuka dan menutup pintu berlapis itu.
Ah, bodo amat. Masih banyak hal yang lebih penting dibanding menerka hal yang belum tentu. Aku kembali menghampiri meja komputerku. Duduk manis dan melanjutkan eksplorasiku.
"Coba buka folder yang di-hide!!" sebuah suara membisiki telinga kananku. Lalu suara itu menuntunku menemukan folder yang dimaksud.
"Ketemu....lho?" aku mencoba mencari orang yang membisikiku tadi. Tak ada siapapun di sampingku. Di dalam ruangan hanya ada aku seorang. Semula kukira, suara itu bersumber dari orang yang masuk membukakan pintu tadi. Namun kembali, aku tak begitu memperdulikannya. Aku menatap kembali layar komputer.
![](https://img.wattpad.com/cover/250772179-288-k9731.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMI ADA: BERDAMPINGAN
HorrorDi sini adalah tempat terkumpulnya cerita nyata dari para narasumber. Siap dengan kemistisannya?