Cikuray 17-18 Oktober 2020.
Sosok itu berjalan menjauh sambil memeluk dirinya sendiri menggigil kedinginan lalu menghilang di antara gelapnya malam. Sedikit saja kesalahan, sukmanya perlahan hilang sampai ia benar-benar meninggal.
Masih ingat tentang wanita sang pecinta alam yang hilang Desember 2009 lalu di Gunung Cikuray? menurut penuturan dari berita, wanita itu hilang setelah ditinggalkan oleh seorang temannya untuk ikut mencari air menyusul temannya yang lain. Ada dugaan kalau dia terjatuh ke jurang. Akan tetapi sampai saat ini, jasadnya sama sekali tidak pernah ditemukan. Ada dugaan lain juga kalau wanita itu berpindah alam dibawa oleh lelembut Gunung Cikuray. Semua upaya yang telah dilakukan keluarganya. Tapi itu semua sia-sia. Tidak ada yang tahu keberadaannya kini dan hanya doa yang mampu mengeringi kehilangannya.
Seperti kesaksian seorang wanita bernama Istianah (Iis) yang tanggal 17 Oktober 2020 lalu mendaki Gunung Cikuray bersama temannya yang bernama Agus. Berawal dari rasa penasarannya, Iis mempunyai tekad kuat untuk menginjakkan kaki di atas puncak Gunung Cikuray. Menikmati pesona alamnya dan melepaskan sejenak semua kepenatan yang ia tanggung.
Iis tinggal di kota Subang. Bersama temannya Agus, perjalanan dari Subang ia lakukan pada pukul 04.30 pagi. 5 jam waktu yang dibutuhkan oleh mereka untuk sampai di pos pendaftaran Kiara Janggot, salah satu jalur pendakian Gunung Cikuray selain jalur Pemancar dan Bayongbong. Awalnya semua terasa asyik karena Agus adalah seorang yang humoris sehingga pendakian waktu itu tidak terasa garing. Ya, awalnya tidak garing karena banyak cerita humor. Namun pada akhirnya semua itu berbalik menjadi banyak cerita horor.
Setelah mengurus Administrasi pendakian, Iis dan Agus memulai pendakian sekitar Pukul 10.20. Mereka berjalan. Menempuh asa yang mereka selipkan di antara cucuran keringat dan beratnya carrier. Tujuannya hanya satu. Menikmati pesona Sang Pencipta dari balik ciptaan-Nya yang bernama Gunung. Bukan untuk ditaklukkan. Akan tetapi untuk bersahabat dengannya yang akhir-akhir ini menjadi tempat favorit untuk dijadikan destinasi berlibur.
"Is, di gunung kan banyak mistisnya, kaya gimana ya ketemu hantu di gunung?". Celetuk Agus.
"Hush, kebiasaan lo ya. Jaga omongan lo Gus. Gunung ini gak maen-maen". Ujar Iis mengingatkan.
Selain humoris, Agus juga dikenal dengan mulutnya yang suka asal ceplos. Dia sering tidak tahu kondisi dimana dia berada. Celetukan itu selalu muncul. Bahkan di Gunung sekalipun.
Jarak Pos pendaftaran menuju Pos 1 berjarak lumayan jauh. Mereka harus melewati perkebunan warga yang terdapat di kaki gunung terlebih dahulu. Iis meminta Agus untuk berjalan di depannya. Dalam pendakian itu Agus mengaku tidak pernah berjalan kaki ke gunung sejauh dan setinggi itu.
"btw, Gue sebenernya belum pernah jalan kaki sejauh ini loh Is", Ucap Agus.
"Yaa bagus. Ini bisa jadi pengalaman lo juga kan? Lagian lo laki harusnya lo kuat dong. Jangan kalah sama gue yang cewek". Timpal Iis menanggapi perkataan Agus.
"Ya harus lah. Secara cowok itu lebih strong gitu hehe". Tawa kecil Agus menemani langkah demi langkah.
"Ehh.. ehh bentar bentar". Iis memberhentikan langkahnya.
Ia merasa beban carriernya berat sebelah sehingga ia memutuskan untuk berhenti dan membetulkan posisi barang bawaan yang ada dalam carriernya itu. Agus tidak menunggu Iis. Ia tetap melanjutkan langkahnya semakin menjauhi Iis sambil terus fokus memotret suasana yang berada di kaki Gunung. Jarak antara Iis dan Agus ketika itu sekitar 3 sampai 4 meter.
Ketika Iis kembali beranjak dan berniat akan melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba, ia tidak melihat Agus di depannya. Padahal secara logika, jarak 3 sampai 4 meter dengan kondisi cuaca normal tanpa kabut sudah pasti akan terlihat dengan jelas. Akan tetapi ketika itu Agus tetap tak terlihat sehingga Iis harus meneriaki namanya beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMI ADA: BERDAMPINGAN
HorrorDi sini adalah tempat terkumpulnya cerita nyata dari para narasumber. Siap dengan kemistisannya?