chapter 8 : kembar kembar nakal

510 103 3
                                    

Rylie berdiri di samping ranjang rumah sakit yang di tempati Rylan kemudian cubit tangan yang bebas dari jarum impus. Rylan mengaduh, Rylie pelototi sodara kembarnya juga tarik nafas untuk memulai sesi mengomelnya.

"Kapan sih lo mulai nata hidup? " tanyanya sarkas.

"Bisa enggak sekali aja enggak bikin sodaranya jantungan? "

"Lo kalau mau mati ya mati aja, jangan sekarat kaya kemarin gue jadi tanggung nangisnya. "

Rylan meringis, belum berani sahuti ucapan kakak beda lima menitnya itu. Karena kalau menjawab, penganiayaannya pasti akan bertambah parah. Rylan sebenarnya sudah sadar dari empat hari yang lalu, tapi Rylie yang punya urusan mendesak harus rela tinggalkan dan lima hari kemarin pantau keadaannya Rylan lewat suster. Jadi mereka baru bertemu pagi ini, dengan keadaan Rylan yang cukup baik sedang Rylie dengan kantung mata hitam tanda tidak dapat tidur dengan benar.

Rylie diam buat Rylan cukup merasa bersalah. "Udah dong Ryl, gue kan sekarang gapapa. Ya lagian elo, darahnya cuman dari tangan yang ke tusuk kaca sepion pake panik. Gue Gapapa, kata dokter kalau kondisinya gini terus besok juga bisa pulang," jelasnya.

"Besok pulang, besok pulang. Gapapa itu tidur di rumah, bukan di rumah sakit penuh perban sana sini," cibir Rylie.

"Ya tapi kan kata dokter kondisi gue stabil, ini pake perban cuman dua. Jangan hyperbola bilang di sana sini," sahut Rylan.

"Fisik stabil, otak lo udah lama gonjang ganjing," hina Rylie.

"Heh, kita kembar ya, pinternya juga hampir sama. Jangan maen sepelein."

"Beda, selama hidup lo jarang banget pake otak kalau gue tiap hari," hardik Rylie.

"Kalau gue enggak pake otak tiap hari, gue enggak akan.... " Rylan tak berhasil selesaikan kalimatnya.

"Berisik, mending lo diem sebelum gue gampar," peringat Rylie setelah itu dia pilih duduk di sofa, memberi jarak dengan ranjang Rylan karena takut tak sengaja menampar muka menyebalkan sodaranya itu.

Rylan diam, sebab paham akan suasana. Orang seperti Rylie punya cara beda untuk lampiaskan sedih, kecewa ataupun leganya. Jika bukan Rylie, Rylan pasti marah. Apa-apaan sedang sakit malah dimaki dan di pukuli. Sebab Rylie, Rylan bisa lihat dibalik mulut mengomel ada sorot sendu penuh kecewa. Dibalik pukulan yang nyatanya hanya sebuah tepukan pelan hanya ada gengsi Karena Rylie tak bisa peluk. Sekarangpun Rylie yang duduk di ujung sofa pasti sedang  memenangkan diri, nafasnya terlihat tidak beraturan. Buat Rylan merasa bersalah dan ingin tenangkan. Tapi keduanya adalah kembar super identik, Rylan juga tak berani rentangkan tangan untuk jadi yang pertama peluk karena memang walaupun adik kakak, mereka enggak sedekat sodara kebanyakan.

"Bayar rumah sakitnya gimana?" tanya Rylan memecah hening.

"Udah gue gadein mobil lo,"jawab Rylie enteng.

Rylan tentu saja syok, wajahnya memelas "Li, motor gue rusak masa mobil juga enggak ada."

"Enggak ada, biar lo diem aja anteng di rumah," jawab Rylie.

Rylan menggeleng tak setuju, "Dih enggak ya."

"Lo bisa pake mobil gue,"

"Enggak bisa dipake balapan," ceplos Rylan yang setelahnya pukul mulutnya sendiri karena asal bicara. Rylie yang belum duduk sudah kembali bangkit dan hampiri pemuda itu dengan tangan terulur ke depan.

"Apa lo bilang barusan ? Udah masuk rumah sakit gini masih kepikiran buat balapan? "

"Balapan mobil kan Li," lirih Rylan.

"Apa bedanya balapan apapun enggak aman. Lo bisa mati. "

"Ada balapan aman, makan kerupuk,"

Rylie yang berdiri sudah melotot dan cubiti kaki Rylan, "otak lo memang perlu diberesin, "

"Ampun Ly. "

"Apa ? Gini doang sakit? Gimana Lo mau nantang maut kalau gini doang ngeluh hah? "

Rylan terbatuk, "Iya enggak balapan enggak maaf. "

"Gue enggak yakin sama sumpah lo. "

"Serius, gue enggak balapan lagi. "

Rylie mundur, tapi Rylan belum selesai bicara, "hari ini enggak, enggak tau kalau besok. "

"Beneran cari mati lo. "

Kali ini Rylie benar-benar mencubiti Rylan dengan brutal, tak berhenti meskipun sodara kembarnya itu sampai terbatuk dan merengek minta ampun. Baru ulurkan tangan ingin mencekik main-main, seseorang tiba-tiba melesat datang dan tarik Rylie agar menjauh.

"Lo emang gila, " ucap Rylan dengan napas memburu.

"Dari pada mati karena balapan mending gue matiin duluan. "

"psyco, "

"Iya, kenapa masih berani?"

Rylie sudah mau maju tapi pria tadi lebih dulu menariknya,"eh eh udah." tahannya.

Hening sebentar, baik Rylan ataupun Rylie sibuk mengatur nafas. Rylie masih melotot seolah kibarkan bendera peperangan, sedangkan Rylan yang tadi menjawab setiap amukan Rylie dengan tengil sekarang tunjukkan wajah so tersakiti. Rylie mendecih, "lepasin gue Gas," pintanya datar. Arjie Baskara atau biasa dipanggil Bagas sebagai teman lama Rylan juga teman baru Rylie memilih perhatikan suasana lebih dulu,"emang aman? " tanyanya.

"Enggak, pegangin dulu aja," balas Rylan cepat.

"Beneran gue jual ya mobil lo," ancam Rylie.

"Jangan elah Kak, uang rumah sakit mah ada. Taruhan kemarin kan gue menang."

"Lo balapan kemaren taruhan duit? " bentak Rylie semakin tersulut.

"Hooh, lumayan 100 juta," jawab Rylan diakhiri cengiran.

"Lo minta dia duit segitu, terus dia minta apa? Pasti lebih gede dari itu," tebak Rylie.

Rylan mengangguk, "enggak susah si, dia minta deket sama elo."

Dengar itu emosi Rylie rasanya sudah di puncaknya. Tak butuh waktu lama dia kembali hampiri Rylan, pegangan Bagas di bahunya dengan mudah dia lepas, "emang bener-bener ya lo," ucapnya dengan tangan terulur.

"Si Galen cuman minta di ketemuin, lagian lo juga jomblo dari lahir apa enggak mau cinta-cintaan?" bela Rylan yang mundur karena tangan Rylie sudah dekat dengan lehernya.

"Lo selama ini bebas ngelakuin apapun tapi enggak bisa untuk enggak bawa-bawa gue?"

"Orang dia maunya Elo, masa gue tawarin diri sendiri? "

"Bilang sama gue kalo elo enggak akan pernah balapan lagi!" ucap Rylie.

"Astagfirullah Li, kelakuan lo barbar banget itu anaknya lagi sakit tambah parah entar," heboh Bagas.

"Emang manusia kaya dia harus dikasih pelajaran,"

"Pelajaran PPKN aja jangan bela diri gini, ini kalau di terusin sodara lo bisa mati," heboh Bagas.

Bagas tak heran kenapa tenaganya yang besar tak bisa tarik Rylie dengan mudah, karena perempuan yang hari ini mirip maung itu juga jago bela diri.

"Lo bisa enggak buat jauhin orang-orang kaya gitu. Mereka bisa celakain lo tanpa dosa. "

"Lo juga ini hampir bikin gue mati."

Bagas jadi bingung dengan pasangan adik kakak tersebut, Rylie dengan marahnya karena dijadikan bahan taruhan dan Rylan ditengah napas yang terengahnya masih berani menjawab. Tapi yang pasti, cekikang di leher itu tidak benar-benar pakai tenaga, Rylie terkesan hanya menyimpan tangannya main-main. Jadi Bagas pilih diam menonton.

Sampai suara benda yang jatuh ke lantai mampu alihkan atensi ketiganya. Hamka yang baru membuka pintu kaget dengan suasana didepannya.

"Kalian ngapain? "

Tbc

HAMKA , Hyunsuk x YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang