❄6❄ (flashback)

23 10 1
                                    

Happy reading! ⛄


From: Devan
Ok. Besok aku jemput ya. Good night

To: Devan
Good night

Begitulah percakapan mereka lewat whatsapp berakhir. Nada tersenyum dan menyimpan kembali ponselnya.

Hari-hari berlalu seperti biasa setelah terakhir kali Devan mengajaknya ke pameran Om Vito. Yang membuat sedikit tak biasa adalah keberadaan Devan. Chat atau panggilan suara selalu datang di jam sebelum Nada tidur. Setiap hari.

Besok, untuk pertama kalinya Devan akan menjemputnya dan berangkat ke sekolah bersama. Entah kenapa Nada sedikit gelisah sekaligus, senang.

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam dan pandangannya mengarah pada kanvas berukuran besar di kamarnya beserta cat dan alat lukis yang masih berantakan. Nada sampai lupa untuk membereskan. Mungkin ia akan melanjutkan melukis di lain hari.

Ceklek

Saat ia sedang mencuci kuas, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Ternyata mamanya. "Nada, kamu masih lanjut ngelukis? Udah malem loh ini. Besok masih ada waktu. Kalau kecapean gimana?"

Nada tersenyum dan menerima segelas susu almond dari Sera. Walaupun ia sedikit heran tiba-tiba mamanya membawakannya langsung ke kamar. " Udah selesai Ma."

"Kalau gitu habisin susunya terus kamu tidur," ucap Sera melembut. Dengan senang hati Nada segera meminumnya dan menyerahkan gelas kosong pada Sera.

Nada terlihat heran saat sang mama terus menatapnya lekat. "Ma? Ada apa?"

Sera tersenyum haru sembari menahan matanya agar tidak berkaca-kaca. "Kamu jauh lebih baik sekarang. Mama seneng liat kamu kelihatan bahagia. Nada cantik kalau sering senyum." Sera pun merengkuh putrinya hangat. Sepertinya keputusan memasukkan Nada ke sekolah umum adalah pilihan tepat. Sosok Nada yang pemurung lama-kelamaan memudar. Nada menemukan kebahagiaannya di sana.

🌨🌨🌨

Devan tampak sedang memanaskan mobilnya. Ia memutar spion di atasnya untuk merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah semua siap, ia pun melajukan mobilnya keluar menuju gerbang utama.

Moodnya baik pagi ini. Dan hanya memakan waktu sepuluh menit untuk tiba di rumah Nada. Devan yang menawarkan. Karena ia tahu jika mobil Nara sedang berada di bengkel.

Tapi, Devan mengernyit saat melihat motor yang ia kenali terparkir di halaman rumah sebelum mobilnya. Sepertinya, satu sekolah pun tahu siapa pemiliknya. Dengan wajah datar, ia keluar dari mobil lalu menutup pintu dengan sedikit keras.

Entah kebetulan atau apa, tepat pada saat itu Nara keluar rumah diikuti Rendy di belakangnya. Keduanya terlihat kaget. Tetapi tatapan Rendy berubah menjadi tajam. "Oh, lo di sini, pengecut?" sinis Rendy membuat Devan terpancing.

Nara memandang keduanya dengan was-was. "Bukan urusan lo," tekan Devan berusaha mengontrol emosinya karena ini masih pagi. Ia tak mau mengotori tangannya untuk membuat orang songong di depannya ini babak belur. Tak jarang Devan terlibat perkelahian. Dan itu hanya dengan Rendy si tukang pencari masalah.

Devan benci jika harga dirinya dijatuhkan. Walaupun ia tak pernah mendapat memar sekalipun ketika melawan Rendy, tapi Rendy masih saja merasa menang darinya karena telah mendapatkan hati Nara. Rendy tau apa yang tak bisa Devan miliki sudah menjadi miliknya.

See You In TokyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang