❄-1❄

7 4 0
                                    

Happy reading.. ⛄⛄

#flashback
Tokyo, Japan. 22 Oktober /musim gugur

Rintik-rintik hujan dipantulkan lampu-lampu jalanan. Udara dingin serta percikan air di teras minimarket membuat Nada memundurkan langkah. Ia baru saja selesai kelas dan mampir ke minimarket dekat universitas untuk membeli bahan makanan.

"Nada."

"Lukas, kamu hujan-hujanan?"

Seorang pemuda berlari menerobos hujan untuk menghampirinya.

"Untung belum jauh. Ini, bukumu tertinggal di kelas."

Nada menerima buku bersampul hitam dari Lukas. Benar ini bukunya. Nada bernapas lega.

"Makasih. Tapi kamu kehujanan."

Lukas menyibak rambutnya yang basah.

"Gak papa. Kamu mau pulang sekarang?"

"Iya. Mau bareng? Aku bawa payung."

"Ayo boleh."

Keduanya menerobos hujan di bawah satu payung. Lukas memegang gagang payung dan tangan kanannya merangkul pundak Nada agar tak kehujanan.

Lukas adalah teman pertama Nada saat berkuliah di Jepang. Nada beruntung karena ada Joe dan Lukas yang bisa diandalkan.

Tak berselang lama, Nada sampai di rumahnya. "Kamu mau ke dalam dulu minum air hangat?" tawar Nada.

"Gak dulu. Aku langsung pulang aja keburu dingin. Kamu langsung istirahat ya."

"Iya kamu juga. Mandi pake air hangat sama minum yang hangat-hangat. Jangan sampai sakit."

Entah kenapa Lukas tersenyum sangat lebar. "Iya Nada. Goodnight."

"Goodnight. Hati-hati di jalan."

Setelah kepergian Lukas, nada masuk ke dalam rumah. Dan di dapurnya, ada seorang pemuda tampan yang duduk di meja makan sembari menikmati mie kuah instan.

"Hi Joe," sapa Nada.

Joe menoleh dan tersenyum lebar. Ia mengangkat sedikit mangkuk mie yang memgepulkan asap. "Oy Nad. Where's Luke?"

"Get home." Nada melepas sepatunya dan memakai sendal rumah. "What are you doing?" tanya Nada menghampiri Joe.

"Lagi kangen makan mie kuah pas hujan-hujan begini," jawabnya. "Kamu mau?"

Nada mengangguk. Joe pun bangkit berdiri untuk membuatkan mie satu lagi.

"Kenapa? Berantem lagi sama Om?"

"Seperti biasa."

Nada menghela napas lelah. Kebiasaan Joe memang seperti ini. Rumahnya selalu dijadikan pelarian. Eh sebenarnya rumah ini milik Ayah Joe juga sih. Jadi untuk apa Joe kabur ke rumah ayahnya sendiri.

"Aku tidur di sini ya satu malam."

Benar saja tebakan Nada. "You know. I don't have another room."

"As always. Aku bisa tidur di mana aja. Ruang tengah atau di kamar mandi pun bisa."

"Well, it's up to you."

Nada berjalan memasuki kamar untuk membersihkan diri setelah seharian beraktivitas dengan jadwal yang padat. Sangat melelahkan. Hal yang jangan sampai Joe tahu adalah bahwa ia mimisan lagi hari ini. Bisa-bisa pemuda itu bereaksi over dengan membawanya ke rumah sakit.

Setelah tubuhnya sedikit segar, Nada keluar saat Joe memanggilnya untuk makan. Semangkuk mie kuah yang mengepulkan asap membuat perut Nada terasa lapar.

"Ayo duduk." Joe menuangkan teh hangat untuk Nada.

"Aku udah makan tadi, tapi laper lagi."

Joe tertawa pelan. "No problem. Makan lagi yang banyak." Tangan hangat Joe tiba-tiba menggenggam tangannya. "You're so cold."

"Bukan masalah," ucap Nada dan tangannya terlepas saat ia akan mengambil cangkir teh. "Joe, do you have a girlfriend?"

Joe menaikkan sebelah alisnya dengan pertanyaan Nada yang tiba-tiba. "Yes, I have. Kenapa?"

"Who? Kamu belum pernah ngenalin ke aku."

Tawa pelan Joe  terdengar lagi. "Dia pemalu. Juga lagi sibuk banget mendekati kelulusan."

Nada mengangguk paham lalu menatap Joe dengan penuh selidik. "Jangan-jangan dia juga..."

Dengan cepat Joe menggeleng. "No. Dia ngerti setelah aku jelasin. She can't wait to meet you."

Setelahnya, Nada bernapas lega. Ia penasaran dengan pacar Jonathan sekarang. Tidak yang seperti dulu-dulu, sepertinya kali ini sepupunya bertemu orang yang tepat.

Alasan Joe selalu putus degan mantan-mantan pacarnya, kebanyakan karena Nada. Mereka cemburu pada Nada yang Joe perlakukan dengan sangat baik melebihi pacar. Padahal mereka tau jika Nada adalah sepupu Joe.

"Kamu bulan depan ke Indonesia?" Joe bertanya membuat Nada tersedak. Pemuda itu buru-buru mengulurkan air minum. Joe tertawa tak mengira Nada sekaget itu.

Nada menatap Joe. "Iya. Sama kamu."

Joe menggeleng dengan senyuman lembut. "Sorry, I can't. Aku janji bakal nyusul. Kamu bisa kan kesana sendiri?"

Raut wajah Nada berubah muram. Matanya berkaca-kaca. "No."

Joe menghembuskan napas panjang. Berpindah duduk di samping Nada.

"Nada, please. Kamu bisa, percaya sama aku."

"No. I just, I can't."

"Apa yang kamu takuti? Nevan? You shouldn't met him. Kamu kesana untuk pertunangan Nara, ketemu Mama kamu."

Joe menatap Nada dengan sorot penuh keyakinan. Namun Nada sebaliknya.

"Aku gak bisa."

Joe mengusap kedua pipi Nada yang basah karena air mata.

"Bisa. Tanggal 23 Desember, libur Natal. Aku antar kamu ke bandara. Aku juga udah hubungin Bang Al. Kamu aman, Nada."

To be continued

7 Oktober 2022

See You In TokyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang