Setelah selesai berurusan dengan virus Monokuma, angkatan kami kembali memainkan game virtual di pulau tropis impian, Jabberwock Island. Hanya diriku seorang yang mengingat kenyataan bahwa kami semua sebenarnya berada di dalam dunia permainan. Aku bekerja sama dengan Future Foundation untuk menyembunyikan kebenaran tersebut, maksud dari permainan ini tidaklah buruk, sebaliknya ini harus dilakukan demi kebaikan kita semua.
Aku, Nanami, dan Usami adalah tiga karakter yang mengetahui alasan sebenarnya kita semua harus memainkan permainan kekanakan yang mengharuskan kita semua untuk mengumpulkan kepingan pertemanan.
Aku dan Nanami salah satu dari 16 murid, sedangkan Usami si robot berbentuk boneka kelinci adalah guru pengawas kita semua.
Pertama kali ku membuka mata di dalam dunia virtual ini, Komaeda lah yang pertama kali kutemui. Dan untuk kedua kalinya pun, masih sosoknya lah yang pertama kali kulihat.
Komaeda Nagito, salah satu dari 16 murid yang terpaksa tinggal dan bertahan hidup di pulau Jabberwock. Pertama kali aku mengenalnya, aku sangat yakin bahwa dia adalah teman yang baik. Namun setelah aku mengenalnya lebih baik, aku belajar bahwa pemuda bernama Komaeda Nagito bukanlah seseorang yang mudah di tebak.
Saat game ini masih di bajak oleh virus Monokuma, game virtual ini berubah total menjadi permainan yang mengharuskan mereka semua untuk membunuh satu sama lain. Mereka semua terikat peraturan yang di buat Monokuma, sekaligus di permainkan olehnya.
Pada sidang pertama, Komaeda membuka topengnya. Pada sidang tersebut dia bukanlah pembunuhan. Namun setelah itu ia tetap membawa masalah bagi teman-teman sekelasnya. Komaeda mengaku sebagai seseorang yang mencintai "harapan" apapun akan dilakukannya untuk mendapatkan "harapan" idealnya.
Komaeda mempunyai ideologi yang rumit, yang sukar kupahami. Teman-temannya yang lain pun merasa demikian. Komaeda orang baik namun jalan pikirannya lebih daripada kata "unik"
Pada ronde kedua ini, dimana game virtual kebanggaan Future Foundation menjadi kenyataan, dimana tidak ada saling membunuh ataupun mencurigai satu sama lain. Aku ingin mencoba---- Mencoba untuk memahami jalan pikiran Komaeda.
Sebagai teman aku mencemaskannya. Rasa penasaranku membuatku sedikit takut. Mungkin aneh, tapi memang fakta bahwa aku takut tidak bisa memahami Komaeda.
OXO
Ketika membuka mata, wajah seorang remaja laki-laki menutupi sinar matahari langsung yang menerpa wajahku. Pemuda itu berkulit pucat, bersurai perak dan berperawakan tinggi dan kurus.
Ia tersenyum ramah padaku dan menjelaskan situasi aneh yang dialaminya berserta 15 orang lainnya. Saat ia mempertanyakan apa talenta yang kumiliki. Persis seperti ronde sebelumnya, jawabanku masih sama--- Aku lupa talenta apa yang kumiliki namun aku adalah salah satu murid dari SMA Harapan.
Sesuai skenario, tak lama kemudian semua orang berkumpul dan Usami menampakan dirinya. Boneka kelinci berwarna merah muda itu menjelaskan bahwa mereka sedang mengikuti program liburan yang di adakan oleh sekolah SMA Harapan selama 50 hari. Dalam rentan waktu itu mereka harus bisa menjalin pertemanan dengan satu sama lain.
Mengabaikan segala keluhan dan protes para murid, Usami meneruskan penjelasannya mengenai peraturan di dalam pulau tersebut dan kegiatan apa saja yang harus mereka lakukan.
Seiring berjalannya waktu, budaya saling bertukar hadiah, saling mengajak pergi "kencan" menjadi hal paling normal.
Selain Komaeda aku harus bisa mengakrabkan diri dengan yang lainnya. Mau seberapapun aku di buat penasaran dengan pemuda tersebut, aku tak mau untuk pilih kasih di antara teman-temanku yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionPairing: Komaeda x Hinata (KomaHina) Rating : T Note: Spoiler Warning! Setting: Island Mode POV: Hinata's Synopsis: Setelah selesai berurusan dengan virus Monokuma, angkatan kami kembali memainkan game virtual di pulau tropis impian, Jabberwock...