Komaeda berlahan membuka matanya. Ia melihat langit-langit asing yang gelap. Ruangan tempatnya berada hanya di terangi oleh cahaya lampu kapsul yang di tidurinya.
Tak memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya, ia memilih untuk mencari tahu. Pemuda itu membuka pintu kapsul lalu duduk, mengeluarkan setengah badannya. Tidak hanya dia seorang yang berada di ruangan tersebut. Saat memperhatikan sekitar, ia menemukan teman-teman sekelasnya yang juga baru bangkit dari dalam kapsul.
Mereka semua saling bertukar pandang. Tak ada seorang pun yang tahu akan situasi dimana mereka berada saat ini. Dari 15 buah mesin kapsul, hanya ada satu yang belum terbuka. Orang pertama yang mendekati kapsul tersebut adalah Kazuryu. Pemuda berpakaian jas hitam itu mengintip dari kaca pelindung, wajahnya menunjukan keheranan.
"Siapa....dia?" tanyanya lalu menoleh ke arah teman-temannya yang lain. Ia tak ingat kalau ada seseorang seperti itu berada dalam satu kelas dengannya. Lelaki yang sedang tertidur pulas itu berseragam familiar, seragam yang dulunya dikenakan oleh adik perempuannya. Seragam dari kelas cadangan. Rambutnya hitam dan panjang. Namun wajahnya terlihat familiar.
Sonia yang berada paling dekat dari Kazuryu ikut mengintip ke dalam kapsul tersebut. Sepasang matanya membelalak kaget. "Eh! Hinata-kun....bukannya dia Hinata!?" serunya sambil menunjuk.
Mendengar nama itu Komaeda meloncat keluar dari dalam kapsulnya dan langsung berlari menghampiri tempat mereka berdua. "Dia...." Seperti yang baru saja di teriakan Sonia. Orang di dalam kapsul itu adalah aku-----bukan. Ia adalah Kamukura Izuru.
Sebelum Komaeda berhasil mengatakan apapun. Suara langkah kaki menggema di ruangan tersebut. Tiga orang berseragam serba hitam berdiri di hadapan mereka. Komaeda dan yang lainnya dikejutkan oleh kedatangan mereka bertiga. Tak ada satupun diantara teman-teman sekelasnya yang tak mengenal tiga orang tersebut.
Salah satu dari tiga orang tersebut, seorang pemuda bersurai coklat berdiri di antara kedua temannya. Naegi Makoto, saat ini dialah orang yang dijuluki sebagai pahlawan. Seseorang yang talentanya di beri nama sebagai Ultimate Hope.
Lalu di sebelah kanannya berdiri seorang gadis bersurai unggu lavender. Komaeda dan gadis itu tak sengaja bertemu tatap. Bola mata sewarna batu safir itu menatap Komaeda datar, setelah itu ia mengalihkan pandangannya kembali ke arah Naegi yang hendak berbicara.
Naegi menjelaskan apa saja yang terjadi pada mereka semua. Tentang game virtual sampai dengan kondisi pemuda yang masih tertidur pulas di dalam kapsulnya. Tak ada yang bertanya mengenai Nanami. Jauh sebelum mereka terjebak di dalam dunia game, gadis itu telah tiada. Terbunuh oleh kesadisan Enoshima Junko.
"Saat ini Hinata-san sedang memperjuangkan identitasnya," lanjut Naegi sambil menyentuh permukan kaca tutup pelindung kapsul. "Sebagai ganti talenta yang luar biasa ia mengorbankan identitasnya sendiri. Namun setelah semua hal yang terjadi pada dirinya dan kalian semua, ia telah berubah pikiran."
Talenta bukanlah segalanya. Menjadi orang biasa bukanlah hal yang memalukan. Pada ronde pertama permainan aku mengetahui bahwa aku--- Hinata Hajime di dalam game hanyalah salah satu personalisasi yang diciptakan dengan meniru Hinata Hajime yang sebenarnya.
Siapa Hinata Hajime yang sebenarnya?
Dia adalah Hinata yang menginginkan Izuru. Hinata yang sangat mencintai dan mengagumi harapan dan talenta. Orang kedua yang mungkin dikatakan Komaeda mirip dengannya.
Hinata Hajime yang itu sudah tak terselamatkan. Hanya diriku seorang yang masih mampu untuk memperjuangkan identitasku.
Dan itu semua berkat dorongan dari semuanya. Khususnya Nanami dan Usami, mereka berdua menyadarkanku bahwa talenta bukanlah segalanya. Karena harapan bisa di jangkau oleh semua orang, termasuk orang biasa seperti diriku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionPairing: Komaeda x Hinata (KomaHina) Rating : T Note: Spoiler Warning! Setting: Island Mode POV: Hinata's Synopsis: Setelah selesai berurusan dengan virus Monokuma, angkatan kami kembali memainkan game virtual di pulau tropis impian, Jabberwock...