Redemption • 1

24 2 1
                                        

✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨✨✨✨✨✨✨


Gedung dengan tinggi lima lantai itu dihiasi spanduk ucapan selamat datang untuk penduduk di dalamnya setelah menghabiskan libur panjang.  Ribuan pasang kaki memasuki area gedung tersebut. Berbagai raut wajah terlihat di sana. Gembira, tertawa, juga wajah lusuh karena tak rela kembali ke tempat tersebut. Satpam yang berjaga di sana ramah menyambut semua orang yang datang. Tak henti menampilkan senyum serta membungkukkan badan saat orang-orang penting melewatinya.

Seorang gadis dengan rambut panjang terurai menatap ke atas, tepat pada lantai terakhir gedung sekolah yang bahkan lebih pantas disebut sebuah hotel karena kemewahannya.

Tak juga beranjak dari tempatnya, pandangannya terpaku pada sekolah barunya itu. Sesekali bahunya tak sengaja ditabrak oleh siswa yang begitu antusias untuk memasuki gedung tersebut.

“Neng, nggak mau masuk? Bel sebentar lagi.”

Gadis itu tersentak. Pandangannya teralih pada satpam yang menegurnya. Dia tersenyum kecil, membalas ucapan pak satpam yang sedetik kemudian kembali ke tepatnya bertugas, di depan pagar.

Pandangannya kembali sibuk berkeliling. Sebentar lagi bel, dan masih ada beberapa siswa yang terlihat berjalan santai. Merasa tak perlu mempedulikan sekitar, gadis itu mulai melangkah masuk ke halaman sekolah.

Memasuki area sekolah, deretan motor maupun mobil mahal tertata rapi di parkiran. Berbagai jenis tanaman berdiri kokoh mengelilingi sekitar parkiran dan pinggir lapangan.

Sungguh pantas jika sekolah ini mendapat predikat sekolah terbaik se-Indonesia. Bukan hanya dari penampilan luarnya, metode belajar dan prestasi guru maupun siswanya turut menjadi penunjang sekolah ini hingga menjadi salah satu sekolah internasional.
 
Alviona Dhina Zahra, nama yang tertulis pada seragam gadis yang sedari tadi berdecak kagum melihat penampakan sekolah barunya. Kepalanya tak juga pusing meski sedari tadi telah memutar dirinya untuk melihat sekeliling. Pandangannya tak berkedip, seakan jika berkedip sekali saja semua yang ada di hadapannya akan langsung berubah.

“Siswa baru?”

Vio memutar badan sembilan puluh derajat, memandang siswi dengan seragam yang sama dengannya. Sebelah alisnya terangkat, tangannya lalu menunjuk dirinya sendiri guna memastikan bahwa dirinya yang gadis itu maksud.

“Iya. Lo Alviona, ‘kan?” tanya gadis itu sekali lagi.

“Iya. Gue Vio,” jawab Alviona dengan menyebut dirinya Vio sebagai nama panggilan.

“Kepala sekolah udah nunggu lo,” terang gadis bernama Clara itu, terlihat dari name tag yang tertera di seragamnya.

Vio mengangguk, mengikuti langkah Clara yang menuntunnya menuju ruang kepala sekolah.

RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang