2. Musuh Rese

0 0 0
                                    

Happy reading
Jangan lupa tinggalkan jejak!

.
.
.
.
.
.
.

Upacara telah berakhir beberapa menit yang lalu. Beruntung masa hukuman Faya dkk tidak diperpanjang. Namun,kelakuan keras kepalanya yang sudah mendarah daging membuat mereka santai-santai di kantin sementara siswa lain telah masuk kelas menunggu guru mengajar datang.

Hanya ada Faya,Tere,dan Mino di kantin. Mereka menikmati es teh manis dengan santai tanpa merasa takut sedikitpun kalau saja ada guru pengawas yang sedang berpatroli.

"Pak Kumis kayaknya sayang banget sama kita,sehari aja gak ngehukum kita udah gelisah gak karuan." Kata Mino sembari terkekeh membayangkan wajah Pak Lukman ketika marah.

"Tapi kadang rese juga sih. Mana panas banget lagi." Keluh Tere mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan.

"Inget gak pas kita kerjain Pak Kumis? Gila ya itu ngakak banget." Mino kembali mengingatkan kelakuan mereka dua hari lalu.

Awalnya bermula ketika mereka diminta untuk mengambil beberapa bola di gudang,karena hari itu kelas mereka olahraga. Dengan berat hati mereka mengiyakan perintah Pak Hamid selaku guru olahraga.

Namun, ditengah perjalanan mereka bertemu dengan Pak Lukman. Dan terjadilah kesalahpahaman. Pak Lukman mengira bahwa Faya dkk akan pergi membolos lagi. Dengan berkuasanya Pak Lukman menghukum mereka membersihkan toilet. Padahal Faya dkk sudah menjelaskan bahwa mereka tidak membolos tapi diminta untuk ke gudang mengambil bola. Pak Lukman yang menulikan telinganya pun tak memercayai ucapan mereka. Bahkan mengatakan pada Pak Hamid bahwa ketiga muridnya itu ingin membolos lagi.

Pak Hamid dengan mudahnya memercayai ucapan Pak Lukman. Menurutnya bisa saja Faya,Tere dan Mino memang berniat membolos dan tak jadi mengambil bola seperti yang Pak Lukman katakan. Dan berakhirlah mereka membersihkan seluruh toilet yang ada disekolah. Kegiatan itu berlangsung sampai jam pulang sekolah tiba.

Karena tuduhan tak mendasar itu, jadilah ketiganya membalas dendam dengan menyembunyikan sepatu Pak Lukman di atas atap kantin sebelah kiri dan sepatu sebelah kanan disembunyikan diruang kepala sekolah.

Pemandangan Pak Lukman yang mengambil sepatunya diatas atap kantin dengan menaiki tangga tak luput dari mata siswa-siswi yang ada di kantin. Apalagi saat itu sedang jam istirahat. Sedangkan Faya,Tere dan Mino bersembunyi di rooftop sekolah menghindari amukan Pak Lukman.

Mengingat itu membuat ketiganya kembali tertawa terbahak-bahak. Apalagi jika mengingat wajah marah Pak Lukman yang menurut mereka lucu.

"Kayaknya seru kalo dikerjain lagi." Mino kembali mengusulkan ide anehnya.

"Setuju. Biar gak tuduh orang sembarangan lagi." Sahut Tere menyetujui usulan Mino.

"Gue lagi gak mood." Kata Faya menyesap habis minumannya.

"Gak asik lo,Fay." Kata Tere memasukkan kembali cerminnya disaku.

"Bodo. Gue bolos,mau ikut gak?" Kata Faya yang sudah berdiri dari duduknya.

"Gue absen bolos deh,soalnya Bu Citra hari ini ngajar. Sayang banget kalo dilewatkan." Kata Mino senyum-senyum sendiri.

"Huh! Dasar buaya cap kadal." Sahut Tere melemparkan kacang polong pada Mino.

Kelakuan Mino yang suka menggoda wanita sepertinya sudah mendarah daging. Lihat saja,bahkan guru pun di godain juga. Bu Citra memang masih muda dan cantik,beliau mengajar Ekonomi baru beberapa bulan mengajar menggantikan Bu Fitri yang sudah resign karena mengikuti suaminya tinggal diluar kota.

Love Language (Fayaldi Story) (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang