3. Masuk OSIS

0 0 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Keputusan Faya untuk membolos sepertinya harus ia batalkan. Sudah tak berminat lagi sejak bertemu dengan Aldi dan teman-temannya itu di ruang musik tadi. Cowok itu selalu saja berhasil membuat mood Faya hancur.

Setelah keluar dari ruang musik Faya memutuskan kembali ke kelas. Ia masuk begitu saja setelah mengetuk pintu, mengabaikan Bu Citra yang saat itu sedang menjelaskan di depan papan tulis. Beberapa bulan mengajar di sekolah ini membuat Bu Citra hapal betul kelakuan Faya.

Bukannya tak ingin menegur hanya saja ia sudah lelah menghadapi Faya yang selalu mengabaikannya. Jadi, ada atau tidak adanya gadis itu di kelasnya tak ada bedanya juga. Bu Citra paham betul di usia Faya saat ini memang saat-saat untuk mencari jati diri dan suka kebebasan. Ia pun dulu juga pernah muda.

Lihat saja apa yang dilakukan gadis itu. Sepanjang pelajaran yang dilakukannya hanyalah tidur merebahkan kepala di atas lipatan tangan di meja di bangku nomor dua dari belakang. Sedangkan dibelakangnya ada Mino tak jauh berbeda kelakuannya,karena yang cowok itu lakukan hanya bermain  game online.

"Fay!" Panggil Tere dengan pelan.

Gadis itu duduk tepat disamping kiri Faya.

"Faya!" Kali ini Tere menendang meja Faya. Namun, rupanya itu tak membuatnya berhasil membangunkan temannya itu.

Tere menimang-nimang pulpen yang ada ditangannya sebelum sedetik kemudian pulpen itu sudah mendarat tepat mengenai kepala Faya. Tere bersorak pelan karena lemparannya tepat sasaran. Dan benar saja, lemparan itu berhasil mengusik ketenangan Faya.

"Rese lo!" Marah Faya hendak melemparkan kembali pulpen itu, namun tak jadi.

Tere yang dimarahi hanya terkekeh dengan wajah tak bersalahnya.

"Faya!" Panggilnya lagi.

"Apaan?" Tanya Faya dengan malas. Rasa kantuknya tiba-tiba saja sudah hilang gara-gara ulah temannya itu.

"Menurutnya lo kalo gue ganti warna rambut jadi hijau gimana?" Tanya Tere sambil memainkan ujung rambutnya.

Pertanyaan macam apa ini? Tere membangunkan Faya hanya untuk menanyakan hal tak berguna ini. Oh ayolah,Faya tidak sekurang kerjaan itu untuk menanggapi kelakuan random temannya yang satu ini.

Faya memutar bola mata malas. "Re,lo bangunin gue cuma buat nanya hal yang gak penting kek gitu?"

"Gak penting buat lo tapi penting buat gue." Jawab Tere.

Faya memutuskan memainkan ponselnya dari pada harus menanggapi tingkah Tere yang tidak jelas itu. Jika terus ditanggapi yang ada ia malah tinggi darah.

"No,pulang sekolah gue nebeng ya?" Kata Faya menoleh kebelakang.

Mino mengangkat ponselnya didepan wajah Faya memperlihatkan isi chatan dia dengan seseorang.

"Lo telat,Fay. Gue udah ada janji sama pacar gue."

Faya membaca isi pesan itu sekilas kemudian berdecak. "Siapa lagi kali ini?"

"Adek kelas jurusan IPA. Pinter sih,tapi galak susah dideketin." Jawab Mino membaca lagi isi pesan dengan adik kelasnya itu yang hanya dibalas dengan singkat-singkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Language (Fayaldi Story) (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang