--return--

179 32 12
                                    

Gak terasa, udah 10 tahun berlalu. Setelah menyelesaikan studi di London, bekerja, dan menetap di sana, aku baru pulang lagi ke Indonesia. Rasanya rindu sekali dengan tanah kelahiranku ini.

Aku berjalan keluar dari bandara, mencari taksi yang akan mengantarkan aku kerumah. Aku sengaja tidak bilang dengan keluarga dirumah bahwa aku pulang hari ini setelah sekian lama, aku mau memberi kejutan buat orang-orang rumah. Kalo bahasa gaulnya sih suprise hahaha.

Ah iya, aku belum perkenalan. Nama ku Arkan Rajendra Harsa, cukup nama aja ya, untuk fakta-fakta lainnya bakal kuberitau nanti. sekarang aku ada diperjalanan menuju rumah, setelah hampir 2 tahun aku tidak pulang karena jadwalku yang lumayan padat.

Aku melihat jalanan disekeliling yang sedang aku lewati, kota Jakarta banyak berubah, tapi ada juga yang sedari dulu ga berubah-rubah ; macet. Hahahaha.

Macetnya disini tuh mungkin karena orang orang lebih memilih menaiki kendaraan pribadi daripada angkutan umum kayak Transjakarta. Padahal menurutku asik naik itu, ada sensasi tersendiri yang aku rasain kalo naik angkutan kayak begitu.

"Mas, sudah sampai." Orang di depanku bersuara, memberi tahu bahwa kita sudah sampai tujuan, yaitu rumahku. Saking asiknya melamun sampai tidak sadar sudah sampai.

"Ah iya pak, terimakasih ya!"

***

"Assalamualaikum---" aku mengetok pintu rumah. Terdengar suara teriakan menjawab salamku.

"Iya, wa'alaikumsalam, sebentar!" Katanya.

Saat pintu terbuka, ibu langsung membulatkan mata dan refleks teriak sampai aku dibuat terkejut.

"Yaallah mas, koq mau pulang gak bilang-bilang sih?! Kan biar bisa dijemput--" Kata ibu. "--Ayo masuk." Ibu menuntunku kedalam Sembari membawakan koper yang aku bawa.

Dari tangga aku melihat ayah, kakak laki-lakiku, istri serta anaknya berbondong-bondong datang keruang tamu karena ibu yang berteriak nyaring memberitau kedatanganku saat ini.

"Mas Aan!!!! Eca kangen sama mas Aan tauu" kata anak kecil berumur 5 tahun yang sedang memelukku saat ini dengan imutnya. Namanya Nessa, panggilannya Eca.

"Ecaaa! Mas juga kangen sama Eca." Kataku sembari membalas pelukannya. "Nanti abis ini kita beli eskrim ya, mas yang beliin Eca, oke?"

"Oke mas!" Kami hanya tertawa melihat tingkah lucunya.

Nessa ini dari kecil sudah terbiasa dimanjakan. Maklum, ia masih menyandang cucu pertama dan satu-satunya saat ini, karena Rahest--kakak laki-lakiku dan Lina--istrinya belum mau punya anak lagi, bilangnya sih tunggu sampai Nessa berumur 6-7 tahun dulu. Dan aku yang sampai saat ini belum menikah.

Ibu sendiri sering menelfonku hanya untuk menanyakan apakah aku punya pacar selama di London. Padahal, aku ke london untuk mengejar pendidikanku dan karirku. Aku rasa aku tidak punya waktu untuk urusan asmara karena jadwalku yang lumayan padat.

Wajar sih ibu atau ayah sering nanya seperti itu, karena usiaku yang lumayan matang untuk menikah tapi belum punya pasangan juga untuk dikenalkan ke keluarga. Bahkan mereka sering menjodoh-jodohkan ku dengan anak gadis teman-temannya. Tapi aku selalu menolak dengan alasan "bapak, ibu, gausah jodoh-jodohin gitu, nanti juga kalau udah waktunya aku bakal bawa calon istri buat dikenalkan ke kalian koq." Mereka selalu bilang kapan mas, masa lama banget. Dan aku yang selalu pasrah selalu jawab sabar, sekarang belum waktunya.

Ibu, bapak, tunggu aku ya bawa calon istri buat diperkenalkan ke kalian. Hehehe

***

Aku sedang makan malam sekarang, ibu masak banyak sekali katanya khusus karena aku datang, beliau masak makanan kesukaanku. Sayur bayam dan ayam goreng bumbu, ugh mantap banget!

Sesekali kami berbincang-bincang kecil, mengenai Nessa yang sedang belajar dengan teman-teman Playgroupnya, atau membahas pekerjaan ku di London.

Aku bercerita juga, bahwa aku sedikit lelah karena pekerjaan yang selalu menumpuk menyebabkan aku harus lembur beberapa kali. Tapi aku juga menikmati pekerjaanku, karena memang impianku dari kecil.

Hanya menggambar tapi membutuhkan pendidikan bertahun-tahun untuk mendapat gelar S.ars. alias sarjana arsitektur. Apalagi aku harus kuliah sangat jauh dari Indonesia juga dalam kurun waktu yang lumayan lama.

"Semua lelah kamu akan jadi lilah, An. Cape kamu akan terbayarkan nanti kalau kamu berhasil." Ucap bapak yang menenangkan hatiku, jujur aku sangat merasa tersanjung. Aku juga merasa bahwa aku cukup berhasil untuk sampai berada ditahap ini, yang kulalui dengan susah payah.

"Bapak sama ibu juga udah bangga banget kamu berhasil seperti sekarang. Bahkan buktinya, kamu bisa membuat kami sangat senang dengan kamu buat tempat tinggal kita sekarang ini." Timpal bapak lagi. Yatuhan, aku ingin menangis rasanya. katakanlah aku cengeng, tapi aku sangat terharu dengan mempunyai keluarga yang hangat seperti ini.

"Mas Aan, besok aja yah kita beli eskrimnya. Eca udah kenyang banget sekarang abis makan banyak tadi." Ucap anak kecil lucu ini sambil mengusap-usap perutnya.

Akupun mengangguk saja mengiyakan apa kata Nessa.

***

"Ibu, aku mau keluar dulu ya beli kopi. Ibu mau nitip apa biar sekalian aku beli." Tawarku pada ibu.

Ibu menggeleng sebagai jawaban. "Engga udah. Kamu beli es krim aja buat Eca ya!"

"Oh iya, oke Bu. Aku pergi dulu, assalamualaikum." Pamitku, dan setelah bersalaman dengan ibu akupun pergi pakai mobil bapak.

Selama 3 hari ini aku di Indonesia, kemana-mana aku selalu menggunakan mobil bapak, tadinya aku mau bawa pulang mobilku yang di London tapi kata bapak "gapapa, pakai aja mobil ini lagipula kamu juga paling pergi beli kopi" dan benar saja aku keluar menggunakan mobil ini hanya untuk beli kopi atau mengantar ibu belanja.

Jarak rumahku ke Starbucks lumayan jauh, mungkin sekitar 800 meter. Karena jalan yang biasa kulewati sedang ditutup terpaksa aku harus memutar lewat jalan lain yang sedikit jauh, tidak apa-apa lah pikirku, sekalian jalan-jalan melepas bosan.

"Mba, Americano 1, sama cappucino 1." Kataku pada barista.

Lalu akupun menunggu di tempat duduk sembari menunggu pesananku datang. Aku mengeluarkan ponsel ku ketika mendengar ada telfon.

"Halo, iya kenapa Bu?"

"An, tolong kamu jemput Eca ya, Lina tadi udah mau jemput tapi ada meeting mendadak dikantornya, kasian--"

"Pesanan, Kak Mira.."

Sontak akupun langsung mengedarkan pandanganku ketika nama 'mira' di panggil. Aku melihat seorang wanita berjalan ke arah barista yang memanggilnya tadi dengan posisi membelakangiku sehingga aku tidak dapat melihat wajahnya.

"An, kamu dengerin ibu kan?"

Suara dari ibu kembali mengalihkan atensiku dari wanita tadi.

"Iya Bu, denger. Bentar lagi pesenanku kayaknya Dateng, abis itu aku langsung jemput Eca, tolong bilang ke gurunya tunggu sebentar."

"Iya udah, hati-hati kamu ya!"

Setelah mengucapkan salam ibupun menutup telfonnya, aku kembali mengedarkan pandanganku kesekeliling tempat ini tapi tidak menemukan wanita tadi. Ga mungkin dia kan? Pikirku.

Lagi pula orang dengan nama Mira lumayan banyak.

"Pesanan Kak Arkan!"

Begitu di panggil akupun langsung menuju tempat itu. Setelahnya menjemput Nessa yang sudah menunggu di sekolahnya.

***

Finally chapter 1!!!🥳🥳

Lanjut gak?


To Late At Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang