--meet again--

52 19 10
                                    

Happy reading.

Saat ini aku sedang dilanda panik karena ibu yang tiba-tiba pingsan saat dikamar.  Beruntung Nessa sedang ingin menyusul ibu dikamar, begitu dia melihat ibu yang jatuh terbaring tak sadarkan diri, Nessa langsung berlari dan memanggil semua orang yang ada dirumah untuk ke kamar ibu.

Mbak Lina sedang menelfon Mas Rahest dan bapak. Kebetulan mereka satu kantor.

Bapak dan mas Rahest Sudah sampai, mereka menghampiri kami dengan terburu-buru dan wajah yang panik.

"Aan, gimana keadaan ibu?" Tanya bapak dengan khawatir.

"Bapak duduk dulu sini." Aku mempersilahkan bapak untuk duduk dulu. "Tadi kata dokter tensi ibu naik, ibu juga sempet ngeluh pusing tapi udah diminumin obat, Mungkin gak ngaruh makanya bisa pingsan begitu." Jelasku.

"Maaf ya pak, Aan kurang merhatiin ibu sampe ibu pingsan begini." Aku merasa bersalah karena itu.

Bapak mengusap lenganku dengan lembut "Gapapa bukan salahmu koq, lagi pula ibu emang udah bisa dibilang gak muda lagi, kayaknya emang wajar kalau sewaktu-waktu tensinya naik atau segala macam."

"Trus sekarang ibu gimana An? Udah sadar?" Tanya Mas Rahest padaku.

Aku dan Mbak Lina kompak menggeleng, pertanda bahwa ibu belum juga sadar.

"Kakek, Ayah, Mamah, mas Aan, nenek sadar." Bocah itu memanggil kami sambil keluar dari ruangan ibu. Kami segera masuk bersama untuk melihat keadaan ibu.

Aku dan mas Rahest membantu ibu untuk bersandar pada kepala ranjang rumah sakit. Dan Mbak Lina memberi ibu minum.

"Nenek kenapa? Koq bisa pingsan?" Tanya bocah itu dengan mata penuh penasaran. Kami hanya tersenyum melihat tingkah Nessa. Ibu mengusap pelan kepalanya "Gapapa, cuma kecapean aja koq, kan udah bangun juga, nih."

Tak lama dokter dan satu orang perawat masuk ke dalam ruangan mengecek kondisi ibu, mengatakan ibu baik-baik saja dan harus istirahat, besok pagi baru boleh pulang. Kami pun mengangguk mendengar kata dokter itu.

"Ibu tuh harusnya istirahat jangan kecapean karna ngerjain kerjaan berat, kan ada aku yang bisa beres-beres rumah Bu, atau mau cari ART aja? Alhamdulillah ibu enggak kenapa-kenapa." Kata mbak Lina penuh perhatian. Lagi-lagi ibu hanya tersenyum.

"Iya, makasih ya Lina, ibu cuma gamau ngerepotin kamu aja." Mbak Lina menggelengkan kepala "enggak Bu, enggak ngerepotin koq, ibu kan ibu aku juga."

"Yasudah, ibu tidur lagi ya istirahat biar besok pagi bisa pulang lagi."

Lalu aku dan mas Rahest pergi keluar untuk mengurus administrasi.

"An, mas ke kantin dulu bentar ya, mau beli makan buat bapak sama yang lain." Aku pun mengangguk.

Sembari mengurus administrasi, seorang perawat yang ada di tempat itu menginterupsi seseorang.

"Mira, tumben baru Dateng?"

Mendengar nama itu, refleks aku langsung menengok ke arah orang itu.

Aku masih diam, seolah mati rasa mendadak terpaku dan membisu.

"Iya nih, baru ada jadwal nanti jam 10." Ia menjawab sembari tersenyum, sepertinya ia masih belum menyadari keberadaanku disampingnya.

"Ini pak, administrasi nya sudah selesai, bisa ambil obatnya di apotek dekat pintu masuk ya, terimakasih" Suara perawat yang mengurus administrasi itu menyadarkan keterdiamanku. Aku segera merapihkan keperluan dan bergegas pergi menuju ruang inap ibu.

***

Sejak aku melihat Mira beberapa menit lalu, aku menjadi lebih diam seolah banyak yang sedang aku pikirkan. Bahkan Nessa yang biasanya aku ajak bercanda hanya aku anggurkan.

"An, kamu tuh kenapa? Kayak gelisah gitu?" Tanya mas Rahest setelah duduk di bangku depan ruangan ibu. Aku hanya tersenyum tipis sambil menggeleng "aku juga gatau mas mikirin apa".

Mas Rahest hanya tertawa sejenak sebelum kemudian berdeham.

"Mas tadi lihat perempuan mirip Mira". Refleks aku langsung menoleh ke arah mas Rahest.

Menyadari reaksiku yang terkejut, mas Rahest kembali tertawa pelan sambil menepuk bahuku. "Kayaknya kamu juga ketemu sama Mira ya?" Aku mengangguk pelan.

"Kamu sapa gak?" Tanyanya masih dengan senyum tipis. Aku menggeleng "enggak mas, aku kaget waktu liat dia jadi buru-buru pergi".

Hening beberapa saat, sebelum suara mas Rahest kembali menginterupsi kembali.

"Udah sepuluh tahun kalian ketemu, wajar aja kalau kaget. Kamu juga belum bisa lupain 'dia' ya?"

"Cuma kadang keinget mas... Bukan gak bisa lupa" jawabku sedikit membantah ucapannya.

"Ah, sama aja" jawab mas Rahest lagi. "Ya beda lah mas. kalo ga bisa lupa tuh keinget nya tiap hari, kalo aku kan cuma kadang-kadang. Jadi beda ya" aku dengan ngotot membalas ucapannya lagi. Mas Rahest hanya tertawa mendengar pembelaan ku.

"Makin cantik ya Mira, hehehe" mendengar mas Rahest bilang begitu, sontak aku langsung membelalakkan mataku dan langsung mengusirnya.

"Mas, aku bilangin Mbak Lina kamu muji cewek lain. Sono pergi, ganggu aja deh" usirku dengan nada sedikit ngegas. Setelahnya mas Rahest kembali masuk ke ruangan ibu.

Aku lagi-lagi duduk termenung mengenai ucapan mas Rahest tadi, dan sedikit tersenyum.

"Iya mas, Mira makin cantik"

***

Haloo, Chapter 3 finally yey!!

Aku double update nih hehehe.

Gimana chap 3 ini? Semoga suka ya:D

Vote 20 komen 30 untuk lanjut ke Chapter berikutnya bisa gak?

Kalau lebih aku double update lagi lohh hehehe!

Stay tune ya di story' ini!💖

Bonus :

Mas Aan lagi Gegana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas Aan lagi Gegana.

Mas Rahest yang kasian melihat adiknya Gegana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mas Rahest yang kasian melihat adiknya Gegana.

To Late At Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang